webnovel

Wajah Asli sang Pelayan 1

Setelah mengatakan hal itu, Renee langsung diusir oleh Leo keluar dan ia hanya mematung menatap pintu kamar yang tertutup rapat selama beberapa saat.

Ia sepertinya telah mendapatkan pencerahan, sepertinya berhasil menarik benang merah atas apa yang terjadi. Hatinya yang tadinya penuh keraguan sekarang telah lenyap.

"Sepertinya begitu."

Renee mengulas senyuman tipis di wajahnya, ia memegangi roknya dan mulai melangkah menuju ruang kerja, di sana Ivana masih membereskan semua kekacauan yang terjadi, ia memungut buku yang berserakan.

Renee ingat raut wajah Leo ketika ia mengusirnya, itu seperti wajah seseorang yang sedang putuas asa, Renee memutuskan kalau ia akan mempercayai Leo sedikit demi sedikit, paling tidak sampai batas waktu tiga bulan itu berakhir.

"Aku akan membantu," kata Renee sambil memungut lembaran kertas yang ada di lantai satu demi satu, pecahann kaca masih ada di atas karpet. "Ke mana aku harus meletakkan kertas ini?"

"Jangan menyentuhnya." Ivana seperti biasa memiliki wajah yang tidak enak dilihat. "Kau bisa membereskan yang lain, tapi jangan menyentuh berkas milik Tuan."

Lembaran kertas yang ada di tangan Renee langsung diambil oleh Ivana, meletakkannya di atas meja dan menutupnya dengan kertas lain, Renee mendengkus pelan, ia sudah melihat semua isi yang ada di dalam sana, itu adalah data orang-orang yang menghilang di kota Dorthive.

Sepertinya sikap Ivana dengan rumah ini berkaitan erat dengan semua keanehan yang ada, Renee semakin percaya dengan keputusannya sendiri.

Wanita itu menarik napas, sambil merapikan buku, ia menatap punggung Ivana yang tengah menata kertas berserakan.

"Apa yang terjadi kalau monster itu menemukan Leo?"

Ivana menoleh, menatap Renee selama beberapa saat. "Mereka akan membawanya lalu melakukan sesuatu yang buruk pada Tuan Leo."

"Darimana kau tahu?"

"Menurutmu apa ada orang baik datang dengan menghancurkan jendela? Mereka jelas tidak memiliki niat yang baik." Ivana menjawab dengan ketus, semua kertas yang ada di meja telah terikat dengan kuat dengan tali, ia lalu meletakkan di laci yang terkunci.

Renee tidak tahu kalau Ivana ternyata memiliki akses penuh dengan semua hal yang ada di rumah ini, termasuk semua kunci. Wanita itu diam-diam mendengkus, Ivana seperti Ibu tiri yang jahat.

"Kenapa kita tidak menangkapnya dan bertanya? Aku pikir kita bisa berbicara dengan mereka."

BRAK!

Ivana menghempaskan sebuah buku ke dalam rak, matanya menyorot dingin ke arah Renee.

"Apa kau pikir aku bodoh? Para monster itu sama sekali tidak bisa diajak bicara, mereka hanya ingin membawa Tuan pergi, siapa yang tahu kalau besok kita tidak bisa melihat Tuan lagi?!"

Renee terdiam, keningnya berkerut.

"Aku tahu apa yang aku lakukan, Tuan Leo juga tidak keberatan dengan semua yang kulakukan."

Ivana terlihat gusar, kedua alisnya saling bertaut.

"Ya, maaf." Renee menelan ludah, sampai ke titik ini, ia semakin yakin dengan apa yang ia putuskan. "Aku tidak tahu apa-apa tentang kota Dorthive, aku juga tidak tahu kalau di sini … ada monster."

"Mereka adalah orang-orang yang dikutuk Dewa langit." Ivana memasukkan kunci ke dalam saku roknya, lalu mengibaskan tangannya. "Mereka adalah pendosa yang tidak seharusnya ada di kota ini."

"Dosa seperti apa yang mereka lakukan sampai harus menerima kemurkaan dari Dewa langit?" Renee terus bertanya, dibalik itu ia semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan. "Apa mereka melanggar tujuh dosa besar?"

