webnovel

Kembali ke Mansion 2

Renee masih memikirkan perkataan Bella apai beberapa hari kemudian, tapi sejak ia melihatnya terakhir kali, Rene tidak pernah melihat Bella lagi, bahkan ia pernah mencarinya berkeliling Mansion dan memeriksa setiap Pelayan yang ia temui, tapi Bella tak kunjung ia temukan, seakan-akan ia telah menghilang tanpa jejak.

Ivana tetap seperti biasanya hingga Renee mulai terbiasa memaklumi setiap tingkahnya. Ia juga lebih sering berada di sekitar Leo, membantunya melakukan beberapa hal di ruang kerja.

Tapi sungguh, ia tidak ingin bersopan santun lagi dengan Leo, laki-laki itu sudah tahu tujuannya kemari dan ia tidak melepaskannya.

"Jangn bertanya apa pun, aku sibuk."

Leo yang menyadari tatapan Renee yang mengarah padanya, ia mendengkus pelan dan tangannya sibuk menggoreskan tinta dengan penanya.

Awalnya Leo pikir Renee adalah orang yang patuh, tapi ia salah.

Wanita ini ... setelah melalui banyak hal aneh memang ketakutan, tapi kemudian ia malah meningkatkan pengawasannya pada Leo, seakan sedang menyelidiki apa yang salah dengan dirinya.

"Aku tidak akan bertanya, aku hanya melihat." Renee mencibir, ia duduk di depan Leo, ini terbilang tidak sopan karena statusnya saat ini sebagai seorang Pelayan, tapi ia tidak peduli. "Apa kau ingin mendengarkan ceritaku?"

Orang bilang saat seseorang mengungkapkan isi hatinya akan membuat dua orang yang canggung menjadi dekat, ia ingin mencobanya.

"Sudah kubilang jangan bertanya apa pun." Leo tidak melihatnya, ia sibuk menuliskan sesuatu di atas kertas. "Aku tidak tertarik tentang apa pun, apalagi dirimu."

Renee mendengkus, ia bersandar di kursinya dan menatap Leo, satu-satunya sumber cahaya di ruangan ini hanya dari lentera yang menggantung di atas.

"Aku seorang aktris teater." Renee bicara dengan perlahan, entah karena pengaruh Bella atau karena Leo yang sudah menyelamatkannya, ia merasa kalau Leo sebenarnya tidak bisa dibilang buruk juga. "Aku juga punya saudara tiri, ia mengambil semuanya dariku."

Leo tidak mencegah Renee untuk bercerita, ia terus menulis.

"Yah, padahal berakting adalah hal yang aku sukai, Ratu juga menyukai aktingku, tapi sepertinya di depanmu aku jadi tidak berguna."

Leo tidak bisa ditebak, ia selalu diam dan mengamati keadaan sekitar. Padahal Renee sudah berusaha menutupi identitasnya, tapi ia seperti buku yang dibuka lebar, semua orang yang ada di Mansion ini mengetahuinya.

Renee berpikir, daripada ia menutupinya, lebih baik ia membukanya sendiri.

"Ya ... begitulah …."

Leo melipat kertas yang selesai ia tulis, memasukkannya ke dalam amplop dan meletakkan stempel dengan rapi. Renee melihat gerakan Leo yang sangat terstruktur, meski ia duduk di kursi roda, ia tetap terlihat elegan.

Sulit dipercaya kalau Leo benar-benar cacat, Renee merasa kasihan pada dirinya sendiri yang telah tertipu.

"Tolong ambilkan buku yang ada di atas."

Leo menunjuk lemari kayu yang ada di sudut, Renee tanpa basa-basi mengambil apa yang dimaksud oleh Leo, sebuah buku tebal berwarna hitam yang sudah berdebu, ia menaruhnya di atas meja.

Leo menyingkirkan amplop yang ada di sekitarnya ke pinggir, membuka buku tebal itu dengan perlahan, mata hitamnya itu dengan serius membaca kalimat demi kalimat.

Renee kembali duduk di kursinya, tidak ingin menganggu Leo yang bekerja.

Buku tebal yang ada di tangan Leo itu memiliki warna yang pudar, tapi tulisannya masih terlihat, itu adalah tulisan kuno, kemudian ia menuliskan beberapa hal di buku lain yang berisi gambar tujuh orang yang menghilang di kota Dorthive.

