Fathan menipiskan bibir. "Kenapa Bandung?"
"Soalnya... itu salah satu kampus impian aku,"
Fathan mengangguk pelan. "Ngambil apa?"
"Psikologi."
Fathan mengernyit. "Tapi kamu--"
"Sengaja. Biar aku bisa obatin diri sendiri dan orang lain. Emang gak mudah, tapi aku bakal coba."
Fathan mengangguk lagi. Ia menunduk sekilas lalu menatap Yera. "Harus banget, ya, Ra? Kamu gak bisa di sini aja?"
"Maaf Than, aku nggak bisa."
Fathan diam, memejamkan mata sejenak. Ia kembali menatap Yera dengan mata berkaca-kaca. "Aku gak bisa pisah sama kamu Ra..., aku gak bisa jauh dari kamu, aku gak bisa...." ucapnya lirih.
Yera berdiri menghampiri Fathan, memeluk suaminya. Fathan balas memeluk Yera erat. Laki-laki itu terisak pelan. "Kamu selalu minta aku buat nggak pergi, tapi kenapa sekarang kamu yang
akan pergi ninggalin aku?" ucap Fathan.
Yera menahan sesak di dadanya. "A-aku nggak ninggalin kamu, aku selalu ada buat kamu. Aku masih di Indonesia, kita masih bisa komunikasi lewat ponsel,"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com