webnovel

Tak perlu membujuk

"Apa alasan anda berkata bahwa saya melakukan kesalahan?" tanya Katsuki. Dia masih menahan amarahnya, dia juga menyembunyikan tangannya yang sudah berubah bentuk itu di balik tubuhnya.

"Kau melakukan banyak kesalahan, dan aku tidak bisa membayar upahmu karena kesalahan-kesalahan tersebut. Dan seharusnya kau membayar ganti rugi, tapi karena aku maish berbaik hati maka aku akan membiarkan dirimu pergi," jawab si pemilik toko tersebut.

"Kau pikir aku bodoh?" tanya Katsuki. "Kesalahan apa yang kau maksud, hm? bahkan aku tidak memecahkan satu piring ataupun gelas di sini. Aku selalu datang tepat waktu bahkan lembur hingga larut malam tanpa bonus atas pekerjaan ku itu. Lalu kau hendak menipu aku dengan alasan konyol yang bahkan tak dapat kau buktikan?"

"Lebih baik kau cepat pergi dari sini." Pria itu mengusir Katsuki, bibirnya mengerucut dan wajahnya terlihat mengerut. Nada bicaranya sudah mulai meninggi dan terdengar tidak menyenangkan. "Aku masih berbaik hati membiarkan orang seperti dirimu pergi setelah berkata tidak sopan padaku. Kau memaksa meminta bayaran atas pekerjaanmu yang tidak memuaskan itu? dasar tidak tahu diri."

Pria itu langsung meraih leher Katsuki dengan sebelah tangannya. Dia punya kecepatan yang juga luar biasa, akhirnya rasa penasaran Katsuki selama ini terjawab benar.

Katsuki selama ini merasakan ada aura energi magis dari tubuh pria itu, namun pria itu pandai menyimpan auranya itu dan menyembunyikannya. Seringkali samar-samar terasa karena tercampur oleh aura dari para pengunjung toko kue tersebut.

"Kau lihat ini?"

Katsuki bisa merasakan kuku yang tajam seperti anak panah itu mulai menusuk kulit lehernya. Darah segar menetes dan merembes, namun Katsuki tidak gentar. Dia tidak takut.

"Rupanya selama ini kau selalu melakukan ini ya?" tanya Katsuki, dia tertawa dengan nada yang meremehkan pria itu. "Di saat mereka menagih upah padamu, kau langsung mengancam dan menyerang mereka? pantas saja hanya kau yang tidak punya karyawan di tengah kota besar yang penduduknya tengah berebut mencari pekerjaan. Rupanya kau selalu membunuh mereka yang bekerja pada mu, bukan?"

"Karena terlalu banyak bicara kau bisa mati. Berpikirlah lebih banyak sebelum menggunakan mulut sialanmu itu," balas pria tersebut. Dia memperkuat cengkeraman tangannya pada leher Katsuki.

Pertarungan terjadi, Katsuki akhir-akhir ini sudah terlalu banyak bertarung. Namun dia tidak mendapatkan dukungan fisik yang baik karena banyaknya kegiatan dan kurangnya istirahat yang dia dapatkan.

Katsuki dan pria itu cukup imbang. Katsuki memang punya serangan yang bagus dengan gaya beetarung yang cukup lincah. Namun dia melemah karena kondisinya yang kurang sehat.

Stabbb

Srekkk

"Kau sudah melemah, menyedihkan sekali. Padahal sebelumnya kau begitu bersemangat dan kuat. Hm, kau harus lebih banyak makan dan tidur. Ayo ikut denganku. Tapi, sebelum itu kau bisa ambil uang yang ada di dalam lemari pria bodoh itu," ucap Melia.

Terlihat sangat sederhana. Hanya seperti pertarungan singkat dan kemudian diselesaikan dengan Hujaman kuku yang runcing dan tajam oleh Melia. Namun sebenarnya kalau dilihat secara langsung, seisi yang menjadi pemukiman di sekitar situ sudah berantakan akibat pertarungan mereka.

Cepat atau lambat pasi mereka akan dikejar oleh pertugas keamanan. Mereka harus cepat pergi dari sana untuk menghindari masalah baru.

"Dasar penjahat," cibir Katsuki. Namun pada akhirnya dia mengambil uang-uang itu dan memasukkannya ke dalam sebuah tas.

.

.

.

.

.

"Uangnya terlalu sedikit. Aku kira kita bisa mendapatkan puluhan ribu dolar dari pria sialan itu," ucap Melia. Dia meludah dan melengos begitu saja.

"Kita? tch, ini uangku." Katsuki segera menutupi tas itu dengan tubuhnya.

"Kau pikir aku serius? astaga, rupanya kau sudah sangat kelaparan dan kelelahan hingga tidak bisa membedakan mana yang bercanda mana yang serius. Ambil saja yang itu, kau terlihat menyedihkan."

