webnovel

BERTEMU PAK BROTO

Karsih dan Fajar pulang, mereka menaiki mobil yang dimiliki oleh Mbak Tina atas perintah dari Mbak Tina karena mobil Fajar sendiri sudah terlanjur masuk ke dalam garasi. Untuk mempermudah kepulangan Karsih maka Mbak Tina mengijinkan kepada Fajar untuk memakai mobilnya saja.

Karsih tampak lemas sekali, dia terduduk sambil wajahnya menunduk, menyembunyikan rasa letih yang ada di dalam tubuhnya, sesekali Fajar mengamati wanita itu dari kaca spion mobilnya.

Kemudian tanpa mereka sadari di sebuah tikungan ada seorang laki-laki menghentikan mobil mereka. Mereka pun berhenti. Fajar membuka kaca mobil, betapa terkejutnya saat Fajar mengetahui bahwa yang menghentikan mobilnya adalah Pak Broto.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Fajar dengan sangat sopan.

"Oh maaf, aku pikir tadi Tina dan juragan Darsa yang lewat, ternyata kamu, Jar!"

"Iya Pak. Kebetulan saya di izinkan oleh Mbak Tina untuk menggunakan mobilnya."

"Kamu mau kemana?" tanya Pak Broto penuh selidik kepada Fajar.

Fajar berpikir sejenak dia kemudian berkata dengan jujur, "Saya akan mengantarkan Karsih pulang, Pak."

"Karsih di mana? Ada Karsih?" tanya Pak Broto kepada Fajar.

Mendengar nama Karsih disebut sontak Pak Broto menjadi bersemangat. Dia mendekati mobil yang saat ini dikendarai oleh Fajar, matanya celingukan menuju ke dalam mobil untuk melihat di mana Karsih duduk saat ini.

Pak Broto kemudian mendekati sisi kiri dari mobil yang dinaiki oleh Fajar, dia melihat Karsih begitu lemah terduduk di mobil tersebutm

Dan dengan lancang satu tangannya menyentuh rambut Karsih kemudian berkata:

"Kamu kenapa, cah Ayu?"

Karsih merasa terkejut diperlakukan demikian, dia kemudian membetulkan letak duduknya. Dalam hatinya dia memaki Fajar, mengapa Fajar membuka kaca jendela mobilnya saat tahu bahwa ada Pak Broto mendekatinya. Mestinya Fajar tetap menutup kaca mobil tersebut agar tangan lelaki itu tidak lancang menyentuh bagian tubuhnya.

"Oh, saya hanya kurang enak badan, Pak," ucap Karsih kepada Pak Broto.

"Kamu ini terlalu capek. Kamu harus dibawa ke dokter untuk diberikan suntikan multivitamin."

Pak Broto tampak begitu perhatian kepada Karsih.

"Apa sebaiknya kamu naik mobilku saja. Saya antarkan ke rumah sakit, nanti kamu saya antar pulang ke rumahmu." Pak Broto menawarkan kepada Karsih untuk mengantarkan Karsih ke rumah sakit dan pulang, namun dengan sangat sopan Karsih menolak tawaran itu.

"Tidak perlu, Pak. Terima kasih, saya hanya ingin pulang dan beristirahat."

"Kamu harus tetap sehat lo cah ayu," Pak Broto kemudian menyentuh dagu Karsih.

Melihat itu, Fajar mengernyitkan keningnya. Dia merasa Pak Broto sudah berada di luar jalur yang seharusnya sehingga membuat dirinya harus turun tangan. Entah mengapa Fajar merasa tidak rela melihat Karsih disentuh-sentuh begitu rupa oleh Pak Broto meskipun masih dalam batas wajar tapi tetap saja Fajar merasa tidak terima.

"Maaf Pak, saya harus mengantarkan Karsih pulang karena mobilnya akan segera dipakai oleh Mbak Tina," kata Fajar kepada Pak Broto.

"Tapi kan saya masih ngobrol dengan Karsih!"

"Kasihan Karsih Pak, kalau dia terlalu lelah. Bukankah Pak Broto sendiri yang bilang bahwa Karsih harus segera beristirahat artinya Karsih harus segera sampai di rumah."

"Kamu itu anak kecil tau apa Fajar! Sudah, sekarang Karsih biar ikut saya saja. Saya yang akan mengantarkan pulang." Pak Broto kemudian bermaksud untuk membuka paksa mobil yang dinaiki oleh Fajar.

Sedangkan Karsih tampak begitu ketakutan, dia mendekatkan tubuhnya ke arah Fajar.

"Mohon maaf Pak, Karsih biar saya antarkan saja sesuai dengan apa yang saya sampaikan kepada Mbak Tina tadi. Saya harus menjalankan ini sebagai bagian dari tanggung jawab saya kepada Mbak Tina."

