webnovel

Bungkusan Hitam

Tanpa basa-basi Lala langsung terbang menerjang dan menghabisi pasukan lawan dengan selendang hitamnya. Sedangkan khodam pendekar milik Putra fokus bertarung satu lawan satu melawan ketua makhluk kiriman santet tersebut. Di sisi lain, ketiga harimau sedang menghabisi para bawahan makhluk bersimbah darah itu dengan mudah dan leluasa.

Aku melihat mereka mencabik dan menerkam makhluk-makhluk itu dengan buasnya. Hingga satu persatu makhluk itu mulai jatuh terkapar dengan bagian tubuh yang sudah tidak utuh akibat dari serangan brutal dari harimau milik Putra.

Walaupun para makhluk itu tampaknya kalah dan terpukul mundur oleh gabungan khodamku dan Putra, tetapi kenyataannya jumlah mereka tidak berkurang sama sekali. Mereka tetap menyerang kami tanpa memikirkan luka yang telah mereka terima, mereka juga tidak memerdulikan temannya yang telah kami kalahkan.

Mereka berperang seperti layaknya pasukan berani mati yang sudah siap mengorbankan nyawanya di medan perang. Anehnya, semakin banyak pasukan mereka yang kalah, aura dan figur mereka tampak menjadi semakin ganas. Mereka yang tadinya cuma bisa menerima serangan layaknya samsak tinju, mulai bangkit dan perlahan-lahan memberikan perlawanan yang kuat.

Sementara itu, pertarungan antara khodam pendekar milik putra masih berada di posisi yang seimbang. Walau bisa dibilang gaya bertarung mereka berdua benar-benar brutal, yaitu dengan cara saling adu pukul tanpa mencoba untuk bertahan sama sekali. Mereka berdua bertarung habis-habisan sambil tersenyum layaknya dua maniak gila.

Jika dibiarkan, maka semakin lama situasi kami akan menjadi semakin buruk. Sebab, semakin lama para pasukan lawan semakin ganas dan kuat. Aku merasa Lala dan ketiga harimau milik Putra juga sedang kewalahan, tampak dari gerakan mereka yang semakin melamban dan secara perlahan bergerak mundur. Sepertinya Putra juga menyadari situasi kami saat ini, oleh sebab itu dia mulai memegang golok yang tadinya terletak dilantai. Dia mulai membaca mantranya dan seketika golok itu terselimuti energi berwarna kuning emas yang cukup tebal.

Lalu Putra mengarahkan dan mengibaskan goloknya ke arah makhluk berlumuran darah yang sedang melawan khodam pendekarnya. Seketika, makhluk tersebut langsung menjerit kesakitan sebab energi dari golok Putra berhasil mengenai salah satu lengannya. Ternyata energi dari golok putra berhasil membuat salah satu lengan makhluk itu terluka parah dan hampir terputus.

Aku tak menyangka Putra ternyata memiliki pusaka yang sangat kuat, sebab pada dasarnya pertahanan dari tubuh makhluk tersebut sangat mumpuni. Karena setahuku makhluk itu tidak mengalami luka yang signifikan sejak awal pertarungan dengan khodam pendekar milik Putra. Jadi, ini alasannya kenapa Putra mengatakan bahwa dia tidak membawa persiapan yang seharusnya, waktu berada di cafe kemarin.

Melihat reaksi dari makhluk bersimbah darah membuat Putra semakin bersemangat untuk mengayunkan goloknya. Dengan raut wajah serius, Putra menebaskan goloknya beberapa kali ke arah tubuh makhluk itu. Sedangkan makhluk itu berusaha untuk menghindar dan tidak menerima energi golok dari Putra secara langsung. Dia langsung berlari dan bersembunyi dibelakang para pasukannya. Tetapi usahanya tak berguna, sebab pasukannya langsung terbelah dan lenyap jika terkena energi dari golok putra.

Melihat kesempatan itu, khodam pendekar, ketiga harimau dan Lala langsung fokus menyerang makhluk bersimbah darah itu dengan membabi buta. Makhluk itu hanya bisa menjerit kesakitan dan mencoba melakukan perlawanan, tetapi apadaya dia hanya bisa perlawanan yang tak berarti.

Selagi makhluk itu sedang sibuk melakukan perlawanan, aku melihat Putra sedang memegang cincin batu akik yang tadinya diletakkan disamping golok. Dia mulai mengusap-usap permukaan batu akiknya sambil mengucapkan mantra-mantra dengan suara yang sangat pelan.

