๐ PART 42
Akhirnya , Humaira pun tiba di kampung halamannya yang terletak di cameron highland . Hatinya berasa lega apabila dapat menghirup udara segar di kampung , hampir berbulan-bulan jugak dia tidak menginjakkan kaki nya di kampung halaman . Semua tingkap rumahnya di buka luas , kain berwarna putih yang menutupi segala barang-barang di dalam rumah nya di buka . Sedikit habuk pun tidak ada di atas sofa serta barang-barang lain , Humaira tersenyum lebar sambil menampakkan barisan giginya yang putih bersinar . "๐ซ๐บ๐๐บ ๐๐๐บ ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐ป๐บ๐ ๐๐ ๐๐๐๐บ๐ ๐๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ , ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐๐๐๐บ ๐๐บ๐บ๐ฟ ๐๐พ๐ป๐บ๐ป ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐๐๐บ๐ ๐๐ , ๐๐บ๐๐ ๐ ๐พ๐๐บ๐๐๐ , ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐ฝ๐๐ฝ๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐บ๐๐บ ๐๐๐๐๐ . ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐ผ๐บ๐๐ ๐๐พ๐๐พ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ , ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐ ๐๐๐๐ฝ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐ฝ๐พ๐๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐" . Sebak Humaira yang bersandar di tepi tingkap .
Humaira turun ke halaman rumahnya , bunga-bunga yang masih cantik di pasu itu di pandang lama . Lantas dia pun menyiram bunga-bunga itu seperti dulu-dulu masa ayah nya masih hidup . Humaira memang menyukai bunga , serta hobi pun adalah menjaga setiap bunga di halaman rumahnya . Fikirannya mengenai Nik di tolak ke tepi , sekarang dia ingin merasai kehidupan kampung yang tenang dan juga segar . Setelah menyiram bunga , Humaira pun mengambil sapu lidi untuk membersihkan samping rumahnya yang banyak daun berguguran . Segala ranting-ranting pokok yang jatuh di situ di susun rapi di tepi pondok-pondok kecil yang masih megah berdiri .
Setelah membakar sampah yang di sapu , dia pun membakarnya di belakang rumah . Setelah penat membersihkan segalanya , dia pun menuju ke depan semula . Namun langkahnya terhenti apabila melihat sebuah kereta hilux milik Hazim , "๐ง๐บ๐๐๐ ๐ฝ๐บ๐๐บ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐พ ? ๐ฝ๐๐บ ๐ป๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐ ?" . Fikir Humaira sambil berjalan ke arah kereta Hazim . Dia pun melihat ke dalam kereta Hazim , namun lelaki itu tidak ada di dalam keretanya . "๐ช๐บ๐ ๐บ๐ ๐๐พ๐๐พ๐๐บ ๐บ๐ฝ๐บ , ๐ป๐พ๐๐๐บ๐๐๐บ ๐๐๐บ๐๐ ๐๐๐ ๐๐พ๐๐๐ ๐บ๐ฝ๐บ . ๐ธ๐บ ๐ ๐ ๐ ๐บ๐ ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ , ๐บ๐๐บ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐ , ๐๐พ๐๐๐ ๐ ๐บ ๐๐๐บ๐๐ ๐ฝ๐๐บ ๐บ๐ฝ๐บ , ๐๐บ๐๐บ ๐บ๐ฝ๐บ ๐๐พ๐๐พ๐๐บ ๐ป๐๐ ๐พ๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐๐พ๐๐ฝ๐๐๐ , ๐๐๐๐บ๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐บ๐๐บ ๐๐๐๐ฝ๐๐๐๐บ๐ ๐๐พ ๐บ๐๐บ" . Pelik Humaira , dia pun mengatur semula langkahnya untuk naik ke rumah .
