"Bang!!! Tunggu!!" Qonin berlari mengejar angkutan umum yang sudah berjalan beberapa meter, dia berteriak sekuat tenaga untuk menghentikannya. Sayangnya angkutan umum itu semakin jauh saja.
"Yah ... yah!! Ditinggal deh!! Aduh!! Mana angkutan umum berikutnya datang 30 menit lagi!!" gerutu Qonin di pinggir jalan penuh dengan macam kendaraan berlalu-lalang.
Sebuah pengendara sepeda motor berhenti tepat di depan Qonin, "Qonin!!! Cepat naik!!"
"Siapa?" gumam Qonin masih memperhatikan pengemudi yang memakai helm berkaca film, saat kaca helm itu dinaikkan barulah Qonin mengenalinya, "Lisa!!"
"Iya, buruan naik sudah tidak ada waktu lagi!!" seru Lisa.
Qonin yang ragu itu tersentak, dia sudah tidak ada waktu untuk berpikir hal lain, selain cepat tiba di sekolah segera, "Baiklah, aku naik ya!!"
Setelah Qonin sudah berada diatas motor tanpa mengenakan helm, Lisa segera menambah kecepatannya untuk memburu waktu.
Satpam sekolah menarik gerbang atas perintah guru piket pagi itu. Belum sepenuhnya tertutup, tinggal 3 langkah lagi akan tertutup sempurna.
"Awas Pak!!! Minggir!!" teriak Lisa yang sengaja tidak mengerem, karena dia ingin menerobos masuk gerbang.
"Lis ... Lisa!! Hati-hati nabrak!!" teriak Qonin tidak kalah kencang, sekencang dia berpegangan erat di pundak Lisa.
Satpam yang melihat Lisa ngebut langsung ambil tindakkan yaitu berlari ke pos, dia kaget bukan kepalang sambil mengelus dada, "Astagfirullah!!! Hei kalian, pakai motornya hati-hati!! Ini bukan lintas balap!!"
"Maaf Pak!! Kami terpaksa!!" teriak Qonin yang semakin jauh hampir tidak terlihat.
Lisa berhenti di parkir khusus motor, dia turun untuk melanjutkan usahanya berlari menuju kelas bersama Qonin.
"Makasih Lisa, aku akan menemui istirahat nanti!!" seru Qonin saat sampai di lorong kelas yang bercabang, karena mereka beda kelas.
"Iya, jangan dulu!!" timpal Lisa.
Perkataan Lisa berhasil membuat kaki Qonin berhenti melangkah, dia bingung kenapa bertemu saja tidak boleh, "Tapi kenapa??"
Lisa fokus berlari, dia tidak mendengar pertanyaan Qonin itu dan dia hilang di balik dinding kelas paling ujung.
"Ohh!! Apa mungkin karena tidak enak sama Cika?? Ahh!! Entahlah!!" gumam Qonin sambil mengangkat bahu, dia sudah menyerah dan berpikir ulang tidak bagus jika memaksa Cika untuk mau berteman dengannya lagi.
Ruang kelas 11 IPA 1 masih belum ada Gurunya, Qonin menghembuskan napas lega ketika bisa masuk kelas dengan selamat setelah melewati serangkaian kejadian tadi pagi.
"Selamat pagi anak-anak!!" sapa bu Ratna guru Biologi plus wali kelas Qonin datang pas ketika Qonin menduduki bangkunya.
"Selamat pagi Bu," jawab para siswa serempak.
"Saya senang sekali melihat semangat kalian belajar, ibu jadi ingin memberikan kuis dadakan. Bagaimana kalian bersedia kan?" tanya bu Ratna sambil tersenyum.
"Yah!! Ibu, sehari saja tanpa kuis!!"
"Iya Buk, libur dulu, please!!"
Berbagai tanggapan tidak setuju terdengar dari beberapa siswa yang merasa keberatan. Bu Ratna menanggapinya dengan santai, sengaja menggoda anak didiknya.
"Ibu tidak bisa memberi kuis dadakan ketika ada teman kalian yang sakit," jawab bu Ratna, lalu dia mengambil buku paket dan membukanya, "Sekarang cari halaman 150!!"
Siapa yang tidak masuk?? Zanqi ya? Batin Qonin menengok bangku yang ada di sebelahnya kosong, dia kembali membatin, Apa dia sakit akibat jatuh dari kursi roda kemarin?? Ahh!!! Dasar si penindas itu!!
Qonin refleks, dia mencari Leon di bangkunya, dia kembali menatap papan tulis dengan pertanyaan yang bergelayut di benaknya, si penindas itu tidak masuk juga?? Apa mungkin dia bolos sekolah?
"Qonin!!" panggil Bu Ratna.
"Saya Bu," jawab Qonin terenyak dari batinnya yang berkecamuk.
