Sophia merasa pundaknya terasa pegal karena tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Sejak bangun tidur, gadis itu terus memijit pundaknya sembari melakukan kegiatan rutinnya. Rosie yang berada di dalam kamar yang sama sejak tadi melihat semua yang dilakukan olehnya.
"Mengapa kamu nampak lelah, Sophia?" tanya Rosie sambil memasukkan buku pelajaran ke dalam tas ranselnya.
"Aku hanya merasa sedikit lelah dan mengantuk," jawab Sophia singkat sembari merenggangkan kedua tangannya untuk menghilangkan rasa kantuk yang beberapa kali menjalar.
"Aneh, kupikir dirimu sudah tertidur pulas setelah kita berbincang semalam tetapi nyatanya kamu masih terjaga makanya kamu mengantuk sekarang," ujar Rosie sesuai pendapatnya. Sophia hanya tersenyum membalas semua perhatian yang diberikan oleh Rosie kepadanya.
"Setelah mencuci muka, semua pasti baik saja," tanggap Sophia seraya meninggalkan kamarnya menuju kamar mandi. Gadis itu hendak membersihkan diri untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Ketika berjalan, Sophia tidak sengaja melihat Helen sedang tergesa-gesa keluar dari kamarnya menuju ke gerbang keluar asrama. Sepertinya dia sedang terburu-buru karena alasan mendesak. Sophia melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukkan dua jam sebelum jadwal pelajaran dimulai, artinya masih banyak waktu untuk bersiap.
"Masih banyak waktu yang tersedia, tidak mungkin kalau gadis itu menunggu di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai," gumam Sophia di dalam hati. Dia pun berusaha menepis semua pikiran buruk tentang teman-temannya dan fokus pada dirinya sendiri.
Beberapa kerumuman siswa di dekat kamar mandi membuat Sophia penasaran.
"Permisi, apa yang terjadi? Aku tidak bisa masuk ke dalam kamar mandi karena kalian berkumpul di depan pintu kamar mandi," ujar Sophia kepada beberapa gadis yang sedang berdiri. Mereka seolah melihat ke satu arah yang sama, pintu kamar mandi anak laki-laki yang berada di samping kamar mandi perempuan.
Seorang gadis memberikan jalan bagi Sophia untuk lewat. Sophia segera masuk ke dalam dan melihat beberapa siswa perempuan sedang menyisir rambutnya di depan kaca kamar mandi yang besar.
"Apa kalian mengetahui apa yang terjadi di luar? Mengapa banyak siswa yang berkumpul?" tanya Sophia kepada salah satu diantara mereka.
"Astaga, apakah kamu tidak mengetahui bahwa mereka sedang menunggu kedatangan Andrew Davidson yang sedang berada di dalam kamar mandi. Mereka sengaja menunggu hanya untuk memandang pemuda tampan itu sesaat," jelas salah seorang siswi kepada Sophia. Gadis itu mengerti sekarang apa yang menjadikan kerumuman di depan kamar mandi.
"Andrew Davidson memang menarik perhatian banyak orang," tanggap Sophia sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak mau memusingkan hal lainnya selain persiapan menjelang pelajaran di hari keduanya.
Sophia menceritakan apa yang terjadi di depan kamar mandi kepada sahabatnya ketika mereka bertemu saat sarapan pagi. Bianca dan Rosie tertawa karena mengetahui adanya tindakan konyol para gadis hanya demi melihat seorang pemuda seperti Andrew.
"Itu sangat tidak masuk di akal," tanggap Bianca sebelum meneguk susu hangat di dalam gelasnya. Menu sarapan pagi hari ini adalah omelete dan segelas susu hangat. Para siswa menyukai semua menu yang dihidangkan.
"Kenyataannya memang seperti itu," ujar Sophia untuk meyakinkan Bianca. Ketiganya kembali menghadap ke arah piring masing-masing sambil sesekali melontarkan candaan yang membuat tertawa.
"Apakah kalian tidak merasa aneh karena tidak ada satupun guru yang makan pagi bersama kita? Sejak tadi aku melihat ke depan tetapi meja mereka nampak bersih," kata Rosia sambil menunjuk ke arah meja panjang di depan mereka. Sophia teringat rombongan werewolf yang meninggalkan asrama semalam. Nampaknya mereka belum kembali ke asrama pagi ini.
"Mungkin mereka sarapan di dalam kamarnya masing-masing," tanggap Bianca sembari mengunyah omelete di dalam mulutnya.
"Memangnya boleh seperti itu? Enak sekali menjadi seorang guru," ujar Rosie seraya menganggukkan kepalanya. Sophia tidak mau berkomentar karena takut kelepasan bicara sesuatu yang seharusnya bukan menjadi urusannya. Dia tidak mau Mr Athony menegur dirinya.