Baru saja kaki nya ingin melangkah naik , kelibat Hazim terus muncul dari dalam rumah . "๐ง๐พ๐ , ๐บ๐๐บ๐ ๐ป๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐ ๐ง๐บ๐๐๐ ?" . Tanya Humaira dengan nada terkejut . "๐ค๐๐๐ , ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐ฟ๐บ๐๐บ๐ ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ , ๐บ๐๐ ๐ฝ๐บ๐๐บ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐๐ป๐๐ ๐ป๐บ๐๐บ๐๐ ๐บ๐ป๐บ๐ . ๐ ๐๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐๐๐ ๐๐พ๐๐๐๐ ๐๐พ๐บ๐ฝ๐บ๐บ๐ , ๐ป๐๐ ๐บ ๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐๐บ๐ , ๐บ๐๐ ๐๐พ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐๐๐บ๐ ๐๐ ๐๐พ๐๐๐บ ๐๐พ๐ป๐๐๐บ . ๐ฉ๐บ๐ฝ๐ ๐บ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐บ ๐๐๐๐๐ ๐๐พ๐๐๐๐ ๐๐๐๐บ๐ ๐๐ , ๐บ๐๐ ๐ฟ๐๐๐๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐บ๐ฝ๐บ ๐๐๐๐ ๐ป๐พ๐ ๐" . Jelas Hazim yang masih berdiri di muka pintu . Langkah Humaira sudah sampai di atas , matanya menangkap hujung bibir Hazim yang lebam .
"๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ , ๐บ๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐๐บ ๐๐บ๐บ๐ฟ ๐๐บ๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐๐ . ๐ ๐๐ ๐ป๐พ๐๐บ๐๐ ๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐ ๐บ๐๐ ๐๐พ๐๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐ฝ๐พ ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐ป๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐ผ๐บ๐ ๐๐" . Sahut Hazim sambil memandang Humaira yang sedang berjalan di anjung rumahnya . "๐ง๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐ผ๐๐๐๐ ๐๐๐บ๐ ๐๐พ๐ป๐บ๐ป ๐บ๐ป๐บ๐๐ ๐ญ๐๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐ป๐พ๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐ผ๐๐๐๐-๐ผ๐๐๐๐ ๐๐บ๐ . ๐ญ๐บ๐๐๐ป ๐ป๐บ๐๐ ๐๐พ๐ ๐บ ๐บ๐ป๐บ๐๐ ๐ญ๐๐ ๐๐ ๐๐บ๐๐๐ ๐บ๐ฝ๐บ ๐๐บ๐๐ ๐๐พ๐๐๐ , ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐ฝ๐๐บ ๐๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ๐ ๐ป๐บ๐๐บ๐ ๐ฝ๐๐บ ๐๐ , ๐๐พ๐๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐๐๐บ๐ ๐ฝ๐ ๐๐พ๐ป๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐ ๐๐" . Pedas Humaira menjelaskan bicaranya .
"๐ง๐๐ , ๐๐บ๐๐๐พ๐ ๐บ , ๐บ๐๐ ๐๐๐ ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐ ๐บ๐๐บ-๐ ๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐ , ๐๐บ๐ ๐๐พ๐ฝ๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐พ๐๐บ๐๐ฝ๐บ๐๐ , ๐ ๐บ๐๐๐๐๐ ๐๐บ๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐๐" . Kata Hazim dengan nada mendatar , pandangannya tetap ke wajah Humaira yang cantik dan tenang . "๐ง๐บ'๐บ๐ ๐๐พ๐๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐๐ ๐๐๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐ป๐บ๐ ๐พ๐ ๐ผ๐พ๐๐บ๐ , ๐๐พ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐ ๐๐๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐๐๐ ๐บ ๐ ๐๐๐บ ๐๐พ๐๐๐๐ ๐๐๐๐บ ๐ป๐๐๐๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐๐' . Sinis Humaira lagi , sedikit pun wajahnya tidak tersenyum . "๐ฌ๐บ๐บ๐ฟ๐๐บ๐ ๐บ๐๐ ๐ฌ๐บ๐๐๐บ๐ , ๐บ๐๐ ๐ป๐พ๐๐๐ -๐ป๐พ๐๐๐ ๐๐พ๐๐บ๐๐ ๐ฝ๐พ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐ฝ๐บ๐๐บ๐ ๐๐บ๐บ๐ฟ๐๐บ๐ ๐บ๐๐ ๐๐พ๐ป๐พ๐ ๐๐ ๐บ๐๐ ๐ป๐บ๐ ๐๐" . Rayu Hazim lagi .
