Siang jam 12.00
Panji dan teman - temannya melaksanakan solat jumat di masjid kampung. Setelah solat jumat... Ketika Panji berjalan melewati belakang rumah Kyai Asbak hendak kembali ke pondok... Panji mendengar suara Bu Nyai Halimah memanggil,
"Kang Panji... kemari!"
"Iya Bu Nyai," sahut Panji kemudian mendekat,
"Ada apa Bu Nyai."
"Ayoo masuk sini... Makan dulu," ucap Bu Nyai,
"Itu ambil sendiri piringnya, itu lauk pauknya! Makannya duduk di kursi meja makan, dan jangan tergesah - gesah ya..."
Setelah mengambil piring... Panji menikmati makan siang di dapur rumah Kyai Asbak.
"Aduuuh...! Kamu ganteng juga yaaa," ucap Bu Nyai iseng sambil duduk tak jauh dari meja makan,
"Panji... Apa kamu sudah bisa baca Al qur'an?"
"Belum Bu Nyai, masih mengeja," jawab Panji sambil makan.
"Kalau tinggal di pondok... Jangan nakal - nakal yaa... Soalnya, bu Nyai dengar kabar, kamu sangat nakal sekali, suka iseng sama santri lainnya." ujar Bu Nyai Halimah.
"Iya Bu Nyai," ucap Panji.
"Eeee... Ada kang Panji," ujar Kyai Asbak sepulang dari solat jumat, kemudian duduk di kursi meja makan menghadap Panji.
"Kyai mau makan juga?" tanya Bu Nyai, kemudian mengambil piring, lalu menaruh di atas meja depan sang Kyai.
"Kang Panji... Kalau mau, setiap pagi jam 9, kamu bantu antar kue ke warung - warung yang ada di kampung yaa? Nanti Bu Nyai, kasih uang buat jajan," kata Bu Nyai,
"Pokoknya sehabis bantu - bantu Kyai Nuruddin... Kamu kesini."
"Iya Bu Nyai," jawab Panji polos.
"Kalau Kang Panji lapar ingin makan... Datang saja kesini," kata Kyai Asbak,
"Ambil sendiri di dapur, jangan sungkan - sungkan."
"Iya Kyai," jawab Panji.
Setelah makan dan berbincang - bincang... Panji pamit untuk kembali ke pondok. Sambil berjalan ke arah pondok... Panji berkata dalam hati,
"Bantu Bu Nyai, mengantarkan kue ke kampung - kampung...? Hemmm... Tambah banyak pekerjaan ku? Kapan belajar ngajinya, kalau sibuk bantu - bantu keluarga para Kyai? Mengapa kok yang di pilih itu aku...? Bukan santri yang lainnya, kan lebih dari ratusan santri di sini...?
Aneh keluarga ndalem itu!! Apa karna aku tidak dapat kiriman bulanan yaa...?"
"Panji... sini!" panggil Kang Subur yang sedang menghafalkan alfiah di bawah pohon samping pondok.
"Iya Kang," ucap Panji kemudian mendekat. Setelah duduk Panji mengeluarkan rokok marlboro dari dalam sakunya, lalu menyulutnya.
"Eeee... Gaya rokok nya marlboro...? Rokok mahal ini!" kata Kang Subur,
"Banyak uang ya...? bisa beli rokok marlboro," kata Kang Subur.
"Ini tadi habis di kasih makan Bu Nyai Halimah, terus di kasih rokok sama Kyai Asbak Kang," ujar Panji,
"Saya lihat, banyak tumpukan rokok marlboro di meja dapur rumah Kyai."
"Pantesan kamu rokok_an marlboro... Ternyata di kasih kyai Asbak," gumam Kang Subur,
"Kyai Asbak itu banyak tamunya, setiap tamu pasti ngasih rokok marlboro... Karna rokok kesukaan kyai Asbak itu rokok marlboro. Saya saja yang mondok di sini 2 tahun, belum pernah di kasih rokok sama kyai Asbak! Kamu yang mondok baru 2 minggu, sudah di kasih rokok! Baik bener nasib mu."
"Biasa Kang, rejeki anak soleh," ucap Panji sambil tersenyum,
"Kang, kyai Asbak dan bu Nyai Halimah itu orangnya baik yaa, dermawan."
