webnovel

Wanita di Panggung Teater 2

"Tu … tunggu aku!" Dylan setengah berlari di belakang Leo, ia terengah-engah memegangi bahu sahabatnya itu. "Aku tahu kalau kau ingin melihat wanita itu, tapi tidak seperti ini juga caranya."

"Apanya?" Leo mengerutkan kening, ia melangkah lebih cepat. "Kita terlambat untuk mendapatkan tempat paling depan karena dirimu."

"Aku tidak sengaja, aku tidak tahu kalau aku memakan makanan yang salah dan berakhir di toilet sepanjang sore!" Dylan menggerutu di sampingnya, cahaya lentera bersinar di setiap tiang lampu yang berjejer di sepanjang jalan, beberapa orang mengobrol santai melewati mereka.

Di ujung jalan cahaya terlihat lebih bersemarak dan iring-iringan musik terdengar merdu, jelas sekali kalau pertunjukan teater yang ingin Leo tonton sudah dimulai, mereka terlambat.

"Maaf." Dylan mengangkat tangannya, ia tahu kalau dirinya sangat ceroboh. "Aku minta maaf, ayo kita coba pergi."

Mereka berdua berjalan ke lapangan yang biasanya dipakai untuk berlatih pedang kini telah disulap menjadi tempat pertunjukkan, ada sebuah panggung besar di ujung lengkap dengan tirai merah dan lampu-lampu yang bersinar menyorot ke tengah panggung.

Pertunjukan teater memang telah dimulai, ada seseorang yang menyanyi, suaranya indah dan merdu mengikuti aliran musik, Leo tidak memedulikan Dylan, ia menerobos ke depan, mencari tempat yang paling bagus untuk menonton.

Cahaya lampu berkedip dan aliran musik menjadi lambat, tirai merah bergerak dengan perlahan naik ke atas, diikuti dengan cahaya berwarna jingga yang menyorot ke tengah-tengah panggung, seorang wanita muncul dengan gaun lebar.

Beberapa prajurit yang menonton bergumam, wanita itu bukan wanita yang menyanyi tapi penampilannya mampu membuat Leo tidak bisa berkedip.

Wanita itu menari, berputar di bawah lampu sorot, diikuti dengan musik dan nyanyian yang merdu, di pinggangnya terikat pita panjang yang berayun-ayun mengikuti gerakan tubuhnya.

Ia menggerakkan tangannya dan matanya bergerak menyapu penonton, beberapa prajurit bersorak dan bertepuk tangan melihat wanita itu dan hak tersebut tidak menghentikan mata sang wanita berkelana hingga ia dan Leo bertatapan.

Hanya sedetik sebelum wanita itu kembali berputar ke sisi lain panggung, tapi efeknya bagi Leo sangat luar biasa.

"Dewi …."

Leo menahan napas, ia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat daripada sebelumnya, ia juga merasa kedua kakinya menjadi lebih dingin.

"Apa? Kau mengatakan sesuatu?" Dylan bergumam, ia tidak begitu tertarik dengan seseorang yang menari, ia tidak mengerti seni.

Leo mengabaikan Dylan, ia fokus menonton, bahkan jika ia bisa, ia ingin menerobos ke kursi depan lagi.

Pertunjukan tarian berakhir, wanita itu tersenyum dan melambaikan tangannya, matanya tidak sengaja bertemu tatap lagi dengan Leo.

Hanya sedetik, sebelum wanita itu membungkukkan tubuhnya dan tirai merah turun menutupi panggung.

Leo tertegun, ia menatap panggung dengan cermat selama beberapa saat dan tirai merah kembali naik, suara tepuk tangan langsung riuh.

Wanita itu masih ada di panggung, kini ia mengenakan gaun yang berbeda, rambutnya ditata indah dengan mahkota kecil di atas kepala dan memegang kipas bulu berwarna putih salju.

"Aku dengar ini cerita tentang seorang putri dan rakyat biasa yang saling jatuh cinta," oceh Dylan yang duduk di sampingnya, ia tidak tahu kenapa Leo tidak menjawab perkataannya dan ia menoleh melihat sahabatnya itu menatap panggung dengan tatapan tak biasa.

Dylan mengikuti arah pandang Leo, ia menatap wanita yang berdiri di tengah panggung, laki-laki bermata abu-abu itu tersenyum tipis.