"๐จ๐๐บ , ๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐บ๐ฟ๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ . ๐ฃ๐บ๐ , ๐๐พ๐๐๐๐ ๐บ ๐ป๐บ๐ ๐๐ . ๐ณ๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ๐ ๐ ๐บ ๐๐บ๐ ๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐" . Balas Humaira yang tidak sama sekali memandang wajah Hazim . "๐ณ๐พ๐๐๐๐บ ๐๐บ๐๐๐ , ๐๐บ๐๐ ๐๐พ๐ป๐พ๐ ๐๐ ๐๐ , ๐บ๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ ๐๐๐๐๐ ๐ป๐๐ ๐พ๐ ?" . Tanya Hazim sambil memegang lehernya . "๐ณ๐บ๐๐๐บ ๐๐๐๐๐ ๐๐พ , ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐ป๐บ๐๐๐บ๐ , ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐ป๐พ๐๐บ๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ ๐ป๐บ๐๐๐บ๐ , ๐๐บ๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ๐ -๐๐บ๐๐บ๐ ๐บ๐ฝ๐บ ๐๐๐บ๐๐ ๐ป๐บ๐ ๐๐ ๐ช๐ซ ๐๐บ๐๐๐ ๐ฝ๐บ๐ ๐บ๐ ๐๐พ๐บ๐ฝ๐บ๐บ๐ ๐๐๐ ๐๐บ๐๐ ๐๐พ๐ ๐บ๐๐บ๐๐" . Balas Humaira sinis , tiada lagi kelembutan dalam bicaranya untuk Hazim .
"๐ฎ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ ๐ป๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐๐ . ๐ช๐บ๐ ๐ป๐บ๐ ๐๐ ๐๐๐๐บ๐๐-๐๐๐๐บ๐๐ ๐๐พ ? ๐ญ๐๐ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐ ๐๐พ๐๐บ๐ ๐ ?" . Pertanyaan Hazim betul-betul membuat hatinya kacau . Namun , dia cuba untuk bersikap tenang . "๐ ๐ป๐บ๐๐ ๐ญ๐๐ ๐ป๐๐๐ , ๐พ๐๐๐-๐พ๐๐๐ ๐ฝ๐๐บ ๐ฝ๐บ๐๐บ๐๐ ๐ ๐บ๐บ . ๐ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ ๐๐๐๐๐ ๐๐พ ๐๐บ๐ , ๐๐ ๐บ๐๐บ๐ ๐ป๐๐ ๐พ๐ ๐ป๐บ๐ ๐๐" . Ujar Humaira , hatinya sedikit sentap . "๐ง๐๐ , ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐ป๐บ๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐ ๐ , ๐บ๐๐๐บ๐ ๐บ๐๐๐บ๐ ๐บ๐๐๐๐" . Pamit Hazim lalu menuruni tangga rumah Humaira . "๐ซ๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐ , ๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐ ๐๐๐บ ๐๐บ๐๐๐บ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐ฝ๐พ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐บ๐ป๐บ๐ ๐บ๐๐บ๐ . ๐ณ๐บ๐ฝ๐ ๐๐บ๐๐บ ๐ฝ๐บ๐๐บ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐บ๐๐บ ๐๐บ๐ ๐๐พ๐๐๐บ๐ ๐๐บ๐ ๐๐๐๐๐๐บ๐ ๐๐๐๐๐บ ๐ฝ๐๐๐๐บ๐๐ , ๐๐บ๐บ๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐บ๐ ๐บ๐" . Kata Humaira dan terus berlalu dari situ . Dia hanya membiarkan Hazim pulang dengan sendirinya tanpa menghantar dengan sepasang mata . Hazim yang melihat kelibat Humaira sudah memasuki rumahnya , dia hanya tersenyum kelat , hatinya sedikit terguris dengan cara layanan Humaira yang agak kasar pada pendengarannya .
