Eijiro masuk ke dalam sebuah hotel. Hotel itu cukup unik, terdiri dari beberapa bangunan yang disambung dengan lorong terbuka seperti jembatan yang kokoh. Sehingga setiap orang yang ingin menyusuri antar bangunan hotel dapat menikmati pemandangan yang bagus, terlebih di malam hari. Karena jembatan itu berada di ketinggian seratus lima puluh meter di atas permukaan tanah.
Beralih dari fakta unik itu, Eijiro sudah melepas satu persatu kancing bajunya. Sekarang, dia sudah siap untuk melakukan aktivitas yan dapat memuaskan hasrat alamiahnya sebagai seorang pria.
Dilirik Eijiro, seorang lelaki yang sudah setengah telanjang. Ekor dan telinga serigala yang cukup menggemaskan, ekor itu bergerak-gerak sedikit memukul kasur tempat lelaki bertubuh mulus itu merebahkan diri.
Senyum miring mengembang di wajah Eijiro, dia suka sekali dengan momen-momen seperti ini. Apalagi kalau gigolo yang ia pesan adalah tipe bottom yang suka menggoda dengan fitur fisik hibrid. Campuran antara manusia dengan serigala, itu semakin meningkatkan hasrat Eijiro.
Setelah naik ke kasur, Eijiro merangkak mendekati lelaki itu. Namun alangkah terkejutnya dia ketika lelaki itu berbalik ke arahnya. Lelaki berwajah cantik itu tersenyum nakal, bahkan dia mencubit dagu Eijiro dan mengelus dada bidang Eijiro.
"Kat---Lemon!! apa yang kau lakukan?! apa kau sudah gila?!"
Bentakan Eijiro tak membuat Katsuki takut. Malah Katsuki teringat dengan seruan Melia. Orang-orang di sekeliling Katsuki nampaknya suka sekali mengatai Katsuki dengan sebutan gila.
"Aku? kau sendiri sudah lihat bukan, bahwa aku sedang melakukan pekerjaan ku?" balas Katsuki dengan santai.
Eijiro mengusap wajahnya dengan kasar, padahal dia sengaja memilih bar lain agar bisa memesan gigolo lain dan tidak terjebak lagi dalam perkelahian yang dipicu oleh Katsuki. Tapi nyatanya, rupa-rupanya Katsuki sengaja mengikuti Eijiro sampai ke sini.
Apa mungkin Katsuki itu bekerja di banyak bar? tapi Eijiro rasa itu pernyataan yang kurang tepat. Mengingat, jam terbang setiap gigolo itu ada pembagiannya tersendiri, dan tidak bisa begitu saja ke sana kemari seenaknya.
Yah terkecuali kalau mereka memang punya tenaga ekstra.
Eijiro yakin kalau Katsuki sengaja merencanakan hal ini agar dapat menemui Eijiro. Bibir Eijiro ditarik sudutnya ke atas, menandakan bahwa ia sedang sebal dan menatap hina ke arah Katsuki. Ia tidak tanggung-tanggung dalam mengungkapkan ekspresinya.
"Ya sudah, karena kau sudah memesan aku maka---"
"Bagaimana bisa kau ada di bar ini juga? bukankah kau bekerja di BullGert Bellaria?" tanya Eijiro.
"Oh! sebenarnya...."
Flashback On.
"Apa kau gila?!" tanya Melia. Dia sudah tak habis pikir dengan temannya itu. "Kau menyamar menjadi orang lain? dan menjadi orang yang akan disewa oleh Tuan Eijiro?"
"Ya, benar sekali." Jawaban yang keluar dari mulut Katsuki nampaknya tidak mengalami hambatan sedikit pun Katsuki begitu santai dengan jawabannya. "Aku tahu kalau Eijiro akan mencari bar lain. Lelaki yang mudah terusik itu memang suka menghindari masalah."
"Lalu apa hubungannya dengan ku kalau kau sudah tahu itu?" tanya Melia. Sudah ada perasaan tidak nyaman di dalam benaknya. Dia tahu bahwa temannya itu suka sekali merencanakan sesuatu hal yang menyusahkan.
"Tidak sulit," tukas Katsuki. Dia menghembuskan asap rokok ke atas, membiarkan asap rokok itu terbawa dinginnya angin malam. "Kau harus menyiapkan daftar bar yang kemungkinan besar akan didatangi oleh Eijiro."
Melia hendak tertawa dan juga ingin menangis dalam waktu yang bersamaan. Memangnya dia peramal? bisa-bisanya Katsuki menyuruhnya untuk melakukan hal seperti itu.
