webnovel

Apa Ini?!

Semenjak hari itu, Deon tak permah lagi melihat paman dan bibinya. Saat dimana Beni pertama kalinya berjualan ke.pasar sendirian tanpa bantuan siapapun.

Deon merasa ada yang mengganjal dengan perilaku Beni. Ayam-ayamnya tinggal sedikit, tapi Beni masih saja nekat berjualan. Dan, apakah paman dan bibinya sampau setega itu meninggalkan Beni yang penyakitan itu sendirian?

Deon menatap jendela dimana Beni mengangkut beberapa daging yang sudah dibungkus menggunakan plastik dan siap diedarkan. Samar-samar, matanya menerka-nerka kala daging itu terekspos.

Itu bukan daging ayam. Dagingnya lebih kemerahan dan lebih mirip daging sapi. Apa mungkin sekarang Beni menggarap sapi demi kebutuhannya? Namun, dimana ia akan menyimpan sapi-sapi tersebut?

Lia juga semakin hari semakin aneh. Ia bahkan tidak mau berangkat sekolah lagi semenjak hari itu. Sudah beribu bujukan, Deon meminta adiknya agar tetap mau bersekolah supaya dirinya tidak dihukum oleh ayah dan ibunya. Tapi, Lia tetap bersikekeuh dengan pendapatnya bahwa anak kecil itu tak mau sama sekali keluar dari kamarnya.

"Apa yang harus kulakukan? Ini hari ketiga Lia tak mau sekolah, jika aku bicara pada ayah dan ibu. Maka, ini akan jadi masalah besar bagiku!" ucap Deon pada dirinya sendiri.

Ia mencoba berpikir keras bagaimana Lia mau sekolah kembali. Meski, sejujurnya ia bingung kenapa Lia sampai sebegitu takutnya kepada Beni. Apa yang anak itu lakukan sampai membuat Lia ketakutan?

***

Deon berbelanja ke supermarket. Ia sengaja meninggalkan Lia dan menguncinya dari luar. Sebab, anak itu tak mau keluar kamar sama sekali dan asyik bermain leggo di kamarnya.

Deon benar-benar frustasi. Jika terus seperti ini, maka ia akan dihukum habis-habisan oleh ayahnya karena mendidik adiknya ke jalan yang salah. Padahal, Deon saja kebingungan apa yang harus ia lakukan dan terpaksa hari ini ia ikut membolos sekolah demi menemani adiknya.

Deon tak ada lagi pilihan lain. Sebab, jika dirinya sekolah dan Lia di rumah sendirian. Itu akan memicu masalah jika anak kecil itu tiba-tiba kabur atau menyusulnya. Ia akan terkena dua kali lipat hukuman dari ayahnya.

Deon berjalan ke supermarket di pagi buta ini. Sekalian ia lari pagi agar menyehatkan tubuhnya. Lagi-lagi, ia berpapasan dengan Beni yang sudah berangkat dengan motornya.

Entah kenapa, perasaannya seolah mengganjal kepada Beni. Masalah apa sampai paman dan bibinya pulang ke rumah nenek. Dan kenapa mereka meninggalkan mobil dan motornya disini?

Deon benar-benar tak habis pikir. Tapi, sebisa mungkin ia berpikir positif soal Beni. Saudaranya itu tak seburuk yang orang lain pikirkan. Deon yakin akan hal itu, Beni bukan orang yang jahat.

Deon masuk ke dalam supermarket. Ia membeli beberapa barang yang ia butuhkan untuk beberapa minggu ke depan. Entah kapan ayah ibunya akan pulang, sebab mereka lebih sering meninggalkan Deon sendirian di rumah sejak kecil.

Huft.. Keluarga yang terlalu menuntut sempurna tanpa memberikan kesempurnaan. Ya begitulah, Deon harus menerima keadaan keluarganya yang seperti ini.

"Semuanya berapa?" tanya Deon pada kasir setempat.

"80 dollar," ucap kasir pria yang menjadi langganannya.

Deon melirik ke tempat ayam yang tak jauh dari kasir itu berada. Sepertinya enak jika ia memasak chicken teriyaki hari ini. Semoga saja, Lia suka dan ia mampu membujuk adiknya untuk sekolah.

