webnovel

Ang Ma

Waktu berjalan terus tanpa berhenti. Li Yong masih menunggangi Kuda Merah Darah itu. Entah sudah sejauh mana jarak yang telah ditempuh olehnya. Yang jelas, sejak tadi sampai kini, dia belum berhenti walau hanya sebentar.

Sebenarnya hal tersebut bukan keinginannya, alasan kenapa dia belum berhenti adalah karena Kuda Merah Darah itu masih liar. Dia tidak mau menuruti perintahnya.

Singkatnya, Li Yong harus berhasil menaklukkan kuda itu lebih dulu sebelum dia benar-benar menuruti setiap keinginannya.

Kuda Merah Darah terus berlari. Makin lama makin kencang. Tubuh pemuda tersebut pun semakin berguncang.

Kalau tidak kuat mental, mungkin sudah sejak tadi dirinya muntah-muntah dan jatuh terjungkal ke atas tanah. Mungkin juga dia sudah menyerah.

Untunglah, Li Yong bukan tipe orang seperti itu. Semakin sulit tantangan yang dihadapi, maka semakin semangat juga dia ingin merintanginya.

Saat ini, dirinya sedang berada di sebuah padang rumput yang sangat luas. Entah berada di kota atau daerah apa padang rumput itu, karena dia benar-benar tidak mengetahuinya.

Li Yong mulai merasa kelelahan. Tenaganya makin lama makin berkurang. Hal itu disebabkan karena sudah cukup lama dia berusaha mengimbangi dirinya agar tidak terjatuh dari punggung kuda.

'Kalau seperti ini terus, maka aku akan mati kelelahan. Hemm, aku harus bertindak. Aku harus bisa menundukkan kuda ini,' batinnya berkata.

Setelah berkata demikian, pemuda itu mulai mengeluarkan tenaga luarnya. Sepasang kaki Li Yong langsung menjepit perut Kuda Merah Darah sekencang mungkin. Kedua tangannya segera menarik tali kekang kuda sekuat tenaga.

Kuda Merah Darah seketika meringkik. Binatang itu sepertinya merasa kesakitan. Bukannya menyerah, kuda tersebut justru malah berlari semakin kencang.

Namun kali ini, Li Yong tidak bisa tinggal diam saja. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menundukkan binatang tunggangan barunya tersebut.

Setelah berjuang beberapa waktu, akhirnya usaha pemuda itu tidak sia-sia juga. Li Yong berhasil menundukkan Kuda Merah Darah.

Ketika berhasil ditundukkan, sikap liarnya langsung berubah menjadi penurut. Kuda Merah Darah tersebut benar-benar langsung nurut. Kalau Li Yong menyuruhnya berjalan perlahan, maka kuda itu akan langsung berjalan. Kalau dirinya menyuruh berlari, maka binatang tersebut langsung berlari.

Ketika mengetahui perjuangannya membuahkan hasil, sekulum senyuman kebanggaan tiba-tiba tersungging di mulutnya.

"Akhirnya kau mau menuruti perintahku juga," kata Li Yong sambil mengelus-elus kepala kuda tersebut.

Li Yong kemudian turun dari punggung kuda. Kemudian berjalan di sisinya. Pemuda itu membiarkan Kuda Merah Darah merumput. Bagaimanapun juga, kuda perkasa itu pasti merasa kelelahan.

Apalagi dia telah berlari sekian lama.

Sambil menunggu kudanya selesai merumput, pemuda itu memilih untuk merebahkan diri di atas rumput yang hijau tersebut. Li Yong memandang gumpalan awan di atas sana. Semilir angin berhembus. Hamparan rumput bergoyang-goyang karena terpaannya.

Li Yong sedang memikirkan nama untuk tunggangan barunya.

Lewat sesaat kemudian, tiba-tiba dia bangkit dengan cepat lalu memandang ke arah Kuda Merah Darah.

"Aku ingin memberikan nama untukmu. Karena kau berwarna merah, bagaimana kalau aku beri nama Ang Ma (Ang= Merah, Ma=kuda, diambil dari bahasa hokkian)?"

Kuda yang saat itu sedang merumput, tiba-tiba berhenti sebentar lalu memandang ke arahnya. Kuda itu meringkik lalu mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Seolah-olah dia mengerti dengan ucapan majikan barunya tersebut.

"Ah, jadi kau setuju dengan nama barumu itu?" tanya Li Yong sedikit gembira.

