webnovel

Profesor Ji Nanfeng Yang Tampan

Editor: Wave Literature

Ji Nanfeng mengenakan jas putih. Dia berjalan menggunakan kaki jenjangnya sambil berbicara dengan dua orang dokter yang ada di sampingnya. Dengan wajah tampan, senyum hangat, sepasang mata yang cemerlang dan wajah bersinar dalam cahaya lembut di koridor, dia tampak seperti seorang pangeran kecil polos dan tanpa cela. 

Semua wanita yang ada di sana tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ji Nanfeng. Semua tertarik padanya.

"Jika semua dokter di rumah sakit terlihat seperti ini, aku akan datang ke rumah sakit setiap hari."

Wanita hamil di samping Mi Xiaomi sudah tidak mempedulikan suaminya lagi. Dia menatap Ji Nanfeng dengan tatapan mendamba seraya bergumam.

Akan tetapi, suaminya tidak marah.

Lagi pula, dari sudut pandang seorang pria, Ji Nanfeng memang tinggi dan tampan. Terlebih lagi dia seorang dokter. Jadi, pasti sangat mudah membuat orang tertarik.

Melihat Ji Nanfeng yang akan melewatinya, Mi Xiaomi pun buru-buru menunduk.

Namun tak diduga, ponsel di tangannya tiba-tiba tergelincir jatuh ke lantai dengan bunyi keras dan berhasil menarik perhatian Ji Nanfeng.

Perut Mi Xiaomi sudah sangat besar. Jadi dia tidak bisa membungkuk untuk mengambil ponselnya. Dia sudah akan meminta bantuan suami wanita hamil di sampingnya saat Ji Nanfeng tiba-tiba membungkukkan tubuhnya yang tinggi. Dia mengambil ponselnya dan menyerahkannya padanya sambil tersenyum.

Bau desinfektan dan wangi samar rumput hijau langsung menghantam hidungnya sehingga membuat hatinya merasa agak kacau.

"Terima kasih." Mi Xiaomi mengambil ponselnya dan secara tidak sengaja menyentuh jari Ji Nanfeng.

Tubuhnya menjadi tegang. Dia segera menyambar ponselnya dan menundukkan kepala. Mi Xiaomi berpura-pura mengecek apakah ponselnya rusak.

Ji Nanfeng memandangnya dalam posisi yang lebih tinggi. Sudut bibirnya sedikit melengkung. Dia ingin bicara tapi merasa ragu. Akhirnya dia memilih untuk melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan apapun.

"Ck ck, kamu berhasil menarik perhatian dokter tampan itu."

Wanita hamil di sebelahnya berkata dengan sedikit menyesal, "Kenapa aku tidak kepikiran untuk menjatuhkan ponselku?"

"Hmm, jangan lupa kalau suamimu masih ada di sampingmu." kata suami wanita hamil itu tidak senang.

"Kamu minggir dulu, hehe." jawab wanita hamil itu sambil meringis.

"Hmm, j*lang!" balas suami wanita hamil itu dengan wajah datar.

"Wah, apa kamu juga tidak melupakan istrimu saat melihat wanita cantik? Lagi pula, kita sama-sama br*ngsek. Kita memang diciptakan untuk bersama."

"Benar juga, kalau begitu aku memaafkanmu. Aku akan pergi jalan-jalan untuk melihat wanita cantik. Tapi kamu tidak boleh menarik telingaku pulang."

"Pergi, pergi sana…"

Mendengar obrolan menarik pasangan ini membuat Mi Xiaomi tak kuasa menahan tawa.

'Pasti menyenangkan jika bisa menikah dengan orang yang kita cintai dan memiliki teman untuk diajak bertengkar!'

Sayangnya, dia anak tunggal.

Apalagi otaknya masih memiliki tumor si*lan ini. Hal itu membuatnya berumur pendek.

Seketika itu juga, kepalanya mendadak sakit sekali. Dia segera membuka tas tangannya. Namun, dia begitu panik ketika tidak menemukan obat pereda nyeri di dalamnya.

Seluruh kepalanya seperti diinjak-injak oleh ribuan pasukan kuda. Mi Xiaomi mencengkram kepalanya menggunakan jari-jarinya, wajahnya pucat, titik-titik keringat dingin mulai muncul, giginya terkatup, dan tubuhnya sedikit gemetar…

"Kamu kenapa?"

Wanita hamil di sebelahnya menyadari kondisi Mi Xiaomi dan buru-buru mendekapnya. Lalu, dia bertanya cemas.

Ji Nanfeng yang berjalan di depan langsung menoleh ke belakang dan melihat keadaan Mi Xiaomi. Dia dengan cepat berbalik dan berlari mendekati Mi Xiaomi. Lalu, dia berjongkok di depannya seraya bertanya, "Mana obatnya?"

"Lupa…"

Mi Xiaomi yang sedang merasakan sakit yang teramat di kepalanya pun tidak bisa memikirkan kenapa Ji Nanfeng tahu dia akan membawa obat. Mi Xiaomi hanya bisa menjawab di tengah rasa sakitnya.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ji Nanfeng langsung mengangkat tubuh Mi Xiaomi.

"Profesor Ji, Anda bisa menggunakan brankar."

Dua dokter lainnya segera berkata pada Ji Nanfeng.

"Tidak ada waktu lagi. Panggil Dokter Chen!"

Ji Nanfeng berjalan cepat dengan Mi Xiaomi berada di gendongannya.

Next chapter