"Hei kamu, yang duduk paling belakang. Coba ulangi apa yang saya jelaskan barusan." ucap Dosen sambil menunjuk ke arahku.
"Saya pak?" tanyaku dengan bingung.
"Iya, siapa lagi kalau bukan kamu. Coba ulangi yang saya jelasin tadi." ucapnya sambil menatapku.
"Hmmm, maaf pak." jawabku pelan.
"Dari awal saya masuk, saya lihat kamu hanya melamun saja. Kamu mau belajar atau tidak sebenarnya?" ucap dosen
Aku cuma diam tak menjawab dosen itu. Sedangkan mahasiswa lain memandangiku dengan berbagai macam pandangan. Dari ekspresi kasihan, lucu atau mengejek yang intinya adalah bahwa aku menjadi pusat perhatian dikelas. Termasuk juga Adellia yang memandangku dari bangku yang jauh dariku.
"Kok kamu cuma diam aja? Kalo gitu kamu keluar aja dari kelas ini sekarang." ucapnya dengan nada yang tinggi.
Tanpa berkata-kata aku langsung mengambil tasku dan bergegas pergi meninggalkan kelas. Aku sudah tak peduli lagi akan respon orang lain, aku hanya ingin menenangkan diriku terlebih dahulu ditempat yang sepi.
Sialnya kalau pagi seperti ini, semua tempat telah dipenuhi mahasiswa lain untuk sekedar nongkrong ataupun kegiatan lainnya. Sepertinya aku ingat satu tempat yang sepi dan jarang ditempati orang lain. Tak banyak pikir, aku langsung bergegas berjalan ke tempat itu.
Seperti yang kuduga, tak ada orang lain yang sedang berada dibelakang kantor BEM. Soalnya tempat ini berada diujung fakultas dan tidak terhubung dengan jalan utama. Jadi hanya anggota BEM saja yang biasanya datang ke lokasi ini.
Aku mengambil dua kursi plastik yang ada disana lalu kusejajarkan. Setelahnya aku mengambil posisi senyaman mungkin sambil berbaring dikedua kursi itu. Aku hanya menikmati suasana hening sambil memejamkan kedua mataku. Persetanlah dengan semua masalah, ucapku dalam hati.
Saking menikmati suasana yang hening itu, kesadaranku mulai perlahan menghilang, hingga pada akhirnya aku pun tertidur di kursi itu. Tak tahu sudah berapa lama aku sudah tertidur disana, saat aku mulai sadar dan membuka kedua mataku. Tampak wajah seseorang didalam pandangan mataku yang masih kabur.
Aku mulai mengedipkan kedua mataku dengan cepat, hingga aku mulai sadar bahwa wajah yang kulihat itu adalah Riska. Dia hanya diam memandangku dengan tersenyum manis. Spontan aku langsung mencoba berdiri, tapi sialnya keseimbanganku menghilang dan akhirnya akupun terjatuh.
"Eh Ram, kamu gak kenapa-napa kan?" ucapnya khawatir.
"Iya gapapa kok kak, hehehe." ucapku sambil menggaruk kepala
"Makanya hati-hati dong. Ngeliat aku kayak lagi liat hantu aja sampe panik gitu hahaha." ucapnya sambil tertawa
"Kamu ngapain sendirian disini Ram? Kok bisa sampe ketiduran." tanyanya bingung.
"Ga ngapa-ngapain kok kak, cuma lagi pengen sendiri aja." jawabku pelan
"Apa kamu lagi ada masalah Ram?" tanyanya dengan ekspresi penasaran.
"Hmmmm, nggak kok kak. Cuma lagi jenuh aja kayaknya haha." ucapku dengan tawa palsu
"Ekspresi kamu gak bisa bohong Ram, tapi gapapa kok kalo kamu gak nyaman ceritainnya." ucapnya sambil tersenyum
"Hehe, kok bisa datang kesini kak?" tanyaku.
"Lah kan ini kantornya BEM, aku kan salah satu staff disana. Aku iseng ngeliat jendela, eh ada orang yang lagi tidur di kursi. Waktu aku perhatiin lagi ternyata kamu yang lagi ngorok disitu hahaha" ucapnya sambil tertawa.