Permintaan Katsuki cukup membuat Melia sakit kepala. Bagaimana tidak? di kota Nevada sekarang ini, sudah terdapat 100 bar. Nevada yang dulunya masih didapati banyak pertokoan dan bidang usaha lainnya, kini berubah menjadi surganya penikmat hiburan malam dan bisnis prostitusi. Dan anehnya lagi, semua bar itu memang tidak pernah sepi pengunjung. Kota itu seakan-akan sudah direncanakan sebagai tempat yang dikhususkan untuk pelacur dan gigolo.
Miris, namun tertutupi gemerlapnya keindahan dunia.
Dan yang dipermasalahkan Melia adalah, dengan cara apa dia mengelompokkan bar itu? bagaimana dia menyusun daftar bar yang kemungkinan besar akan didatangi oleh Eijiro?
"Bisakah kau meminta hal yang lebih masuk akal?" tanya Melia.
"Aku tidak pernah meragukan kemampuan orang yang sudah menjadi distributor pelaku prostitusi tiga benua, Melia. Aku tahu kemampuanmu," sanggah Katsuki. Dia benar-benar yakin dan tidak mau disuruh untuk berubah pikiran.
Rupanya yang menahan diri di sini adalah Melia. Dibalik penampilannya yang sedikit eksentrik dengan balutan pakaian sederhana, dia adalah seorang distributor pelaku kegiatan prostitusi. Pantas saja dia seringkali bepergian keluar negeri, hal itu disebabkan karena Melia yang sering mengarahkan anak buahnya yang baru sjaa terjun ke dunia prostitusi.
"Oke, kau berhutang padaku, Katsuki." Melia berdecak dan memutar bola matanya dengan malas. Dia membuka laptopnya dan kembali memperhatikan drama LGBT yang sedang panas-panasnya di tayangkan di laptop itu.
Katsuki mendelik, dia hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan temannya itu. Padahal berkata bahwa Katsuki adalah orang yang tidak waras, tapi dirinya sendiri malah suka menonton video porno setiap hari.
"Yah, aku tidak tahu bagaimana cara membayarnya selain menggunakan uang. Jadi aku akan mentransfer uang nya sekarang daripada berlarut-larut," ucap Katsuki. "Dan jangan lupa untuk melakukannya secepatnya."
Flashback Off.
Eijiro mencengkram pipi Katsuki dengan sebelah tangannya, menatap tajam dengan aura mengintimidasi. Rahang Eijiro mengeras, matanya mengeluarkan kilat cahaya merah yang cukup menakutkan, nampaknya sikap santai Katsuki tak dapat ditoleransi oleh Eijiro lagi.
"Kau mau apa?" tanya Katsuki dengan lirih. "Mau membunuhku? ayo, aku akan menikmati setiap luka yang kau berikan padaku."
Dalam diam, Eijiro masih menatap mata Katsuki. Mencoba menampilkan tatapan yang lebih garang dan menakutkan, dengan tujuan untuk meningkatkan rasa takut Katsuki.
Sett
Pat
Pat
Sebuah belaian lembut dirasakan oleh Eijiro. Belaian Katsuki terasa begitu halus, penuh kasih sayang. Sesuatu yang Eijiro rindukan selama bertahun-tahun akhirnya dapat ia rasakan lagi, belaian dari orang terkasihnya.
Namun dengan sigap, Eijiro membuang jauh-jauh pikirannya tentang masa lalu indah bersama Katsuki. Eijiro mengeratkan cengkeramannya, kali ini dia harus membuat Katsuki gentar.
"Jangan berpikir bahwa kau adalah orang yang penting di hidupku, Lemon. Kau hanyalah seorang pelacur, jangan hanya karena sudah banyak orang yang menyukaimu, kau bisa berpikir bahwa aku akan tergila-gila dan tergiur padamu. Tch, kau menyedihkan sekali."
Tawa Katsuki mulai terdengar, awalnya hanya mendengus geli. Lalu disusul dengan tubuh yang semakin bergetar. Namun tiba-tiba Katsuki langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Eijiro.
Chuppp
"Emmm hmmm."
Suara kecupan yang lembut sekaligus sensual terdengar. Tak butuh waktu lama, hanya tujuh detik, namun dapat membuat tujuh liter cairan di dalam tubuh Eijiro membeku. Seakan-akan, Eijiro sudah dimasukkan ke dalam kulkas selama tujuh hari dan ia membeku begitu saja.
"Sekarang kau boleh membunuhku," ucap Katsuki.
Eijiro mendorong kasar tubuh Katsuki. Namun Katsuki menahan tangan Eijiro, kali ini dia ingin bicara langsung dengan lelaki berambut merah tersebut.
"Kenapa kau menjauhi aku?" tanya Katsuki. "Aku tahu kau masih ingat dan mengenali aku. Aku tahu bahwa kau hanya pura-pura tidak kenal denganku, pura-pura menjadi orang asing di kehidupanku. Ku ingin mengetahui apa alasanmu hingga berbuat seperti ini."