webnovel

Dimana Bara?

Sinar mentari masuk melalui celah-celah ventilasi menyentuh langsung pada wajah Kara yang sedang tertidur pulas di tempat tidur nya itu hingga membuat tidur wanita itu terganggu.

Dengan sangat enggan, ia perlahan demi perlahan membuka Matanya itu menyesuaikan sinar cahaya yang masuk ke dalam matanya.

Ia menggeliat dan kemudian langsung meraba-raba bagian disampingnya kiri dan kanan mencari seseorang yang selalu berada disampingnya itu.

Saat sudah bisa untuk membuka Matanya dengan sempurna Kata langsung menoleh ke arah sampingnya. Ia mengernyitkan keningnya saat tak mendapati sosok Bara di samping nya itu.

Tak ingin berpikiran yang tidak-tidak, Kara mencoba untuk menyapu ke sekeliling nya namun tak ia temui tanda-tanda keberadaan Bara.

"Mas," panggil Kara, ia berdiri dan mencoba untuk mencari keberadaan sang Suami.

Tok..tok..tok

Kara mengetuk pintu kamar mandi siapa tahu saja Bara sedang ada di dalam sana. Namun tak ada Jawaban apapun yang ia dapatkan Membuat Kara keheranan sendiri

"Sayang." Panggil Kara lagi.

Ia berjalan untuk masuk ke dalam ruangan ganti baju, namun lagi dan lagi tak ia temui sama sekali sosok Bara disana.

Sampai disini, Kara sudah tak bisa untuk menahan dirinya agar tidak panik. Ia bergegas untuk keluar dari ruangan ganti dan melihat jam. Ia ingin tahu saat ini sudah jam berapa, apakah ia telat bangun atau bagaimana?

Kakak Kara menjadi lemah saat melihat saat ini jam baru menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh tiga.

Ini masih terlalu dini untuk ia bangun, Biasanya mereka akan bangun tepat jam tujuh pagi, selama ini Bara tidak pernah bangun jam segini, lalu Dimana suaminya itu.

Kara mengambil ponselnya takut-takut ada sebuah pesan yang dikirim oleh Bara disana dan ia belum sempat untuk membacanya.

Tapi, saat ia mengecek seluruh pesan yang masuk ke dalam ponsel nya itu, tak ada pesan dari Bara.

Tok..tok..tok

Suara ketukan pintu dari luar itu membuat Kara langsung menoleh ke arah pintu tersebut, senyumnya mengembang dan segala pikiran aneh yang sempat singgah juga lenyap. Ia percaya bahwa Suaminya itu pasti tak akan melakukan hal yang membuat satu masalah dalam keluarga mereka.

Bukankah suaminya selalu mengatakan bahwa ia harus mempercayai suaminya itu? Ke apa ia malah menaruh rasa curiga?

Kara tersenyum dan kemudian berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu. Ia sudah ingin marah dan merajuk dengan Suaminya itu karena sudah berani-beraninya meninggalkan kamar dan membuat ia menjadi cemas hingga muncul perasaan yang aneh-aneh.

Ia memutarkan knop pintu untuk membuka pintu, senyum di wajahnya sama sekali tidak pudar. Entah kenapa suaminya itu pakai acara ketuk pintu segala, biasanya main masuk aja, apakah laki-laki itu sedang mempersiapkan Sebuah surprise untuk dirinya ini? Benarkah seperti itu?

Pelan tapi pasti, pintu itu terbuka hingga sedikit demi sedikit bisa Kara lihat siapa yang berada di luar itu yang tadi mengetuk pintu kamarnya.

Senyumnya langsung menghilang saat melihat sosok mama mertuanya yang ada di depan pintu.

"Mama." Gumam Kara.

Melihat ekspresi wajah Kara itu membuat mamanya langsung mengernyitkan alisnya, "Kenapa sih? Kayak liat setan aja."

Kara menggelengkan kepalanya, ia lupa kalau mama mertunya itu menginap di sini tadi malam.

"Ah, nggak gitu kok Ma, Kara cuma lupa kalau mama ada disini." Ucap Kara, dengan cepat ia mengubah ekspresi nya.

