Mia memang tidak begitu pandai memasak seperti ibu, bahkan, meski ibu tidak mau mengajari Mia memasak. Mia diam-diam bersembunyi di dapur dan melihat betapa terampil ibu memasak, selama memakan masakan ibu, masakan ibu yang paling enak. Rasa sakit hati tidak mengurangi Mia tetap menghormati sosok wanita yang menjadi ibunya, dan selalu berharap bisa makan masakan ibu yang enak di setiap masakannya. Seakan masakan ibu terselimuti aura keibuan yang selama ini Mia dambakan. Hari ini begitu spesial. Rumah mungilnya kedatangan tamu istimewa. Siapa lagi kalau bukan sahabat terbaiknya Mia, Noah.
Semuanya sudah beres, tinggal membawanya ke meja makan. Satu persatu, lauk pauk dan sebakul nasi, Mia bawa ke meja makan.
"Aku tidak tahu, masakanku enak atau tidak. Tapi, silahkan dicoba, Noah," ujar Mia malu-malu.
"Seperti ini putrimu? Mencari perhatian dari pemuda bangsawan." Ibu menyindir tanpa melihat langsung siapa yang disindir.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com