Humaira melabuhkan punggungnya di atas sofa , perlahan-lahan air matanya mengalir , sikap Nik mulai terpampang di layar ingatannya . Ternyata tidak semudah itu untuk mencairkan sikap dinginnya , layanannya terus terhenti apabila dapat tahu rahsia yang di simpan kemas selama ini . Humaira menekup wajahnya lalu menangis teresak-esak , dia menangis semahunya di ruang tamu bersendirian .
Nik sudah menjauhkan wajah Humaira dalam ingatannya namun payah , wajah isterinya yang cantik itu serta dapat menggugat jiwanya sedang kacau . Berkali-kali dia meraup kasar wajahnya , sengaja dia berlama di office untuk menyibukkan dirinya dari mengingati momen indah bersama Humaira . Sehari suntuk dia meeting dengan client , masanya di habiskan dengan kerja . Tubuhnya di sandarkan sejenak di kerusi bagi menghilangkan rasa lenguh pada belakangnya , bingkai gambar di atas meja nya di capai . Dia menatap lama wajah Humaira masa akad nikahnya , dia sengaja menangkap gambar Humaira dengan telefonnya . Terlihat gambar Humaira sambil tersenyum sambil menunjukkan tangannya yang terlukis inai berwarna putih sedang memakai cincin di jari manisnya .
"๐จ๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐บ๐๐บ๐๐ , ๐ป๐บ๐๐ ๐บ๐ป๐บ๐๐ ๐๐บ๐๐บ" . Ringkas Nik bertutur kata . Wajahnya yang kacak terlihat muram tanpa adanya seorang isteri di sisi nya . Dia pantas meletakkan semula bingkai gambar Humaira apabila seseorang mengetuk pintunya . "๐ฌ๐บ๐๐๐" . Laung Nik dari dalam . Terpacul wajah Imelda , selaku PA di office nya . "๐ณ๐พ๐๐๐๐ , ๐ผ๐ ๐๐พ๐๐ ๐ฝ๐บ๐๐ ๐ฉ๐ก ๐ฝ๐บ๐ ๐๐บ๐๐๐บ๐ , ๐ฝ๐๐๐๐บ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐บ๐ ๐ป๐๐ ๐๐ ๐๐พ๐พ๐๐๐๐" . Jelas Imelda lalu menutup semula pintu bilik Nik . Mendengar panggilan itu , Nik pun bergegas ke ruang meeting , client kan , kenala layan dengan baik .
Jam di dinding menunjukkan pukul 8:00 malam , Nik mengambil keputusan untuk tidur di office nya saja tanpa pulang ke rumah . Humaira mungkin juga tidak kesah pasal dirinya , Nik pun melonggarkan dasinya , dia melabuhkan punggungnya di sofa , telefon iPhone nya di buka , pinned mesej di tekan . Terpampang nama " ๐ฎ๐บ ๐ญ๐ฐ๐ท๐ฆ ๐ธ๐ช๐ง๐ฆ โค๏ธ " , melihat tiada apa-apa mesej dari Humaira , dia pun mematikan semula telefonnya . Posisi nya di ubah dari duduk ke baring , bingkai gambar Humaira di tenung lama buat kali kedua , bila rasa mengantuk mulai mengusai matanya , lantas bingkai gambar yang di pegang di letakkan di atas dada bidang nya , sebelah tangannya pula di letakkan terbalik di dahinya . Tidak lama kemudian , dia pun di buai mimpi .