Dengan penglihatan mata ketigaku, aku melihat batu akik itu perlahan mulai bersinar dengan terangnya. Saat makhluk bersimbah darah itu mulai kehabisan tenaga dan tampak lemas, Putra langsung mengarahkan cincin batu akiknya terhadap makhluk itu. Efeknya adalah cincin itu mengeluarkan energi yang menyelimuti makhluk itu dengan tujuan untuk menghisapnya ke dalam.

"Manusiaa Sialan! Argghhhhhhhhh" teriak makhluk itu dengan histeris.

Makhluk itu tak mau menyerah dan tetap melakukan perlawanan agar tidak terhisap ke dalam batu akik yang digunakan oleh Putra. Tetapi sayangnya, kombinasi serangan dari khodam kami berhasil membuatnya lemah dan tak berdaya. Dia hanya bisa meraung-raung dan memaki kami dengan suara yang histeris.

Hingga akhirnya, dengan penuh amarah dia terhisap masuk ke dalam batu akik milik Putra. Batu akik itu pun perlahan berhenti bersinar setelah makhluk itu terhisap masuk kedalamnya. Bisa dibilang kasus kali ini tidak sesulit yang kupikirkan, sebab pria berjubah merah saja tidak hadir untuk membantuku. Ketidakhadirannya berarti bahwa aku sedang tidak berada dalam keadaan yang berbahaya.

Sementara itu, pasukan makhluk bersimbah darah itu mulai menghilang satu persatu. Begitu juga dengan khodam kami berdua, yang perlahan-lahan menghilang karena peperangan akhirnya telah selesai.

"Sudah selesai Pak." ucap Putra sambil menghela nafasnya dalam-dalam.

"Bagaimana keadaannya mas? Apa ada yang harus saya lakukan selanjutnya?" tanya pak Agus

"Makhluk halus yang ganggu rumah bapak sudah kami bereskan, sisanya tinggal melacak dukun santetnya." jawab Putra

"Tapi, bapak dan ibu apa pernah ngeliat benda-benda aneh yang mencurigakan disekitar rumah?" tanya Putra dengan serius

"Hmmmm, dulunya sih ada mas, waktu pertama kali ada gangguan dirumah ada bau busuk dan anyir darah mas. Terus besoknya waktu pembantu lagi nyapu dipekarangan rumah, dia nemu dua boneka yang berlumuran darah." jawab pak Agus

"Terus, bonekanya diapain sama bapak?" tanya Putra

"Bonekanya saya bakar mas, karena saya ngerasa bonekanya udah berhubungan sama yang ga beres." ucap pak Agus

"Hmmmm, setelah itu masih tetap ada gangguan pak?" tanya Putra lagi

"Setelah itu saya coba minta bantuan paranormal yang dikenalin sama teman akrab saya mas, setelah paranormalnya datang dan ngecek, katanya ada kiriman ghoib yang bertujuan menyerang keluarga saya. Tapi setelahnya dia langsung bilang ga sanggup buat ngelawan makhluk kirimannya." jelas pak Agus

"Kelanjutannya, gangguan yang kami alami makin mengerikan mas. Mulai dari suara ketawa dan bayangan hitam yang lewat tengah malam sampai kaca-kaca berpecahan tanpa sebab. Udah dua minggu sejak kejadian gangguan pertama, kami udah undang beberapa paranormal dan banyak yang bilang udah berhasil tapi nyatanya besoknya ada gangguan lagi." tambah pak Agus dengan lesu

"Saya juga bingung pak, kenapa bisa begitu. Tapi yang penting barusan saya sudah beresin makhluk yang ganggu rumah ini, dan rumah bapak bakal saya pagarin supaya kirimannya ga bisa masuk lagi." ucap Putra dengan percaya diri

"Iya mas." ucap pak Agus dengan pelan

Aku merasa pak Agus masih tidak begitu percaya, sebab aku melihat raut wajahnya yang seperti ragu ingin mengungkapkan sesuatu. Oleh sebab itu, aku melirik ke arah Putra sebagai kode untuk meminta izin berbicara. Putra membalas lirikanku dan menganggukkan kepalanya dengan pelan layaknya mengerti apa yang kusampaikan.

"Paranormal yang lain juga udah coba buat pagarin rumah bapak ya?" tanyaku dengan hati-hati.

"Iya mas, maaf sebelumnya, saya bukan mau meremehkan masnya berdua, tapi selama ini paranormal yang lain juga ngomong begitu dan hasilnya tetap sama." jawab pak Agus dengan suara yang pelan.