"Tidak," bantah Ivana sambil mendorong Renee keluar dari ruangan, ia lalu menutup ruang kerja. "Dosa terbesar mereka adalah rasa ingin tahu dan mengabaikan nasihat orang lain."

"Heh." Renee mendecih, apakah Ivana pikir ia akan percaya begitu saja dengan apa yang ia katakan?

"Apa kau pikir aku anak-anak?"

Ivana tersenyum, ia mengangkat dagunya.

"Kalau begitu bagaimana kalau kau mencoba?" Ivana maju, melangkahkan kakinya mendekati Renee dan menusuk bahu Renee dengan jari telunjuknya. "Apakah kau siap berubah menjadi monster seperti mereka?"

"Aku tidak akan berubah menjadi monster," tukas Renee sambil menepis tangan Ivana yang menusuknya. "Aku tahu apa yang aku lakukan dan aku tidak akan membiarkan satu orang pun mengendalikanku."

Ivana mundur, matanya menunjukkan sebuah kejutan. Renee saat ini seakan sedang mengibarkan bendera perang padanya. Ia sudah menjadi Pelayan di keluarga Emmanuel sejak ia masih remaja dan ia merasa dirinya lah yang paling tahu tentang apa yang terjadi di dalam rumah ini.

"Mengendalikanmu?" Ivana menjilat sudut bibirnya, baru pada saat itulah Renee bisa melihat sepasang mata hitam milik wanita itu berkilat-kilat di bawah cahaya lentera yang ada di sudut ruangan. "Itu adalah hal yang menarik."

Tangan Ivana terulur ingin menyentuh bahunya, Renee langsung mundur dan mengambil sebuah tongkat yang terpajang di dinding, mengarahkanya pada Ivana.

"Jangan menyentuhku."

Renee memberi peringatan, meski ia adalah seorang aktris teater, ia juga menguasai sedikit pertahanan diri, apalagi Ivana hanya seorang wanita tua yang terlihat tidak bisa melakukan apa pun.

"Aku akan menyerangmu jika kau berusaha menyentuhku."

Ratu tidak mungkin menyuruhnya untuk datang ke kota Dorthive tanpa alasan, ia tahu kalau ada sesuatu yang salah di kota ini dan menyuruh Renee tanpa mengatakan apa pun.

Renee menatap Ivana dengan tajam, wanita itu menyeringai lebar dan kakinya menghentak ke atas lantai.

"Tampaknya aku juga tidak perlu berbasa-basi lagi denganmu."

Wanita itu mengulurkan tangannya, menarik tongkat yang dipegang oleh Renee. Dalam satu kali tarikan tongkat itu patah menjadi dua, Renee tidak tinggal diam, patahan yang masih ada di tangannya ia gerakkan, menancap ke lengan Ivana dengan kuat, darah langsung menyembur keluar.

Renee mundur, ia terengah-engah. Perasaan takut yang selama ini ia rasakan sedikit memudar, justru ia merasa puas karena telah melukai orang yang selama ini membuatnya terganggu di Mansion ini.

"Aku bukan orang yang sama seperti mereka." Renee tersenyum miring, karena sekarang ia sudah memutuskan apa yang ia tetapkan di hatinya maka ia tidak akan mundur. "Jangan menganggapku remeh."

Renee bukan orang yang pesimis, jika ia sudah yakin maka ia yakin dengan apa yang ia putuskan. Hari ini dan kemarin ia sudah melihat semuanya.

Renee memutuskan untuk mempercayai Leo, apa pun yang terjadi, ia akan percaya dengan laki-laki yang telah menyelamatkannya.

Ivana tertawa, ia menarik patahan tingkat kayu yang menancap di lengannya dan terkekeh pelan. "Orang pilihan Ratu memang tidak main-main, tapi tahukah kau ... Renee?"

Ivana melangkah mendekat, suara sepatunya mengetuk dengan keras, rok yang ia pakai sedikit mengembang di atas lantai, seakan ada sesuatu yang membesar di bawah sana. Renee menelan ludah, tapi ia berusaha untuk tidak gentar menghadapi Ivana yang terus mendekatinya.

"Semua orang yang pernah dikirim oleh Ratu untuk mengawasi Leo, tidak ada yang selamat. Mereka semua akan menjadi monster, cepat atau lambat."

Next chapter