webnovel

Sendirian

Lia tersungkur jatuh kala mobil polisi itu membawa Deon pergi. Bagaimana bisa kakaknya ditangkap dengan tuduhan tak bersalah sama sekali? Ia memang anak kecil, tapi ia paham apa itu hukum.

"Aku harus membebaskan kakak!" ucap Lia menatap kepergian mobil tersebut.

Ia bangkit dan menyeka air matanya. Ia harus bisa sendirian malam ini tanpa kakaknya. Ia akan buktikan jika pembunuh itu bukan kakaknya. Ya, bukan kakaknya!

Lia masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa, ia mengunci semua pintu masuk dan pintu keluar jalan belakang. Ia juga mengunci jendela.

"Apa yang harus aku lakukan agar jendela ini tidak dipecahkan si manusia gila itu?" tanya Lia pada dirinya sendiri.

Ia nampak berpikir sejenak. Kaca itu mudah hancur dengan satu pukulan batu saja. Jika pun Lia mengadu kepada ayah dan ibunya dan meminta mereka pulang, rasanya itu tak akan mungkin terjadi.

Mereka akan bilang jika semua itu hanyalah halusinasi Lia agar mereka bisa dibujuk segera pulang. Padahal, Lia benar-benar ketakutan sekarang.

"Aku harus bertanya pada teman-teman onlineku!" tukas Lia.

Ia pun mengetikkan jemarinya untuk mengirim pesan ke grup yang berisi anak-anak broken home. Entahlah, Lia lebih sering menggunakan gadget dibandingkan kakaknya Deon.

Sebab, Lia tidak terlalu ditekan dengan keras seperti Deon. Sehingga ia bisa bermain handphone dengan leluasa tanpa ketakutan.

From: Lia.

Teman-teman, aku mau bertanya. Apa yang akan kalian lakukan agar kaca jendela tidak pecah dihancurkan oleh perampok?

+ 555321xxxxxx

Ganti kacamu dengan yang lebih tebal.

+ 6285303xxxxxx

Tahan dengan papan. Buatlah papan yang bisa sulit untuk dihancurkan. Itu akan memudahkan dirimu lebih aman, setidaknya kau bisa menunda waktu untuk bisa kabur dari rumah.

Lia pun tersenyum. Ya, ia butuh papan. Ia ingat jika ayahnya menyimpan banyak papan di gudang. Ia juga harus bisa memaku papan itu sendiri. Ia akan buktikan pada kakaknya jika Lia bukanlah gadis kecil yang manja lagi. Dan ia bisa buktikan pada semua orang jika kakaknya tidak pernah membunuh orang lain.

Lia pun berjalan menuju ke gudang yang gelap dan jarang ia kunjungi itu. Ia mengambil papan yang sudah dipotong dengan rapi. Dan kebetulan semuanya seukuran dengan jendela rumahnya. Ia juga mengambil paku dan palu.

Ia harus bisa menutup jalan agar pembunuh itu tak bisa masuk ke dalam rumahnya.

"Kau tak akan bisa masuk rumah ini, manusia sialan!" seru Lia kesal.

Ia mencoba memaku papan tersebut dengan emosi. Setidaknya, semuanya bisa ia tutup dengan rapat agar pembunuh itu bisa membuatnya menunda waktu dan menggunakan waktu tersebut untuk kabur dari rumah.

"Semoga kau tak pernah kemari lagi!" pungkas Lia.

Semua jendela sudah ia tutup dengan papan. Bahkan tak ada cahaya sama sekali yang masuk ke dalam rumah. Hanya ada cahaya sedikit yang masuk dari dalam ventilasi. Namun, jika malam datang jelas ini akan menjadi gelap dan menakutkan.

"Ah, aku lapar. Aku harus mencari di google resep makanan yang sering kakak buatkan padaku. Jika tidak, malam ini aku akan mati kelaparan. Itu akan jauh lebih buruk daripada pembunuhan," sahut Lia pada dirinya sendiri.

Gadis itu pun beralih ke dapur dan melihat bahan-bahan yang ada di kulkas. Ia pun memasak masakan untuk dirinya makan malam hari ini, sendirian.