"Iya Panji, kyai Asbak itu Lyai yang di kenal sangat sabar sekali," ucap Kang Subur,
"Belum pernah Kyai Asbak itu marah atau emosi...
Kyai Asbak itu, sepengetahuan ku, orangnya pendiam, kecuali waktu mengulang ngaji. Kyai Asbak juga orang yang sangat Alim di bidang kitab kuning.
Bu Nyai Halimah istrinya juga sangat sabar dan dermawan... Sering berbagi rejeki sama fakir miskin."
"Iya, iya," ucap Panji,
"Tadi aku juga di kasih makan, makannya pun satu meja dengan Kyai Asbak... Apa yang di makan sama Kyai Asbak, itu juga yang aku makan. Aku juga di kasih uang buat jajan sama Bu Nyai Halimah."
***
Setelah sebulan tinggal di pondok pesantren Meteor Garden... Panji sudah terbiasa dengan adat dan seluk beluk kehidupan para santri.
Malam jumat kegiatan di pesantren libur. Setelah melaksanakan rutinan tahlil dan yasinan di rumah Kyai Asbak... Panji duduk di kamar sambil menghafalkan jus ammah.
"Kang Panji, ayoo ngopi sambil lihat TV," ajak Kang Salim sahabatnya.
"Aku tidak punya uang Kang, buat bayar kopi," jawab Panji.
"Sudah, ikut saja," sahut Kang Ujang,
"Aku ada uang kalau buat ngopi."
Malam itu... Panji dan teman - temannya menikmati kopi hitam dan kepulan asap rokok di meja, di bawah pohon mangga warung belakang pondok. Ketika enak - enak ngobrol... Tiba - tiba Kang Subur mendekat kemudian berkata,
"Ayoo kita ziarah ke makam Kyai Jabat, mumpung belum terlalu malam."
"Baiklah," ujar Kang Ujang,
"Panji Ayoo, Lim."
"Baiklah, setelah itu kita kembali ke warung," kata Kang Salim.
Malam itu sehabis isyak... Panji dan ketiga kawannya pergi ke makam Kyai Jabat. Setelah sampai di area makam... Kang Ujang yang penakut berkata,
"Kang Subur... Lampunya mati, hanya di depan gapura ini saja yang hidup... Di depan makam gelap!"
"Gak apa - apa... Tenang saja," ujar Kang Subur kemudian mendekat makam di susul yang lainnya.
Setelah duduk bersila... Kang subur memimpin tawasul juga wirid. Panji yang duduk di belakang tengok kanan tengok kiri, kemudian mengambil batu yang ada di sampingnya, kemudian melempar batu kecil itu ke arah makam.π
Mendengar suara - suara benturan batu kecil dengan kayu... Membuat kang Ujang dan Kang Salim was - was! sambil kepalanya mendongak.
Ketika suasana tidak nyaman... Tiba - tiba dari depan ada bayangan putih - putih berjalan mendekat makam. Kang Subur juga teman - temannya melihat bayangan putih semakin mendekat. Karna penerangan makam remang - remang... Tiba - tiba Kang Ujang berteriak, "Setaaaan...!"
Kang Ujang berdiri, lalu berlari ke luar area makam, di susul Kang Salim, kemudian Kang Subur.
Melihat teman - temannya lari ketakutan... Panji tetap duduk diam, sambil tersenyum melihat teman - temannya.
Setelah dekat... Panji melihat kalau bayangan putih itu adalah Kang Soleh, santri senior yang katanya paling alim di pondok.
"Assalamualaikum yaa Ahli kubur...
Assalamualaikum yaa Kyai Jabat," salam Kang Soleh.
"Waalaikumsalam," jawab Panji yang duduk di samping makam, sambil menahan tawa.
Mendengar jawaban salamnya... Kang Soleh sangat terkejut, kemudian tengok kanan kiri untuk melihat area dekat makam,
"Hemmmm... Tidak ada orang sama sekali, apakah itu suara jawaban salam dari Kyai Jabat...?"
Setelah bertawasul dan wirid... Kang Soleh berdoa. Ketika sedang berdoa... Kang Soleh mendengar suara,
"Amin... Amin..." Hingga selesai berdoa.