"Tolong gantikan ibu mengawasi teman-temanmu untuk mengerjakan tugas dari Ibu, lali kumpulkan tugas tersebut di ruangan saya,"
"Ibu harus menghadiri rapat bersama kepala sekolah," Bu Ratna menjelaskan perintahnya kepada Qonin setelah menerima panggilan telepon dadakan dari panitia rapat.
"Baik, Bu," jawab Qonin.
"Anak-anak kerjakan soalnya dengan baik, lalu kumpulkan ke Qonin, mengerti?" perintah Bu Ratna.
"Mengerti Bu," jawab para murid terdengar jawabannya lebih bersemangat dari sapaan pagi tadi.
Bagaimana tidak senang jika selama 1 jam penuh bebas dari pelajaran, alias jam kosong. Dan benar saja ketika Bu Ratna keluar ruangan, para murid itu bersorak bahagia.
"Teman-teman, boleh bicara asal jangan lupa kerjain tugasnya ya!!" seru Qonin.
"Iya ... aaa," jawab datar dari beberapa siswa yang malas.
Cika memalingkan muka, bangku kosong Leon ditempati Yesi si ketua kelas, "Hei Cik, kamu merasa nggak jika Qonin sekarang belagu?? Mentang-mentang anak emas bu Ratna saja seolah dia menggantikan posisiku."
Cika menatap Yesi, dia tampak setuju dengan perkataan ketua kelas, "Iya, sekarang memang begitu. Aku rasa dia berubah sejak dekat dengan si anak cacat itu."
"Iya kan, aku juga merasa begitu," timpal Yesi.
"Eh ... eh aku punya ide, bagaimana kalau kita kasih dia pelajaran?? Biar dia tahu dimana tempatnya," usul Cika, dia menghasut Yesi untuk mencelakai Qonin.
"Wahh!! Ide bagus, aku lama-lama malas juga melihat keangkuhannya, sekali-kali bolehlah diberi pelajaran. Tapi apa rencanamu?"
"Sini deh!!" pinta Cika, ketika Yesi mendekatkan telinga, dia membisikan ide gila untuk membully Qonin.
Waktu pelajaran Biologi tinggal 10 menit lagi, Qonin yang sudah selesai mengerjakan tugas 30 menit yang lalu itu langsung berdiri ketika tahu waktu hampir habis.
"Teman ...,"
"Teman-teman, buku kalian aku tunggu 5 menit lagi ya, setelah itu aku akan ambil di meja kalian!!" seru Yesi mengalahkan suara Qonin, dia sudah berada di samping Qonin sambil tersenyum.
"Qonin, kamu tenang saja biar aku yang mengantar tugas teman-teman ke ruang bu Ratna," ucap Yesi.
"Gak papa, nanti kita bawa buku mereka sama-sama ya, pasti berat membawa buku sebanyak itu," Qonin tersenyum, dia menyampaikan kerelaan hatinya untuk membantu tugas Yesi sampai selesai.
"Eh .. nggak usah, aku bisa kok sendiri. Oia aku tadi lupa bilang, kalau Cika ingin mengajakmu berbicara di toilet," Yesi menjalankan rencana yang disusun Cika.
"Cika mau membicarakan apa?" tanya Qonin keheranan, dia merasa aneh ketika Cika tidak menyampaikan langsung kepada dirinya.
"Wah!! Sorry, kalau itu aku tidak tahu, Nin," jawab Yesi, dia menengadahkan tangan dan kembali berkata, "Mana buku Biologimu?"
Qonin menutup buku diatas meja, lalu dia serahkan ke Yesi. Dia masih menimbang mau menemui Cika atau tidak, karena jika ingin membahas masalah mereka sebelumnya pasti akan membutuhkan waktu yang panjang. Apalagi dia masih ada 2 jam untuk pelajaran Bahasa Inggris setelahnya.
Tok .. tok!!! Seorang siswa dari kelas lain mengetuk pintu kelas yang sudah terbuka, lalu masuk dan membuat semua anak-anak memperhatikannya.
"Hai, aku kesini menyampaikan tugas bahasa Inggris untuk kalian, bu Laksmi tidak bisa datang karena masih menjalankan rapat," ucap siswa itu.
"Yes!!!" seru mereka senang.
Tanpa pikir panjang, Qonin beranjak dari bangku untuk menemui Cika. Dia mempercepat langkahnya, ketika toilet sudah di depan mata segera saja dia membuka toilet tersebut.
Byurr!!! Sekujur tubuh Qonin basah saat Cika mengguyurnya dengan air kotor bekas pel yang dia minta dari Cleaning service sekolah.
"Hahahaa!!! Emang enak mandi dengan air kotor?? Makanya jangan sok kecantikan Lu!!!" seru Cika.