webnovel

Chapter 10 : ....

Kota Leszl.

 

Matahari tampak bersinar dengan cerah saat awan mulai berkumpul dari kejauhan hingga akhirnya butiran hujan turun dengan deras di bawah terik matahari. Membuat para penghuni menepi sementara beberapa pemain memilih untuk menuju penginapan atau mengambil misi pekerjaan sederhana di dalam kota.

 

Sejak hujan, tergantung intensitasnya dapat membawa beberapa status buruk seperti mengurangi jangkauan penglihatan, kecepatan gerak, akurasi serangan, dan kecepatan serangan, pilihan untuk berburu tampak dikesampingkan untuk sejenak. Tentu saja, terdapat pengecualian untuk beberapa orang nekat atau pihak yang tidak tahu masalah yang mereka bawa pada diri sendiri.

 

'Menikmati segelas kopi atau coklat hangat akan terasa pas sekarang.' Beberapa orang memikirkan itu saat melihat butiran hujan yang turun.

 

Sekilas, Vivid telah membawa kembali nuansa dunia nyata ke dalamnya, melupakan semua kebisingan yang biasa pemain buat. Sebuah hal yang mungkin sulit terjadi di game lain.

 

Tentu saja, tidak semua orang dapat menikmati perasaan yang sama.

 

"Sial, cuaca di sini benar-benar kacau!"

 

Seperti dia, seorang gadis yang tengah menggerutu itu. Saat dia mendongak hanya untuk matahari bersinar cerah dalam guyuran hujan seolah tengah menertawakannya, dia hanya merasa hatinya menjadi lebih buruk.

 

Dia tengah dalam perjalanan menuju Kota Leszl dan bahkan sebelum dia dapat melihat tembok kota guyuran hujan telah lebih dulu menyambutnya? Seberapa burukkah itu?

 

'Ini sangat buruk!' Gadis itu berpikir, merasakan seluruh tubuhnya yang terasa basah nan lembab. "Apa ada yang bisa lebih buruk dari ini?!" sambungnya kesal.

 

"Tenanglah, Arsy."

 

Gadis itu, Arsy menoleh untuk melihat sosok di sampingnya. Seorang pria berpenampilan paruh baya, sekitar usia empat puluhan tahun dengan rambut berwarna emas yang sama dengan miliknya.

 

"Baik, Master," jawab Arsy saat masih terus menggerutu dalam hatinya. Dia hanya dapat menghela napas secara diam-diam saat melihat bahwa gurunya dapat tetap kering dalam cuaca seperti ini.

 

'Tidakkah akan lebih baik jika kamu juga turut menghadang hujan dengan sihir untukku, Master?' pikirnya. 'Atau ....' Arsy, bergidik dingin memikirkan alasan lainnya.

 

Arsy sadar akan penampilannya.  Dengan rambut emas, mata merah tajam dan kulit putih. Jika dia harus membicarakan penampilannya sendiri dalam beberapa kata, dia akan berkata bahwa dia cantik.

 

Dan Arsy, dengan penampilan cantiknya kini tengah basah oleh hujan yang membuatnya kian memikat dengan rambut emas basah dan lekuk tubuhnya yang semakin terekspose oleh guyuran hujan.

 

Apa gurunya memiliki hobi semacam ini pada seorang gadis berusia tujuh belas tahun? Bahkan jika gurunya tampak berusia empat puluhan tahun, Arsy tahu bahwa usia sebenarnya dari gurunya telah lebih dari dua ratus tahun ....

 

"Master, tidak aku sangka kamu memiliki hobi semacam ini ...."

 

"Lupakan apa yang ada di pikiranmu itu. Aku sama sekali tidak tertarik pada bocah sepertimu." Blaise menjawab ketus. Bagaimana dia tidak dapat membaca apa yang mungkin muridnya pikirkan?

 

"Lalu kenapa kamu tidak memayungiku!" Arsy berteriak keras, mengutarakan apa yang selama ini dia pikirkan tapi ...

 

"Bukankah aku telah memberitahu kamu untuk membuat persiapan sebelumnya? Jadi ini adalah salahmu sendiri."

 

... Gurunya dengan mudah memberi pengingat terbaik untuk menjatuhkannya. Membuat Arsy mengingat banyaknya pengalaman pahit yang harus dia alami saat menjadi murid langsung gurunya selama sepuluh tahun penuh.

 

Apakah ini hasil yang dia terima dari menjadi murid langsung Blaise? Arsy tidak tahu dan merasa sedikit menyesali keputusannya dulu telah menerima tawaran untuk menjadi murid gurunya.

 

Bahkan jika itu adalah gurunya, Blaise Nara, salah satu dari tiga archmage yang mendirikan Akademi Sihir Tinggi Nitra, akademi sihir paling terkenal di Benua Vivid bukankah perlakuan ini terlalu kejam? Apalagi terhadap satu-satunya murid langsungnya.