"CK! Dasar. Habis ena-ena ya sama Bara jadi lupa hm?" Goda sang Mama.

Kara menggaruk kan tengkuknya yang tidak gatal itu, "Enggak kok, nggak gitu Ma. Mungkin aja karena tadi malam itu selesai makan malam Kara langsung masuk kamar jadi Kara lupa." Jawab Kara Sambil mengembangkan senyumnya.

Mama mertua nya itu menggeleng kan. Kepalanya, "Dasar! Ya sudah cepat bangunkan Bara dan kamu mandi sana. Papa sama Mama tunggu di bawah ya, sarapan udah siap tinggal nunggu kalian aja turun." Ucap mama mertuanya itu dan kemudian langsung pergi meninggalkan Kata tanpa mendengar dulu jawaban dari Kara.

Mendengar itu Kara langsung terdiam, ia tak tahu harus bagaimana saat ini. Apa yang harus ia Katakana kepada mertuanya itu saat mereka menanyakan tentang anak mereka nanti?

"Kamu dimana sih Bar?" Gumam Kara, ia merasa sedikit frustasi dengan semuanya ini.

Ia menutup kembali pintu kamarnya dan bergegas pergi ke kamar mandi. Ia harus merilekskan dirinya lebih dulu dan mempersiapkan Jawaban-jawaban dari pertanyaan yang akan terlontar kepadanya nanti.

Bagaimanapun ia harus bisa untuk menyembunyikan semuanya dari orangtua Bara.

Tapi bagaimana ia harus menjawabnya? Ia sendiri saja tak tahu kemana perginya Suaminya itu yang tidak pulang sama sekali sejak tadi malam.

Disaat hatinya terus saja bertanya tentang semuanya ini, mengapa ia harus dituntut untuk memberikan jawaban yang hatinya perlukan juga?

Semakin hari, sikap Bara benar-benar membuat dirinya itu merasakan perasaan yang aneh. Bara berubah menjadi seseorang yang berbeda.

Apakah laki-laki itu sedang menyembunyikan sesuatu dari Dirinya? Jika iya, apa itu? Sejak satu tahun terakhir ini ia benar merasa sesuatu yang sangat berbeda namun ia tak bisa untuk Menuduh suaminya sembarangan tanpa ada bukti yang jelas.

Kara menggeleng kepalanya saat pemikiran seperti itu mulai mengusik otaknya, tidak! Ia percaya dengan suami nya itu lebih dari apapun.

Dengan cepat ia menyelesaikan ritual mandi nya itu dan kemudian langsung berpakaian dengan rapi. Ia berniat untuk pergi ke perusahaan saat ini untuk bertemu dengan Andre dan juga Dona.

Hampir lima belas menit berdandan agar dirinya terlihat sangat cantik, Akhirnya selesai juga. Ia menyukai hasil polesan tangannya itu yang membuat dirinya semakin cantik.

Ia tidak terlalu suka dengan dandan yang baginya sangat membuang-buang waktu saja, tapi jika ia keluar atau pun pergi ke kantor dan menghadiri acara perusahaan ia harus berdandan agar suaminya itu tidak malu memiliki istri seperti dirinya ini.

Kara mengambil tas tangannya berwarna senada itu dan kemudian ia langsung pergi untuk bergabung dengan mama papa mertuanya yang pasti sudah menunggu nya di bawah sejak tadi.

Pasti ia akan di omel sama mereka karena terlalu lama turun nya.

Pelan tapi pasti, ia menuruni anak tangga nya, ia belum terlalu terbiasa menggunakan high heels seperti ini jadi ia harus sangat berhati-hati sekali.

"Selamat pagi Ma, selamat pagi Pa." Sapa Kara dengan senyumannya itu yang begitu menawan sekali.

"Selamat pagi Sayang," ucap mama mertuanya.

"Pagi-pagi udah cantik aja, mau kemana sih hm?" Tanya papa mertua nya itu.

"Tunggu dulu, kamu sendirian aja? Dimana Bara Kar?" Tanya sang mama saat menyadari bahwa anaknya tidak ikut turun bersama dengan Kara.

Next chapter