"Duh, emang beneran ngorok kak?." tanyaku malu
"Enggak kok, bercanda doang hahaha." balasnya
"Emang gak ada jadwal kelas hari ini kak?" tanyaku
"Nanti sore kelasnya, makanya aku nongkrong di kantor BEM dulu. Omong-omong, kamu udah makan siang belom Ram?" tanya Riska
"Belum kak, soalnya aku dari tadi pagi ada disini." ucapku sambil mengecek jam yang telah menunjukkan angka duabelas.
"Yaudah, makan bareng yuk di kantin." ajak Riska
"Duluan aja deh kak, aku masih pengen tidur aja disini." ucapku
"Yaudah, aku tungguin kamu sampe bangun lagi. Baru aku ajakin makan lagi habis itu." balasnya kekeh.
"Duh, yaudah aku ngikut aja deh kalo gitu kak." ucapku karena merasa tidak enak jika menolaknya lagi.
"Nah gitu dong, haha." ucapnya tertawa
Saat kami sedang diperjalanan menuju kantin aku melihat Steven sedang bersama seorang wanita. Sepertinya wanita itu tidak asing bagiku, aku pernah melihatnya saat ospek dulu. Seingatku dia adalah mahasiswi seangkatan denganku.
"Oi Ram, lo mau ke kantin?" tanya Steven
"Iya, mau bareng gak?" jawabku
"Ayo dah, omong-omong kenalin dulu nih pacar gw namanya Jessica." ucapnya dengan pede
"Halo." ucap Jessica sambil menyalamku dan Riska.
Jika dideskripsikan Jessica tampak cantik. Tubuhnya langsing, matanya sipit, kulitnya putih dan rambutnya cukup panjang. Sepertinya dia ada keturunan tionghoa, secara luas bisa dikatakan dia mirip dengan artis yang sering muncul di televisi, mungkin di sinetron dan acara-acara gossip.
Jadi wajar saja Steven kepincut dan tertarik dengannya. Semoga saja hubungan mereka dapat berjalan dengan baik, pikirku. Karena aku tau biasanya hubungan asmara Steven tak berjalan dalam waktu yang lama.
"Halo, Rama." ucapku singkat
"Riska." ucapnya sambil tersenyum.
Setelah itu kami berjalan dan ngobrol santai menuju kantin. Saat sampai di kantin, tak sengaja aku melihat Adellia yang sedang duduk berdua dan berhadap-hadapan dengan pria yang kulihat tadi pagi.
Begitu juga dengan Steven dan Riska yang melihat ke arah Adellia lalu memandangku dengan tatapan aneh. Sepertinya mereka bingung dan penasaran tentang apa yang terjadi diantara kami berdua.
Aku tak memperdulikannya dan langsung memesan makanan lalu duduk disalah satu kursi yang jauh dari Adellia. Aku mulai menyadari, aku hanya teman biasa bagi Adellia dan tak berhak untuk mencampuri privasinya.
Beberapa saat kemudian Steven, Riska dan Jessica selesai memesan makanan lalu duduk dikursi yang ada didekatku.
"Ram, lo ada masalah sama Adel?" tanya Steven penasaran.
"Nggak kok, emangnya kenapa?" ucapku santai
"Serius? Itu dia berduaan sama siapa coba?" tanya Steven lagi
"Ribet lo ah, ngapain kita ngurusin privasi orang lain coba." jawabku
"Jangan sampe nyesel loh Ram. Keburu diembat cowok laen." ucap Steven dengan ekspresi serius.
"Napa muka lo sampe serius gitu coba. Kalo bener jodoh mah gak bakal kemana. Lagian jangan ngebahas-bahas itu mulu napa." ucapku
"Ah elu mah batu kalo dibilangin. Bener gak kak Riska?" ucap Steven sambil mengedipkan matanya
"Gak tau deh haha." jawab Riska sambil tertawa kecil.
"Bacot mulu nih bocah, kok Jessica mau ya sama lo?" ejekku
"Yajelas karena gw ganteng dong." ucap Steven dengan pedenya.