 

"Yah, ini tidak seperti aku dapat membunuhnya sekarang."

 

"Apa yang kamu katakan?" tanya Blaise pada muridnya yang segera dijawab—

 

"Tidak ada." Dengan panik.

 

Blaise tahu bahwa bukannya tidak terdapat kasus seorang murid langsung yang membunuh gurunya sendiri, entah karena tekanan yang guru itu berikan pada muridnya atau karena alasan lain. Dan Blaise sendiri pun tidak merasa itu adalah sebuah masalah besar, bahkan jika Arsy benar-benar ingin membunuhnya.

 

"Aku hanya ingin tahu mengapa Master ingin menuju ke kota kecil seperti Kota Leszl," sambung Arsy mengganti topik.

 

Arsy benar-benar penasaran apa yang gurunya cari di kota kecil itu, karena dari apa yang dia tahu tidak terdapat sesuatu yang spesial dari Kota Leszl. Memang, harus diakui jika lalu lintas perdagangan Kota Leszl cukup tinggi mengingat ukuran kota itu sendiri, tapi itu adalah hal biasa terutama di Traffen Dukedom, tempat yang mana menjadi titik transit utama perdagangan di benua ini.

 

"Yah, kamu akan tahu apa yang kita cari setiba di sana." Blaise menjawab pertanyaan muridnya itu dengan jawaban klasiknya. Sebuah alasan yang selalu dia gunakan—

 

"Tapi ingatlah bahwa kamu akan melakukan ini sendirian lain kali. Sekitar setiap sepuluh tahun."

 

Sampai Blaise melanjutkan perkataannya pada Arsy, seolah mengisyaratkan bahwa kali ini berbeda dari apa yang selama ini pernah dia maksudkan.

 

'Mungkinkah terdapat barang khusus yang akan muncul di kota ini?' Arsy berpikir. Dengan status yang dimiliki gurunya, seorang Archmage, dia tidak akan kesulitan mendapat suatu barang kecuali barang tersebut sangat langka atau sejenis harta nasional.

 

Dihantui rasa penasaran itu, Arsy mempercepat langkahnya. Ingin segera mengetahui apa yang gurunya maksud tapi ...

 

Byu Byu Byu Byu*

 

... Dia segera mematung saat melihat sebuah mayat (?) mengambang di sungai.

 

'Ehm ... Apa aku hanya salah lihat karena terlalu emosional?' pikir Arsy saat menggosok matanya tapi apa yang dia lihat masihlah hal yang sama. Seorang pemuda dengan rambut merah panjang mengambang di atas aliran sungai yang semakin deras. Namun, saat melihat lebih dekat, Arsy menemukan bahwa dia masih hidup.

 

Apakah dia harus menolong pria itu atau tidak? Arsy tidak tahu namun—

 

"Arsy, tolong dia." Gurunya memerintah cepat, membuat Arsy tanpa ragu segera terjun ke sungai dan berenang cepat ke arah pemuda itu. Sejak dia telah basah dari awal, tindakannya jelas bukan masalah bagi seorang gadis!

 

Arus sungai semakin deras, mendengar suara gemuruh di belakangnya, dia melihat gelombang pasang air yang akan segera datang dan membuatnya bergerak cepat.

 

 "Spirit Vine!" panggil Arsy, memunculkan sekumpulan akar pohon yang segera bergerak seperti ular yang menangkap pemuda itu dan melemparkannya ke tepi sungai. Terlihat kasar, tapi Arsy merasa bahwa inilah cara tercela untuk segera menepi.

 

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arsy segera setelah dia keluar dari sungai tepat sebelum air pasang menerjang, membuat mata pemuda itu tampak kosong.

 

'Mungkinkah dia terlalu terkejut atas apa yang terjadi?' pikir Arsy.

 

Namun, bertentangan dengan itu pemuda di depannya segera terbangun dan bertanya, "Apa kau yang menolongku?"

 

"Benar."

 

"Oh ...." Dan sekali lagi, tatapan kosong muncul dalam mata pemuda itu.

 

'Kurasa dia kesulitan untuk mengatakan apa pun.' Arsy paham apa yang pemuda itu mungkin rasakan. Bukankah hal semacam ini kerap kali terjadi?

 

Mengambil napas sejenak, Arsy ingin mengatakan sesuatu tapi sebelum itu terjadi ...

 

"Terima kasih, tapi aku benar-benar ingin tenggelam."

 

... Pemuda itu segera pulih berjalan kembali ke arah sungai.

 

 

.

.

.

.

 

.

.

.

.

 

.

.

.

.

 

"APA KAMU INGIN MATI?!" teriak Arsy setelah otaknya berhasil memproses apa yang pemuda itu katakan.

 

"Yah, memang itu yang kuinginkan."

 

"...."

Membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, Arsy terdiam dan tidak dapat mengatakan apa pun.

Note :

Byu Byu Byu Byu = Itu suara air mengalir dengan deras

Deeiracreators' thoughts
Next chapter