Mungkin di mata prajurit yang lainnya, mereka terlarut dalam cerita yang disuguhkan oleh pihak teater, tapi di mata Leo, ia tidak benar-benar mengikuti alur ceritanya, ia hanya mengikuti pergerakan wanita yang terlihat sangat bercahaya di panggung.

"Siapa namanya?"

Dylan yang mendengar pertanyaan Leo langsung menoleh. "Kau benar-benar jatuh cinta padanya?"

Leo tidak menanggapi, semakin lama pertunjukan semakin seru dan semua orang yang memahami alur ceritanya menjadi semakin bersemangat, tapi bagi Leo, ia merasa semakin gugup.

Pertunjukan akan berakhir dan ia tidak bisa melihat wanita yang bersinar itu lagi.

Laki-laki itu duduk dengan gelisah, ia bingung dengan dirinya sendiri.

"Tidak apa-apa, kita bisa memberinya bunga di belakang panggung nanti." Dylan sebagai sahabat yang pengertian menenangkan Leo. "Kau juga bisa bertanya siapa namanya."

Leo mengangguk, tidak menjawab dan matanya terus mengikuti pergerakan wanita di atas panggung, sesekali ia mengerutkan kening ketika melihat wanita itu berdialog dengan lawan mainnya yang merupakan seorang laki-laki.

"Aku akan menyiapkan bunga, kau tenanglah sedikit." Dylan melesat meninggalkan kursinya dan keluar mencari bunga, sang sahabat akhirnya tertarik dengan wanita dan ia harus mendukung.

Leo bahkan tidak menyadari kalau Dylan telah pergi mencarikan bunga untuknya, pertunjukan teater terus berlangsung dan semakin mendekati penghujung acara, Leo menahan napas ketika melihat wanita itu tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

"Kenapa ada Dewi?" Leo bertanya sekali lagi entah pada siapa, ia merasa senang dan balas melambaikan tangannya.

Tirai merah perlahan-lahan mulai menutup diiringi dengan musik yang memelan, lampu-lampu mulai meredup dan beberapa orang yang duduk di depan mulai membubarkan diri.

Leo tetap duduk di kursinya, merasa sedikit kehilangan. Ia bertanya-tanya, kenapa pertunjukan sebagus ini berakhir dalam waktu singkat?

Padahal ia masih ingin melihat wanita itu menari lagi.

"Ini!" Dylan datang dengan terburu-buru, ia menyerahkan sebuket bunga mawar yang entah ia dapat darimana. "Cepat pergi ke belakang panggung, nyatakan cinta!"

Leo memegang buket bunga dan berdiri, warna merah dari bunga itu terlihat mencolok di tengah cahaya lentera yang temaram.

"Apa tidak apa-apa?"

Leo melangkah, sedikit gugup karena ia tidak pernah memberikan sesuatu pada seorang wanita sebelumnya, bahkan untuk sang Ratu yang selalu mengawasi kehidupan mereka pun, Leo tidak pernah memberikan apa-apa.

"Tidak usah dipikirkan, wanita itu adalah aktris, dia pasti sangat senang melihat seorang penggemar tampan sepertimu!"

Leo berjalan ke belakang panggung, ia mendengar beberapa orang mengobrol dan menemukan wanita yang menari tadi tengah melepas perhiasan yang ada di tangan serta lehernya.

Sang wanita tidak melihat Leo hingga ia masuk ke ruang ganti.

Dylan tidak ikut masuk, ia menunggu di luar dan berharap Leo menemukan cinta sejatinya malam ini.

Leo berjalan pelan dan ia dicegat oleh seseorang.

"Apakah anda memiliki izin masuk?"

Leo menggeleng pelan, kemudian ia menarik napas dalam-dalam untuk menghilangkan kegugupannya.

"Aku ingin memberikan bunga pada wanita yang menari tadi."

"Ah, kau penggemar Lady Renee? Tunggu sebentar, aku akan memanggilnya." Anggota teater tadi menjadi senang, ia berbalik mengetuk pintu ruang ganti Renee.

Leo menatap bunga mawar merah yang ada di tangannya, ia akan mengingat nama ini baik-baik.

"Leo," kata Dylan yang tiba-tiba datang, wajah laki-laki itu menjadi pucat. "Maafkan aku tapi … kita harus pergi sekarang, Ratu telah tiba."

Leo menatap buket mawar merah yang ada di tangannya, lalu menatap pintu yang sedikit terbuka.

Ia menghela nafas panjang.

Next chapter