Si kuda meringkik kembali. Seolah-olah dia menjawab "iya".

"Hahaha … bagus, bagus. Kalau begitu, mulai sekarang aku akan memanggilmu Ang Ma,"

Li Yong tampak sangat bahagia sekali. Selama beberapa waktu belakangan ini, rasanya baru sekarang saja dia terlihat begitu bahagia.

Andai kata ada orang lain yang menyaksikan kejadian itu, niscaya dia akan merasa keheranan. Tapi untunglah di sana hanya ada pemuda itu seorang. Sehingga Li Yong tidak perlu takut akan diketahui orang lain.

Lewat setengah jam kemudian, Ang Ma selesai merumput. Tenaga binatang itu sudah kembali pulih seperti sedia kala.

Li Yong bangkit berdiri. Dia langsung naik ke punggungnya lalu melesat pergi dari sana.

###

Matahari mulai condong ke arah barat. Senja telah tiba. Li Yong masih berada berada di atas punggung Ang Ma. Sekarang dirinya sedang berjalan di jalanan tengah hutan.

Pemuda itu ingin mencari pemukiman warga. Perutnya mulai merasa lapar. Dan dia pun butuh istirahat.

Suasana di hutan itu sangat sepi. Selain suara kicau burung dan binatang penunggu hutan lainnya, rasanya tiada suara apapun lagi yang dapat terdengar di sana.

Tiba-tiba, Li Yong menyuruh Ang Ma untuk berhenti. Alasan kenapa pemuda itu melakukannya adalah karena dia telah merasakan adanya kehadiran orang lain di tempat tersebut.

Sepasang matanya memandang ke sekeliling. Meskipun orang yang dimaksud belum memunculkan diri, tapi Li Yong sudah tahu bahwa di sana memang ada orang lain. Dan menurut dugaannya, jumlah orang itu lebih dari lima.

"Keluarlah! Jangan bersembunyi seperti kawanan tikus," katanya dengan nada dingin.

Pada awalnya, keadaan di sana masih tetap sama seperti semula. Sepi, sunyi.

Tapi lewat sekejap kemudian, mendadak kesepian dan kesunyian itu berubah menjadi keramaian.

Delapan orang bercadar hitam tahu-tahu berlompatan dari sisi kanan dan kiri. Mereka langsung mengepung Li Yong. Pada masing-masing tangan kanannya sudah tergenggam sebatang golok panjang bersarung hitam pula.

Walaupun tidak mengetahui siapakah kawanan orang itu, namun pemuda tersebut sudah dapat menebak bahwa mereka pasti bukan manusia baik-baik.

"Apa mau kalian?" tanya Li Yong tanpa basa-basi.

"Kami hanya ingin kau menyerahkan harta benda yang ada," jawab salah seorang di antara mereka.

"Aku tidak punya apa-apa," jawab Li Yong tetap dingin.

"Dusta,"

"Kalau begitu, serahkan saja kuda merah ini," sahut rekan yang lainnya.

Mereka mengangguk-anggukkan kepala. Pada awalnya, orang-orang itu tetap acuh tak acuh terhadap kehadiran Ang Ma si Kuda Merah. Tapi ketika mereka mengetahui jenis dari kuda tersebut, mendadak saja mata kawanan perampok itu langsung berbinar-binar.

"Aih, bukankah … bukankah ini adalah Kuda Merah Darah dari belahan Timur?" tanya salah seorang kepada yang lain.

Tujuh rekannya seketika memandang ke arah Ang Ma. Mereka memandang dengan penuh selidik, ketika merasa yakin bahwa kuda itu merupakan kuda jempolan yang mempunyai harga selangit, mendadak saja tujuh perampok tersebut berseru tertahan.

"Ah, benar. Ini memang Kuda Merah Darah yang sangat mahal dan langka," ujar salah seorang.

Jiwa keserakahan orang-orang itu mulai bangkit. Orang yang menjadi pemimpinnya tiba-tiba berpaling ke arah Li Yong. Kemudian dia berkata, "Jika benar kau tidak punya harta apapun, bagaimana kalau kau serahkan saja kuda merah ini?" tanyanya dengan nada bersahabat.

"Kalau aku tidak mau?" tanya balik pemuda itu.

"Kalau kau tidak mau, maka kami akan segera membuat kau mau,"

"Hemm …" Li Yong mendengus dingin. Rasa kesalnya perlahan mencuat ke ubun-ubun kepala.

Next chapter