"Harga ayamnya berapa?" tanya Deon pada kasir itu.

"7 dollar per kilonya, apakah anda mau? Ada promosi daging sapi segar juga, 10 dollar per kilonya," ucap Kasir tersebut.

Deon kemudian memilih, sepertinya ia akan mengambil dua-duanya saja sebab ia akan membuat steak daging sapi juga. Deon kemudian meraih daging sapi dan ayam itu masuk ke keranjang trollynya.

"Totalnya 97 dollar," sahut kasir tersebut kemudian Deon menyodorkan uang 100 dollar kepadanya.

"Terima kasih," ucap Deon kemudian membawa barang belanjaannya.

Harap-harap, Lia mau makan dan kembali bersekolah dengan dibuatkan steak dan chicken teriyaki oleh dirinya.

•••

Deon meletakkan belanjaannya di pantry. Ia sudah biasa memasak dan tangannya sudah handal untuk masalah itu. Ia juga harus bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagi Lia.

Hah... Orang tuanya itu! Tahunya hanya membuat anak tanpa mau mengurusnya dengan baik. Padahal, dulu Deon menolak dirinya memiliki adik. Sebab, itu akan merepotkan dirinya dan terbuktilah sekarang.

Deon kemudian memasak dengan lihainya. Bumbu demi bumbu ia racik supaya masakan yang ia masak hari ini akan menggugah selera makan Lia.

30 menit berlalu..

Masakan itu siap. Chicken teriyaki, beef steak, dan lelehan telur di atasnya. Perpaduan yang sangat mengenyangkan perut untuk sarapan pagi meski banyak mengandung kalori dan lemak jenuh di dalamnya.

"Lia, ayo sarapan dulu!" panggil Deon kemudian Lia bergegas keluar dari kamarnya menuju meja makan.

"Wah, apakah kakak membuatkan ini untukku?" tanya Lia antusias sebab ia sudah lama ingin memakan beef steak yang ada lelehan telur di atasnya dengan saus mushroom.

"Hihi iya, asal berjanji setelah ini kau harus kembali bersekolah. Aku akan mengantar jemputmu asal kau mau kembali sekolah," sahut Deon seraya mengelus-elus puncak kepala Lia.

"Tidak!" tolak Lia kembali. Ia justru menyimpan pisau dan garpu yang baru saja akan ia makan beef steak buatan Deon itu.

"Hei, kenapa? Aku sudah susah payah membuatkan ini agar kau mau bersekolah!" ujar Deon masih dalam tahap sabar.

"Aku tak mau sekolah! Aku takut dengan Beni! Aku tak mau dibunuh dia!" seru Lia kemudian kembali menutup pintu kamarnya dan mengunci dirinya sendiri di kamar.

Deon lagi-lagi memijat keningnya. Ia benar-benar sudah kebingungan bagaimana menghadapi sikap Lia yang sangat kekanak-kanakan. Kenapa Lia selalu mengatakan jika Beni adalah pembunuh?

Shit! Saking emosinya, Deon kemudian melahap beef steak yang ternyata rasanya aneh di mulut Deon.

"Huwek!!" Deon memuntahkan daging yang entah kenapa terasa mual baginya.

Rasanya, daging sapi itu tidak seperti daging sapi premium yang biasa dibelinya di supermarket tersebut.

"Sial, daging apa ini?! Kenapa rasanya aneh sekali! Aku sangat mual memakannya dan mencium bau tak enak saat melahapnya," seru Deon kemudian membuang daging yang sempat ia masak tadi.

Ia kemudian minum air putih dan memakan chicken teriyakinya yang bisa menghilangkan rasa mual pada dirinya. Deon benar-benar mulai curiga dengan tingkah laku Beni yang aneh.

Apa yang membuat Lia sangat takut pada Beni adalah sesuatu yang mengganjal! Sebab, sebelum-sebelumnya Lia tak pernah takut kepada Beni. Justru, dia selalu ramah-ramah saja pada Beni tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya. Namun, malam itu. Entah apa yang terjadi antara Beni dan keluarganya. Deon harus selidiki ini secepatnya sebelum semuanya terlambat.

Next chapter