"Daripada memikirkan para guru, sebaiknya kalian mendengarka apa yang mengganggu pikiranku. Ini mengenai Helen. Aku melihat gadis itu terburu-buru meninggalkan asrama tadi pagi ketika aku hendak menuju kamar mandi.Kupikir itu terlalu rajin untuk memulai sarapan. Tetapi kenyataannya sekarang, dia bahkan tidak ada di meja makan. Entah kemana dia pergi sepagi itu," kata Sophia menjelaskan.
Kedua teman Sophia saling berpandangan. Mereka nampak kaget setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Sophia.
"Gadis itu memang tidak kelihatan sejak aku menginjakkan kaki di dalam aula makan. Biasanya dia selalu menarik perhatian dengan mulut cerewetnya yang suka mengomentari berbagai hal," cetus Bianca. Helen memang selalu memberikan pendapatnya mengenai berbagai macam hal di luar wewenangnya.
"Jangan berkata begitu, kawan. Kalau tidak cerewet bukan Helen dong namanya," canda Rosie untuk menghangatkan suasana di antara mereka bertiga.
Sophia merasa janggal dengan menghilangnya para guru sejak peristiwa semalam serta kepanikan Helen ketika meninggalkan asrama tadi pagi. Mungkinkah semua ini berkaitan. Gadis itu begitu fokus pada pikirannya hingga tidak menyadari Andrew Davidson bergabung dengan dirinya. Bianca dan Rosie tersenyum bahagia ketika melihat pemuda itu mendekati mereka.
"Permisi, bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya Andrew sembari mengangkat piring dan segelas susu di tangannya.
"Tentu saja, silahkan! " jawab Bianca.
Andrew berada di samping Sophia. Gadis itu merasa jantungnya berdegup kencang karena Andrew berada tidak jauh dengannya. Bianca yang mengetahui isi hati Sophia hanya tersenyum melihat sahabatnya salah tingkah.
"Mengapa tiba-tiba kamu bergabung bersama kami? Bukankah biasanya kamu bersama kelompokmu?" tanya Bianca kepada Andrew. Pemuda itu tersenyum sambil melihat ke arah tiga gadis di hadapannya secara bergantian.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedikit merasa janggal dengan keadaan aula makan yang sedikit lengang. Beberapa siswa tidak nampak hadir bahkan para pengajar tidak ada di mejanya," tanggap Andrew. Rupanya mereka mempunyai pemikiran yang sama.
"Kami juga baru membahas hal tersebut," ungkap Sophia kepada Andrew.
"Iya, aku mendengar hal itu makanya aku bergabung disini. Kupikir siswa lain tidak ada yang membicarakan hal yang sama dengan kalian," tanggap Andrew.
"Kami memang aneh dan unik," canda Rosie yang membuat semua tertawa.
Sophia beberapa kali melirik ke arah Andrew meskipun tidak berani menatapnya secara langsung. Dia hanya berharap bisa leluasa menikmati ketampanan yang dimiliki pemuda itu.
"Kupikir baru dua hari kegiatan belajar dimulai, tidak mungkin muncul masalah tetapi nyatanya justru ada beberapa hal yang terjadi," imbuh Andrew.
"Apa contohnya?" desak Sophia kepada Andrew.
"Semalam ada penyerangan kepada petugas penjaga. Kita tidak tahu siapa jati diri si penyerang tetapi kejadian tersebut memang benar adanya. Yang kedua, semalam ketika belajar, aku mendengar lolongan serigala yang saling bersahutan. Aku tidak berani melihat ke arah luar jendela karena malam sudah sangat larut," ungkap Andrew yang membuat Sophia terkejut. Bukankah semalam dia juga mendengar lolongan yang sama.
"Suara lolongan? Apakah kamu juga mendenganya?" tanya Sophia yang membuat Andrew membulatkan matanya.
"Jadi, kamu juga mendengar hal yang sama?" tanya Andrew. Sophia mengangguk mantap dan keduanya saling berpandangan lekat.
"Kupikir tidak ada orang lain yang mendengarnya karena sudah malam sekali saat lolongan terdengar. Aku sedang terbangun dan mengambil minum ketika suara itu bersahutan. Aku tidak membangunkan Rosie karena dia nampak pulas dalam tidurnya," ucap Sophia menjelaskan. Dia merasa heran dengan Andrew yang masih belajar kendati sudah tengah malam.
"Astaga, seharusnya kamu membangunkan diriku. Aku juga penasaran dengan lolongan serigala," tukas Rosie. Sophia hanya mengucapkan maaf untuk meredakan Rosie karena saat ini ada masalah yang lebih penting untuk diselesaikan.
"Kupikir memang tidak ada yang kebetulan. Pasti telah terjadi sesuatu yang membuat semuanya tampak berbeda di pagi ini," simpul Bianca seraya menatap sekeliling ruangan. Jumlah siswa memang sedikit berkurang daripada sebelumnya.
"Bukankah seru kalau kita menyelidikinya?" tanya Rosie bersemangat. Ketiga rekan yang berada di hadapannya langsung berpandangan karena menyetujui saran dari Rosie.