Katsuki menatap uang yang ada di dalam pelukannya itu, dia sudah terlihat seperti orang bodoh. Dia tidak jauh berbeda dari seekor anjing yang kekurangan makanan. Sangat menyedihkan, dia tidak dapat menampik ucapan Melia barusan.

"Ya, kau benar. Aku menyedihkan," ucap Katsuki. Dia menatap nanar tas berisi uang yang dia genggam itu. "Aku naif, padahal kenyataannya aku tetap perlu uang untuk makan dan tempat tinggal. Aku tidak punya siapa-siapa di sini, aku tidak mengenal siapapun. Aku tidak mempunyai siapa-siapa untuk dimintai tolong, mungkin ada namun sekarang tak dapat ku hubungi."

Melia mulai merasakan ada perasaan bimbang dalam ucapan Katsuki. Melia bisa tahu dan menebak apa yang sedang mengguncang kejiwaan Katsuki.

Katsuki kembali labil, seperti remaja manusia yang memasuki masa awal pubertas dan memiliki konflik dengan hal di sekitarnya.

Kesamaan yang terdapat antara mereka adalah, kestabilan emosi dan kejiwaan yang terguncang. Merasa tertekan dan tidak punya solusi dalam kehidupan membuat mereka mulai menepis idealis yang mereka pegang dan berpikir untuk mempersilakan cara-cara baru dalam hidup mereka untuk tetap bertahan.

Dan ini yang Melia tunggu sampai sekarang dari Katsuki.

"Apa kau masih bisa membantuku?"

Senyum Melia melebar, dia rupanya tidak perlu repot-repot membujuk Katsuki. Katsuki yang sudah tertekan karena keadaan akhirnya mulai memberanikan diri untuk bekerja dalam ruang lingkup sebagai seorang gigolo.

"Sudah ku katakan sebelumnya, kau sudah tahu bukan apa pekerjaan yang akan kau jalani bila kau bersama ku?" tanya Melia. "Jangan sampai kau dan aku berkelahi lagi karena kau pura-pura tidak tahu tentang pekerjaan apa yang akan kau terima nanti dariku."

Katsuki masih ragu, namun dia yang sudah didesak oleh perasaan tidak sabar dan tekanan kondisi keuangannya akhirnya terpaksa berkata iya dan mengangguk.

"Baguslah kalau begitu. Kau boleh beristirahat dulu. Aku akan mencari pelanggan pertama yang mau menyewa dirimu. Hm, untuk wajah yang cantik dan tubuh yang mulus aku yakin pasti akan ada seseorang yang tertarik denganmu dalan waktu dekat ini. Maaf, tapi tidak ada kata tersinggung bila kau sudah mengiyakan untuk bekerja sebagai---"

"Ya, aku tahu."

Nada bicara Katsuki terdengar bergetar, suaranya sedikit parau. Nampaknya Katsuki masih merasa berat untuk menerima hal ini, tapi kembali pada fakta awal yang membuatnya mau menerima pekerjaan tersebut.

"Aku tahu kau orang yang kesulitan, penghasilan ini akan ku bagi 70 persen untukmu dan 30 persen untukku. Mungkin itu semua tidak akan setara dengan perasaan yang kau rasakan, tapi setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu."

"Jangan khawatir. Aku sudah paham dan sudah siap untuk semua itu."

Kemudian mereka pergi ke daerah Nevada, tepatnya di daerah tempat tinggal Melia.

Ya, apartemen Melia berada di sana. Dan Melia setiap hari pulang pergi dari Nevada ke kota Manhattan hanya untuk menemui Katsuki yang tetap memilih tinggal dan mencari pekerjaan di situ.

Untung saja Melia juga merupakan seorang Werewolf, tanpa kesulitan dia bisa melakukan hal itu setiap hari. Walau sedikit merepotkan untuknya.

Melia yang memang mempunyai banyak kenalan para pria pengunjung bar tentu saja tidak perlu waktu lama untuk memperkenalkan Katsuki pada mereka. Mereka langsung tertarik dan menawarkan harga yang mahal untuk dapat menghabiskan malam bersama Katsuki.

Awalnya Katsuki merasa terhina, sentuhan yang nakal dan perbuatan mesum yang mereka lakukan itu membuat Katsuki kesulitan untuk makan dan tersenyum hampir selama sebulan. Katsuki terus murung dan mencoba menenangkan diri.

Namun secara perlahan, karena terus dihibur oleh Melia dan mendapatkan kemudahan dalam urusan finansial, akhirnya Katsuki menjadi sosok yang lebih terbuka dan santai dalam menjalani pekerjaannya.

Terdengar hina, namun kalian tidak akan menyalahkan Katsuki bila tahu seberapa sakit dan lelahnya perjuangan Katsuki untuk hidup selama ini.

Dan seperti itulah cara Katsuki bertemu dengan Melia hingga mereka bekerjasama sampai sekarang.

Flashback Off

Next chapter