Karena pemasaran... Kang Soleh mengelilingi makam, sambil melihat - lihat apakah ada santri yang iseng,
"Hemmm... Tidak ada siapa - siapa...? Berarti ini suara Kyai Jabat."
Ketika Kang Soleh hendak beranjak pergi... Panji yang bersandar di makam Kyai Jabat berkata,
"Kalau doa mu ingin di kabulkan... Sedekalah uang 20 rb, taruhlah di atas makam sebelah batu nisan... Bukankah siang tadi kamu mendapat kiriman bulanan...?"
"Sendikoh dawuh Kyai," jawab Kang Soleh kemudian mengambil uang dari dalam gulungan sarungnya, lalu meletakkan uang dua lembar 10 ribuan di dekat batu nisan makam. Setelah itu Kang Soleh pergi keluar area makam.π
Setelah Kang Soleh pergi... Panji mengambil uang itu, kemudian keluar makam menuju pondok. Setelah mampir beli rokok jarum super... Panji langsung menuju musollah merebahkan badannya.
Sambil menikmati kopi dan kepulan asap rokok di warung... Kang Soleh berkata dalam hati,
"Kejadian di makam barusan ini terasa aneh...!
Sejak 9 tahun aku mondok disini... Baru kali ini salam ku ada yang menjawab... Bahkan di suruh sedekah? Aneh memang makam mbah Wali Jabat itu! Benar kata para alumni santri, kalau makam mbah Wali Jabat itu sangat Aneh penuh misterius."
Sementara... Kang Salim yang kembali lagi ngopi di warung berkata,
"Kang Subur... Kang Panji kemana yaaa? Kok belum kembali ke warung?"
"Dia paling sudah berada di pondok, dia kan lari duluan," jawab Kang Subur.
Panji yang rebahan di musollah berkata lirih,
"Aneh...! Mengapa Kang Soleh tidak bisa melihat ku...?
Padahal aku duduk bersandar makam! Pas Kang Soleh berjalan memutari makam... Sebenarnya_kan dia melihatku? Karna aku berada di depan kakinya... Apa karena penerangan makam yang remang - remang...?
Jam 11 Malam Kang Salim kembali ke pondok, kemudian mencari Panji. Ketika melihat Panji rebahan di teras musolla... Kang Ujang dan Kang Salim tertawa terbahak - bahak.
"Hemmm... Rokoknya jarum super, masih penuh lagi!" kata Kang Ujang,
"Katanya gak punya uang...? Kok bisa beli rokok?"
"Iya barusan di kasih uang sama kyai, 20 rb," jawab Panji tersenyum,
"Di kasih uang yaa beli rokok."
"Mengapa kamu gak kembali ke warung?" tanya Kang Salim.
"Mau ke warung tadi di panggil Kyai, di suruh beli rokok, jadi mau kembali ke warung belakang males," jawab Panji berbohong mengerjai temannya.
"Kang Panji... 20 rb itu banyak loh...! Itu kiriman makan dan uang jajanku selama sebulan 25 rb," sahut Kang Subur,
"Ber-untung sekali dirimu, apalagi uang dari Kyai itu barokah."
"Barokah itu apa sih Kang, kok sering santri bilang barokah," tanya Panji.
"Barokah itu kebaikan atau bertambahnya kebaikan," jawab Kang Subur,
"Jadi uang dari Kyai itu... Kalau kamu pakai jajan... Diri mu akan menjadi orang baik, bahkan bertambah baik."
"E... Kang Soleh itu dari daerah mana?" tanya Panji.
"Kang Soleh itu dari Kabupaten Bogor Panji... Dia di sini sudah 9 tahunan. Kang soleh itu bisa di bilang santri paling alim... Dia ahli ilmu tasawuf, dia juga rajin tirakat solat malam juga dzikir malam. Lihat... Sebentar lagi jam 12 pasti dia ke musollah."
"Konon kabarnya... Kang Soleh itu kebal senjata dan tidak mempan di santet juga di teluh," sahut Kang Salim.
"Yang benar kamu Kang Salim? Mana ada orang kebal senjata," ujar Panji,
"Gosip kali...!"
"Ah kamu itu, kalau di kasih tau selalu gak percaya," kata Kang Salim.