"Saya akan telepon ke Tina supaya dia tahu bahwa Karsih saya yang mengantarkan.

Tina pasti percaya kepada saya. Bersama dengan saya Karsih jauh lebih aman daripada bersama dengan cecunguk kecil seperti kamu, Jar!"

Pak Broto mulai emosi.

Kalimat yang keluar dari bibirnya mulai memunculkan kalimat-kalimat yang tidak sopan membuat Fajar merasa tidak nyaman.

Fajar menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan kasar. Dia merasa mulai tidak nyaman dengan keberadaan Pak Broto saat ini.

Sejak awal Fajar memang sama sekali tidak memiliki ketertarikan apapun terhadap Pak Broto. Jangankan untuk menghormatinya, untuk sekedar menyapa saja sebenarnya Fajar sangat malas. Bagi Fajar, Pak Broto tidak lebih dari seorang pecundang, laki-laki tua yang tidak memiliki tata krama, laki-laki tua yang hanya menuruti nafsunya saja.

Fajar kemudian menghidupkan mobilnya saat Pak Broto masih menghubungi Mbak Tina. Di dalam hatinya berujar, dia nanti akan menceritakan semuanya kepada mbak Tina. Fajar yakin Mbak Tina akan lebih percaya kepada dirinya daripada kepada Pak Broto.

Berlama-lama di samping Pak Broto hanya akan membuat Fajar emosi saja.

"Saya permisi untuk mengantarkan kasih terlebih dahulu, Pak," kata Fajar kepada Pak Broto setengah berteriak. Dia lantas menginjak pedal gas dan meninggalkan Pak Broto yang terbengong-bengong sendirian.

Fajar sadar apa yang dia lakukan kali ini akan menuai permasalahan tetapi sepertinya dia tidak peduli. Yang paling penting saat ini adalah dia harus mengantarkan Karsih pulang dan mempersilakan Karsih beristirahat. Wanita itu membutuhkan banyak tenaga untuk tampil prima. Masih banyak kegiatan yang harus dilewati, masih banyak acara yang harus dilalui, jika Karsih mendadak sakit, otomatis orkestra milik Mbak Tina tidak akan mungkin bisa manggung sesuai dengan permintaan pelanggan yang sudah memesannya.

"Mas Fajar berani sekali menghindari Pak Broto," ucap Karsih masih dengan suara yang parau.

Fajar hanya tersenyum tanpa menjawab apa yang Karsih katakan.

"Apakah tidak akan jadi masalah, Mas? Apa yang dilakukan oleh Mas Fajar kepada Pak Broto tadi?!?"

"Pastinya akan menjadi masalah, tapi doakan saja semua berjalan baik-baik saja."

"Nanti sepulang mengantar Karsih, sebaiknya Mas Fajar jangan melewati jalan itu. Mas Fajar melewati jalan yang memutar saja karena khawatir Pak Broto merasa tidak terima dan merasa tidak dihormati sehingga dia melakukan hal-hal yang bisa membuat Mas Fajar celaka," Karsih berbicara sambil menatap wajah Fajar, tatapan matanya menyiratkan keseriusan.

"Kamu tenang saja, tidak usah khawatir, yang paling penting saat ini adalah kamu pulang beristirahat, kalau bisa kamu makan makanan yang bergizi, jangan lupa juga minum vitamin. Ada vitamin nggak di rumahmu?" tanya Fajar kepada Karsih.

"Jelas tidak ada, Mas. Selama ini, jangankan untuk membeli vitamin, untuk membeli makan sehari-hari saja aku harus berjuang. apalagi membeli vitamin!"

"Tapi sekarang kamu punya uang kan?"

"Iya ada, Mas. Aku bergabung menjadi sinden di tempat Mbak Tina, aku merasa tidak memiliki kekurangan apapun perihal keuangan. Mas Fajar tidak usah khawatir tentang keuangan, hanya jika Mas Fajar menanyakan tentang persediaan vitamin, aku jawab jelas tidak ada."

"Kalau begitu, kita ke apotek saja dulu!"

"Aduh, tidak usah. Kita pulang saja, kepalaku sudah sangat pusing."

Dua orang yang sama-sama saling ingin membahagiakan dan saling mementingkan kepentingan pasangannya dibandingkan dengan kepentingannya sendiri sedang duduk bersama. Tidak ada yang lebih indah daripada hal yang mereka rasakan saat ini. Itulah yang kali ini sedang dirajut oleh Karsih dan Fajar mereka sama-sama berjuang untuk saling membahagiakan bahkan tanpa memikirkan tentang diri mereka sendiri.

Next chapter