"Aku pikir, mereka diserang monster." Renee tidak dapat menahan dirinya ketika melihat. "Monster itu sepertinya sangat ingin menangkapku, bukan tidak mungkin kalau mereka juga diserang, kan?"

"Itu masuk akal." Leo mengulas senyum tipis yang terlihat enggan di wajahnya. "Kalau itu benar terjadi, akan sulit diatasi."

"Kalau kau tidak berpura-pura, aku pikir kau bisa mengatasinya."

Renee yang mendapat jawaban positif dari Leo kembali berbicara, Leo tidak cacat, ia bisa berdiri, bahkan bisa menggendongnya, kenapa harus menutupinya dari semua orang dan bertingkah lemah?

"Ratu hanya menyuruhmu jadi seorang Pelayan." Leo menutup buku tebal yang ada di hadapannya, matanya menatap Renee lurus. "Sebaiknya kau berpura-pura tidak tahu apa-apa, jangan ikut campur dan diam saja."

Renee sudah terlalu sering mendengarkan kalimat sinis Leo, ia tidak merasa sakit hati.

"Aku tidak bisa mengabaikan itu, nyawaku hampir melayang di hutan karena monster aneh itu."

Leo memejamkan matanya, dalam hatinya ia mengeluh. Renee benar-benar tidak patuh.

"Katakan padaku, sebenarnya … apa yang salah di kota ini? Tidak, sebenarnya … apa yang salah dengan semua orang?"

Renee berdiri, ia meletakkan tangannya ke atas meja, belum sempat ia mengatakan kalimat selanjutnya, sesuatu yang keras tiba-tiba saja menghantam dinding.

BRAKH!

Renee mundur, lemari yang berada di dekat dinding bergetar, pajangan yang ada di sekitarnya jatuh ke lantai.

"Apa itu?"

"Itu mereka." Leo menyahut dengan santai, pintu ruang kerjanya terbuka dan menampilkan sosok Ivana yang datang dengan wajah pucat.

"Tuan …."

"Padamkan semua lentera dan lilin." Leo menggerakkan kursi rodanya dan menatap Renee. "Pastikan tidak ada cahaya atau mereka akan masuk ke dalam."

Ivana mengangguk, ia lalu berlari dan perlahan-lahan semua cahaya yang ada di dalam Mansion padam, bahkan yang ada di sudut ruang kerja pun juga padam, Renee hanya duduk dengan bingung, mencoba membiasakan dirinya melihat dalam kegelapan. Kepalanya terus memikirkan kemungkinan demi kemungkinan yang terjadi, sementara itu di luar sana ada suara gemerisik seperti seseorang yang berjalan di tengah semak-semak.

Rene teringat ucapan monster yang ingin menangkapnya itu, tubuhnya penuh dengan aroma tubuh Leo, apakah karena itu ia ingin menangkapnya?

Wanita itu tanpa sadar menelan ludah, ia mulai menghubungkan semua peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir, semuanya selalu berkaitan dengan Leo.

Mungkinkah … sebenarnya monster itu mencari Leo?

Lalu mereka yang menghilang itu mungkin saja pernah bertemu dengan Leo sehingga mereka tertangkap oleh monster.

Renee terus berspekulasi dengan liar di kepalanya, hingga ia perlahan menatap Leo yang duduk tenang di kursi rodanya.

"Leo, sebenarnya para monster itu mengincarmu, kan?"

Leo menoleh ke arah Renee, ia tersenyum tipis di tengah kegelapan, tidak mengatakan apa-apa, tapi Renee tahu kalau ia sudah menemukan jawabannya.

"Ya, mereka mengincarku." Leo menghela napas tak lama kemudian, tangannya terulur menyentuh bahu Renee, wanita itu bisa merasakan hembusan napas Leo yang menerpa wajahnya. "Sekarang kau mengerti mengapa kau tidak bisa melarikan diri dariku, kan?"

Leo menyeringai seakan ia tidak memiliki beban untuk mengatakan hal mengerikan seperti itu, ia menarik tangannya mundur dan suara di luar semakin keras, seakan ada yang merayap di dinding, kaca-kaca yang tertutup tirai itu bergetar dengan pelan dan pajangan yang ada di atas lemari berjatuhan ke lantai.

"Kita sekarang sama-sama terjebak," lanjut Leo sambil menggerakkan tangannya. "Ratu mengirimmu untuk terjebak bersamaku, Renee."

Renee mengatupkan bibirnya rapat-rapat, merasa dirinya sangat sial.

Next chapter