"Dah lah, capek ngomong sama lo Ven." ucapku menyerah
Riska dan Jessica hanya tertawa melihat tingkah kami berdua. Tak lama kemudian pesanan kami datang lalu kami makan sambil berbincang-bincang santai.
"Ram, itu Adel ngeliatin lo." ucap Steven tiba-tiba.
Aku terkejut dan sedikit menoleh ke arah Adellia. Ternyata apa yang dikatakan Steven benar, Adellia sedang memandangiku dengan tatapan yang tak kumengerti. Aku langsung memalingkan wajahku dan berhenti menatap kearahnya.
"Gw pergi duluan deh ya." ucapku berhubung makanan yang kupesan sudah habis.
"Eh, kenapa lo buru-buru amat dah." ucap Steven
"Gapapa, gw masih ngantuk, jadi mau lanjutin tidur aja." balasku
"Yaudah deh kalo gitu." ucap Steven sambil menepuk pundakku.
"Yuk bareng Ram." ucap Riska tiba-tiba
"Hmmm, emangnya mau kemana kak?" ucapku bingung
"Cuma mau ikut bareng kamu kok, ga boleh ya?" ucapnya dengan ekspresi jahil
"Hmmmm, yaudah deh kak." ucapku mengiyakan karena tak mau berlama-lama lagi dikantin.
Tak lama kemudian aku sampai di belakang kantor BEM dan langsung mengambil posisi santai di kursi seperti pagi tadi. Aku hanya ingin bersantai dan tak peduli dengan keadaan sekitar.
"Ram, kamu ada masalah sama Adel ya?" ucap Riska
"Nggak kok kak." ucapku singkat lalu berbaring dan menutup kedua mataku
"Jadi, kok kamu gak balas tatapannya, terus kok kalian keliatan canggung banget tadi?" tanyanya lagi.
"Hmmm, keliatan banget ya kak?" tanyaku
"Jelas banget malah, Steven sama Jessica juga sadar kok." jawabnya
"Ohh, tapi mending gausah dibahas deh kak, yang ada makin pusing haha." ucapku
"Yaudah deh, tapi kalo kamu kesepian atau butuh bantuan hubungi aku aja ya Ram." ucap Riska
"Iya kak, omong-omong bukannya kakak ada kelas sore ini?" ucapku
"Oh iya, aku sampe kelupaan. Aku pergi dulu kalo gitu ya Ram. Nanti aku balik kesini lagi habis kelas." ucapnya
"Gausah repot-repot kak, mungkin aku udah balik ke kost-an nantinya." balasku
"Yaudah Ram byeee, semangat ya." ucapnya dengan suara manisnya.
Aku hanya melambaikan tanganku lalu melanjutkan tidurku didalam keadaan hening. Aku berusaha untuk tidak banyak berpikir dan merilekskan seluruh tubuhku. Hingga aku hanya bisa mendengar suara angin dan nafasku sendiri.
"Ram, kamu kenapa?" ucap seseorang yang berhasil mengejutkanku.
Aku langsung membuka kedua mataku dan melihat Adellia yang sudah berdiri disampingku. Aku bingung harus menjawab pertanyaannya.
"Maksudnya Del?" tanyaku bingung
"Kenapa kamu ngejauhin aku?" tanya Adel balik
"Ha? Gak kebalik tuh?" balasku kesal
"Kebalik? Emangnya aku ngejauhin kamu?" ucapnya bingung
"Yang ninggalin aku kemarin kan kamu, terus siapa yang berangkat kekampus sendiri, tau-taunya barengan sama cowok itu. Jadi siapa yang ngejauhin sebenarnya?" ucapku tanpa menatapnya.
"...." Adellia tak membalas ucapanku, dia hanya terdiam mematung.
"Aku pergi pulang dulu Del." ucapku karena perasaanku yang kesal dan tak nyaman.
Aku menoleh dan menatapnya, tetapi Adellia masih juga tak membalas ucapanku, dia hanya memandangku dengan tatapan sedih. Dengan perasaan yang kacau akhirnya aku pergi meninggalkannya.
Bersambung…