Pyak
Pyakk
Genangan air di sepanjang jalan St. Wolfsburg terinjak-injak oleh sepatu kanvas high-cut warna biru tua milikku. Saat hujan datang, jalanan berubah seperti sungai dangkal akibat sistem drainase yang tak beres, bahkan sejak pertama aku datang ke komplek ini. Beberapa langkah lagi menuju rumah berwarna oranye dengan pintu coklat tua. Rintik-rintik air kembali meluncur dari angkasa, sepertinya malam ini hujan akan kembali mengganas.
Kuputar kenop pintu dan masuk ke dalam, saat berbalik badan.
Damn. Jantungku membeku ketika tubuh Nyonya rumah mematung ke arahku, ia menatapku dalam. Tangan kanannya memegang cangkir putih, sepertinya ia tak sengaja mendapatiku masuk sambil menebak-nebak dari mana aku di tengah hujan sedari tadi. Aku sedikit menunduk sambil berlalu,
"Selamat malam,"
Aku tak memperhatikan bagaimana reaksinya setelah itu. Kedua langkah ini ingin cepat masuk ke kamar dan membersihkan sekujur badan yang basah kuyup diterjang hujan sepanjang jalan.
Dak
Support your favorite authors and translators in webnovel.com