- The Silent In Midnight -

Berita menyiarkan seseorang tengah ditangkap ke kantor polisi atas tuduhan pembunuhan berantai di sebuah kompleks.

Seorang laki-laki berbadan putih, tampan, tegap dan berambut undercut hitam itu berjalan dengan tangan yang diborgol.

Seseorang yang tengah menonton siaran televisi itu tersenyum menyeringai. Ia merasa bahagia karena polisi menangkap manusia menyebalkan itu, bagi dirinya.

"Deon.. Deon.. Selamat merasakan dinginnya sel penjara di usia mudamu, hahaha!" seru seseorang itu dengan bahagia.

Selepas berkata seperti itu, ia lantas berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya. Di sana, ia sudah menyediakan papan yang ditempeli oleh foto demi foto orang yang ada di kompleks tersebut.

"Target selanjutnya, adalah kau!" ucap seseorang itu seraya membulati wajah seorang gadis yang tampak bahagia dan tersenyum manis disana.

Foto-foto disana tampak bahagia, namun 3 orang sudah diberi tanda silang. Tandanya jika target tersebut sudah selesai di eksekusi.

"Hm, daging dia masih banyak. Bagaimana aku menghabiskannya, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia lantas berjalan menuju dapur. Dimana dalam kulkasnya sudah banyak daging yang ia masukan dalam plastik yang sudah berisi daging dengan potongan yang rapi.

"Selamat, besok kau akan menemukan alammu sendiri. Di perut banyak orang selain di kota ini, hahahah!" tukasnya tertawa menatap daging yang menumpuk dan tampak fresh itu.

Ia bersenandung seraya memasukkan beberapa daging beku itu ke sebuah box yang terbuat dari busa.

Namun, saat sedang asyik mengemas daging yang akan ia jual besok itu. Terdengar sebuah keributan dari gudang.

TRANG!! KLONTRANGG! TRANG!!

Ia pun berdiri. Berjalan mendekat ke arah gudang yang tampak berisik itu. Apakah rumah ini ada tikus? Sialan sekali, dia sudah membayar mahal untuk rumah ini dan masih ada tikus di gudang.

Ia pun membuka pintu gudang tersebut, namun tak ada apapun selain suasana gudang yang berantakan. Ada 3 tengkorak tanpa kepala ia gantung di sebuah tali.

"Fyuh! Dasar tikus sialan!" gumam pria itu dengan kesal.

Ia lantas kembali membereskan gudang yang baru beberapa hari kemarin ia bereskan. Benar memang, hidup sendiri itu sulit. Ia butuh pembantu lama-lama, namun siapa yang mau bekerja dengan memotong daging manusia setiap hari? Memangnya ada ya?

Ia pun segera memunguti barang yang berjatuhan ke tempatnya yang semula. Namun, tiba-tiba..

KREET..

Suara pintu tua yang tampak dibuka sedikit itu seolah ada orang lain selain dirinya disini.

"Apa kalian mau bermain denganku? Oh ayolah, aku tak punya waktu untuk itu," ucap pria tersebut tanpa beban.

BRAKK!

Pintu pun ditutup secara kasar. Sepertinya, roh yang ia bunuh hari itu masih marah kepadanya. Lho, bukannya ia baik mendekatkan mereka kepada tuhan mereka? Kenapa mereka marah pada pria ini?

"Kau pikir aku akan takut? Harusnya, kalian berterima kasih kepadaku. Aku mendekatkan kalian kepada Tuhan kalian," ujar pria tersebut angkuh.

WUSHHH!!

Kertas yang berada dalam lemari pun di terbangkan ke langit-langit ruangan tersebut. Sekarang, pria tersebut nampak takut. Pelan-pelan, ia berjalan menuju ke arah pintu dan langsung keluar dari ruangan tersebut.

Sialan, mereka mempermainkan dirinya rupanya! Pria tersebut lantas mengunci kembali gudang tersebut dan kembali ke kamarnya. Ia memilih untuk tidur malam ini, sebab jujur ia ketakutan dengan teror tersebut.

Next chapter