"Orang yang paling sering datang ke rumah bapak sejak pertama kali ada gangguan siapa ya?" tanyaku dengan serius

"Hmmmm, selain keluarga dan pembantu kayaknya sih teman akrab yang saya ceritakan tadi mas." jawab pak Agus setelah berpikir sejenak.

"Biasanya waktu dia datang, ada nanya-nanya sesuatu gak pak?" tanyaku lagi

"Ya seperti teman biasa mas, nanya kabar saya dan keluarga. Terus nanyain apa gangguannya sudah hilang atau tidak." jawab pak Agus

"Pak, bisa buka ruangan kamar bapak sebentar kah? saya mau coba cek dulu. Mohon maaf sebelumnya." ucapku

Sejak kami berhasil mengalahkan makhluk bersimbah darah tadi, aku mengira aura gelap dan negatif yang berasal dari ruangan pak Agus akan perlahan lenyap. Tapi setelah kuperhatikan kembali, ternyata hawa negatif dari dalam sana masih tidak menghilang juga. Ibarat kekalahan dari makhluk bersimbah darah tersebut tidak mempengaruhi keadaan didalam sana sama sekali.

"Oh iya mas, sebentar saya bereskan dulu." ucap pak Agus dan memberi kode kepada Istrinya agar pergi kedalam sana.

Setelah beberapa saat kemudian, istri pak Agus selesai membereskan kamarnya dan mempersilakan kami untuk masuk mengecek ruangannya. Aku langsung beranjak dan berjalan masuk ke dalam ruangan kamar pak Agus sambil memfokuskan perhatianku ke arah sumber hawa negatif tersebut.

Saat masuk kedalam kamar, aku tidak melihat adanya entitas yang bersemayam disana. Aku hanya merasa ruangan tersebut penuh dengan hawa negatif yang membuatku sangat tidak nyaman. Hawa tubuhku yang tadinya normal saja mulai terasa panas layaknya sedang dekat dengan sumber api.

Setelah beberapa saat mengecek didalam sana, aku tak juga mendapatkan hasil apapun. Aku hanya bisa merasakan keberadaan hawa negatif yang sangat pekat dan energi negatif yang panas, hingga perlahan tubuhku mulai dibanjiri dengan keringat. Dengan berat hati, akhirnya aku menyerah untuk mencari sumber hawa negatif tersebut dan berniat untuk pergi keluar dari ruangan itu.

Baru saja melangkah keluar dari kamar satu langkah, tak sengaja aku melihat sesuatu disela-sela pembatas dinding dan lemari yang berada diluar kamar pak Agus. Karena penasaran, aku memasukkan jari-jariku ke sela-sela lemari dengan susah payah untuk mengambil benda tersebut.

Saat berhasil menjangkaunya, aku langsung menariknya dan mendapati aku sedang memegang sebuah bungkusan kecil berwarna hitam. Aku langsung memanggil pak Agus beserta Putra dan langsung menunjukkan apa yang kudapati kepada mereka. Sebenarnya aku sudah merasa ada yang tidak beres dengan bungkusan hitam tersebut, melihat dari bentuknya yang sangat mencurigakan. Tetapi, aku berpikir akan lebih baik untuk memberikannya langsung kepada pak Agus.

"Ini apa ya mas Rama?" tanya pak Agus dengan raut wajah bingung.

"Ga tau pak, tadi saya ga sengaja dapatnya dari sela-sela lemari itu." jawabku sambil menunjuk ke arah lemari yang berada tak jauh dari ruangan kamarnya.

"Coba dibuka saja pak, untuk melihat isinya." ucapku sambil memberikan bungkusan hitam itu kepada pak Agus.

Tanpa basa-basi pak Agus langsung memegang bungkusan hitam itu dengan ekspresi wajah yang bercampur rasa takut dan penasaran. Setelah berhasil membuka ikatan dari bungkusan tersebut, pak Agus langsung menggoyangkan dan menjatuhkan isinya diatas meja.

Tampak ekspresi pak Agus dan istrinya yang ketakutan setengah mati setelah melihat benda yang terjatuh dari bungkusan hitam tersebut. Ternyata isi dari bungkusan hitam tersebut dipenuhi oleh gigi taring dan kuku manusia. Gigi taring dan kuku itu pun masih penuh dengan bekas lumuran darah yang sudah kering.

Sesuai dugaanku, isi dari bungkusan tersebut adalah penyebab utama munculnya hawa negatif di ruangan kamar pak Agus.

Bersambung....

Next chapter