webnovel

Kamu Milikku, Kamu Cintaku 3

Renee tidak tahu kalau ia sekarang telah terjebak dalam rencana Ivana. Ia pikir, tidak masalah jika dirinya keluar dan belajar mengalahkan para monster yang terus datang dan membiarkan Leo yang terluka beristirahat di bangunan belakang mansion.

Ia tidak tahu mengapa ia begitu naif.

Tapi kalau sudah terlanjur seperti ini, apa yang harus ia lakukan?

Renee yakin kalau Leo bisa melawan, tapi lawannya ….

Leo tidak akan sanggup, dirinya mungkin juga ….

Renee memejamkan matanya sejenak, bayangan wajah sang Marquis yang memegang lengannya saat di kereta kuda terlintas di benaknya, laki-laki itu memiliki mata yang suram, sekilas terlihat sombong dan terlihat tidak bisa dijangkau.

Tapi semua itu ia lakukan untuk menutupi seya penderitaan yang ia rasakan selama lima tahun terakhir. Leo mungkin akan kehilangan kewarasannya dan menjadi monster bodoh yang ada di sekitarnya saat ini. Renee tidak yakin hal jahat apa yang berikutnya akan terjadi, tapi ia merasakan firasat yang sangat buruk.

Ia harus menyusul Leo dan Bella, harus!

"Tuan katamu? Bawa tuanmu itu padaku!" Renee belum bisa menyingkirkan Ivana dari atas tubuhya, tapi cahaya jingga yang semakin terang itu seakan tengah menyiksa Ivana sedikit demi sedikit. "Aku ingin lihat seperti apa dalang di balik semua ini!"

Ivana mendengkus, sebuah senyuman miring terukir di mulutnya.

"Kau yang tidak bisa mengalahkan aku tidak akan bisa menemuinya, bahkan saat kau menatap matanya saja, kau tidak akan mampu."

"Heh, itu yang kau pikir, bukan yang aku pikir, kita lihat saja nanti." Renee bukan orang yang akan patah semangat mendengar penghinaan, sebaliknya ia justru kemarahannya semakin membara.

Ivana mengabaikan darah yang terus menetes dari mulutnya, ia mengangkat tangan dan sebuah bilah berwarna hitam muncul, ujungny yang biasa saja itu perlahan-lahan mulai meruncing.

Renee mengatupkan bibirnya rapat-rapat, ia tahu apa yang selanjutnya terjadi, posisinya saat ini benar-benar dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Ivana masih menyeringai, begitu ia akan mengayunkan tangannya, Renee menggerakkan ujung jarinya dan cahaya jingga melesat, mematahkan bilah runcing menjadi dua.

KRAK!

Ivana tertegun, tapi tidak menghentikan niatnya, cahaya jingga kembali menghempas ke wajahnya dan ia terlempar ke atas tanah.

Renee langsung bangkit, keringat menetes di pelipisnya dan ia mengusapnya dengan kasar, bilah yang digunakan oleh Ivana tadi terhempas tak jauh dari dirinya.

"Hampir saja …."

Para monster yang berlarian karena ledakan cahaya jingga itu perlahan mulai kembali dan mendekat lagi setelah mendengar raungan Ivana, mata merah mereka menatap tajam Renee, seakan sedang mengutuk wanita itu karena telah menyakiti junjungan mereka.

Renee tidak peduli dengan pikiran para monster, yang ada di dalam pikirannya saat ini, ia hanya ingin kembali dan menemukan Leo.

Sementara itu, Ivana menggertakkan gigi hingga mengeluarkan bunyi yang keras, kedua mataya melotot, hampir keluar dari tempatnya.

Ivana berdiri, tidak peduli dengan berapa banyak cahaya jingga yang membuatnya terhuyung dan tubuhnya semakin lama semakin rusak, ia tetap bertekad untuk menyerang Renee.

Ular besar bergerak di belakang Renee dengan desisan rendah dari mulutnya, matanya menatap lurus pada sosok yang dikeliling oleh cahaya jingga itu, seakan tengah bersiap kapan saja untuk menerkam dengan taringnya.

"Sekali lagi, ayo kita coba sekali lagi …." Renee menggerakkan jarinya, sedikit demi sedikit ia mulai bisa mengendalikan cahaya jingga yang ada di sekitarnya ini. "Aku akan mengalahkanmu."

