"Lihatlah, Bos datang ke sini," bisik Aneska pada Jihan. "Jangan gugup. Nanti dia bingung melihatmu seperti ulat bulu tidak bisa diam."
"Bicara kamu malah semakin aku tambah gugup," bisik Jihan.
Bram semakin datang mendekat dan berdiri di depan mereka berdua. "Kenapa berdiri saja di sini?" tanya Bram pada Aneska.
"Sedang bicara sebentar dengan Jihan," jawab Aneska menyenggol tangan temannya.
"Jihan," ucap Bram. "Kenapa wajahmu merah begitu?" tanya Bram. "Di sini tidak panas."
Jihan langsung memegang pipinya melihat Aneska. "Apa benar wajahku merah?" tanya Jihan.
"Tentu saja merah, bukankah kita baru saja melakukan perjalanan jauh. Apalagi tadi di dalam angkutan umum sangat panas banyak orang," jawab Aneska membantu Jihan dengan memberi alasan.
"Kalian naik angkutan umum?" tanya Bram.
"Tidak mungkin kita naik Lamborghini Bram," jawab Jihan. "Kita hanya mampu naik angkutan umum."
"Bukan begitu maksudku," jawab Bram.
"Bisa saja naik taksi atau apa."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com