Ivana mengangkat dagunya, tidak peduli berapa banyak darah yang menetes dari mulut dan telinganya, senyuman miring tidak pernah luntur, seakan apa yang terjadi padanya ini sama sekali bukan apa-apa.

"Aku pikir, kau harus menyesali semua kesombonganmu setelah ini," kata Ivana dengan suara yang serak, para monster yang melihat mereka dari kejauhan mendekat di belakang Ivana.

Renee tidak menjawab, ia tidak ingin membuang waktu dan membiarkan Leo terjebak lebih lama bersama Tuan Ivana, ia menggerakkan jari-jarinya dan cahaya jingga itu meluncur ke arah Ivana.

"Argh!" Ivana tiba-tiba saja berteriak, angin berhembus lebih kencang daripada sebelumnya, para monster yang ada di belakang Ivana tiba-tiba saja melompat ke arahnya, menggigit Ivana dengan ganas hingga ia terjatuh, tubuhnya dengan mudah ditindih dan tenggelam.

Renee mengerutkan kening, ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Apa Ivana menghancurkan dirinya sendiri?

Sebelum Renee sempat berpikir lebih banyak lagi, para monster yang menindih Ivana itu tiba-tiba saja diselimuti oleh cahaya hitam pekat, seiring dengah hembusan angin yang semakin kencang dan langit yang semakin gelap.

Sepertinya Ivana dan para monster itu akan bersatu!

"Oh, ternyata ini triknya." Renee langsung menggerakkan jarinya, cahaya jingga melesat ke arah Ivana yang akan bergabung dengan para monster, menyerangnya sedikit demi sedikit.

"Argh!!"

Suara Ivana dan para monster itu menjadi tumpang tindih, ada mulut-mulut yang terbuka muncul, memperlihatkan taring yang runcing dan suara erangan yang memekakkan telinga.

Renee merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya, tidak bisa dipungkiri semakin gelap suasana dan angin yang semakin berhembus membuat firasat buruknya menguat.

Penampakan Ivana yang bersatu dengan para monster itu semakin jelas, cahaya hitam pekat itu mulai memudar dan menampilkan tubuh yang lebih besar dari sebelumnya dengan bahu yang berombak penuh tulang yang menonjol, wajahnya bukan lagi wajah Ivana, tapi wajah yang bertumpuk dengan wajah monster lain, Renee bahkan bisa melihat kalau mulut Ivana dengan mulut monster ada di tempat yang aneh.

Ada tangan lain selain tangan Ivana yang bentuknya tidak singkron, kaki Ivana terlihat lebih besar dan lebih kuat, kuku-kuku semakin panjang dan runcing.

"Benar-benar …." Renee mau tak mau menghela napas. "Menjijikkan."

"Argh!" Ivana dan mulut-mulut monster lain di tubuhnya berteriak secara bersamaan, Renee tanpa sadar mundur.

Tapi ia lupa, kalau masih ada ular di belakangnya.

"Sshh!"

Renee hampir saja tidak bisa menghindari terkaman sang ular, cahaya jingga sekali lagi melindunginya dan ia langsung menyerang balik dengan pedang pendek.

SRATS!

Pipi sang ular tergores, Ivana yang entah sejak kapan ada di belakang Renee, mengangkat semua tangannya yang runcing.

"Ah …." Renee menelan ludah, di detik berikutnya ia merasakan kepalanya dihantam dengan keras, seperti godam yang membuat telinganya berdengung.

Renee jatuh ke tanah, tubuhnya langsung dililit oleh ular dan Ivana seperti tidak memiliki akal sehat lagi, ia berulang kali mengayunkan tangan yang dihiasi kuku-kuku runcing itu pada Renee.

"Si …." Renee tercekat, pandangannya mengabur dan ia merasakan sakit di berbagai tempat di tubuhnya, cahaya jingga perlahan-lahan mulai meredup.

Renee terbatuk-batuk, lilitan ular di tubuhnya semakin kencang dan membuatnya sulit untuk bernapas, ia masih bisa mendengar seruan Ivana yang terdengar menghina.

Renee mengedipkan matanya menatap pedang pendek yang sekarang telah berlumur darahnya sendiri.

Setelah ini semua … bisakah ia menemui Leo lagi?

Next chapter