webnovel

GRAND OPENING

Keesokan harinya Arman dan Danang ke ruko terlebih dahulu. karena Angga harus menemui seseorang dengan urusan bisnisnya.

Saat perjalanan menuju ruko Arman berpapasan dengan Bunga. mereka tidak ada yang saling menoleh sedikitpun. Arman merasa lega akhirnya bunga dapat melepaskan dirinya tanpa harus mengejar setiap hari. Danang pun heran dengan perubahan sikap bunga. tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya bunga mengintai kegiatan mereka dari jauh.

"Man! Lo apain tu anak kok bisa diem ketemu Lo?" tanya Danang.

"Gue kasih tanah kuburan," jawab Arman.

"Yang benar saja Lo," kata Danang dengan nada terkejut.

"Iya! Gue terakhir ketemu di kuburan." Arman meyakinkan Danang dan menahan tawanya.

"Wah jangan-jangan tu anak sudah jadi Kunti setengah manusia, man." Danang mulai ketakutan dengan imajinasinya yang tinggi.

"Hahaha...." Arman tertawa terbahak-bahak sambil saat sedang menyetir motornya.

"Ah elo," protes Danang yang tahu bahwa dirinya di kerjai oleh Arman.

"Lah lagian Lo kenapa percaya?" tanya Arman dengan memegangi perutnya yang sakit karena terlalu asik tertawa.

"Sudah, Lo fokus nyetir jangan sampai karena ini kita celaka," ucap Danang untuk mengalihkan pembicaraan karena dia merasa merinding.

Arman melewati jalanan yang ramai dengan kesibukan anak sekolah dan para pejuang nafkah. Arman mampir di sebuah toko yang menyediakan segala isian kebab dan burger. karena Arman sudah akrab dengan pemilik toko dia selalu mendapat perlakuan berbeda. tidak perlu mengantri seperti yang lain dia hanya perlu telepon kepada pemilik toko dan mengatakan apa yang dia inginkan maka saat Arman datang ke toko tinggal membayar dan mengambilnya. Bahkan jika Arman berhalangan mengambil di toko, pemilik toko akan memerintahkan pegawainya mengantarkan ke lokasi Arman. Hanya saja Arman tidak menyalahgunakan keakraban dirinya dengan pemilik toko yang berlebihan.

Setelah memastikan semua tidak ada yang lupa dia segera meluncur ke ruko. Arman memasang banner 'Buy 2 free 1 mini kebab' sehingga banyak anak sekolah yang melihatnya ingin mencobanya.

"Man, Lo siapin yang di belakang. gue bersihin yang di depan ya," ucap Danang saat motor yang mereka kendarai berhenti di samping ruko.

Danang segera membersihkan meja, sedangkan Arman menyiapkan segala macam saos dan mayones di tempat pembuatan kebab. WiFi, lemari es soft drink, hingga interior yang menarik sudah siap. Arman dan Danang menunggu jam istirahat para anak sekolah. Ada dua sekolah di depan rukonya yaitu sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir.

****

Teeeet.... teeet...

Suara Bell sekolah terdengar hingga ruko Arman. Beberapa gelintir anak sudah datang terlebih dahulu. Arman yang sudah siap akan serbuan anak-anak sekolah melayani mereka dengan cepat. Arman di bantu Danang melayani satu persatu para pelanggan barunya.

"Man, ini mereka mau beli kebab atau mau demo?" bisik Danang.

"Diam aja, cepat potong sayur dan bungkus yang sudah matang." Arman berbisik balik kepada Danang.

Dalam sehari Arman menjadi idaman para siswi. Mereka rela antri sedikit lama karena ingin melihat Arman yang tampan.

"Man, Lo punya fans baru," bisik Danang di sela-sela pekerjaannya.

"Apa sih?" tanya Arman tidak mengerti.

"Lihat tuh anak SMA, lihatin Lo sampai begitu," jelas Danang.

Arman menyenggol Danang agar tidak melanjutkan ocehannya. Arman yang menjadi idola dadakan membuat Amel cemburu. Dia yang rela mengantri demi bertemu Arman tiba-tiba hilang nafsu makannya belum sempat di panggil namanya dia ingin pergi dari sana. namun baru dua langkah giliran dia yang di panggil.

"Amelia!" panggil danang dengan nyaring. karena semua mata sudah tertuju padanya dia mau tida mau mengambil pesanannya dan segera pergi.

"Terima kasih," ucap Amel seraya mengambil pesanannya dan sebelum pergi dia melirik ke arah Arman yang tertangkap sedang menatap ke arahnya juga. karena terkejut mendapatkan balasan tatapan dari Amel.

Amel segera meninggalkan tempat Arman. ada keinginan mengejar Amel namun arman harus menyelesaikan pekerjaannya. pesanan dari para pelajar sudah hampir selesai. namun datang lagi dari pelanggannya yang berasal dari mall kemarin. ada juga beberapa yang pembeli baru.

Arman dan Danang melewati hari pertamanya dengan kewalahan namun mereka puas dengan hasil yang mereka dapat. Bahan yang mereka sediakan sudah setengahnya terjual. Walaupun toko mereka ramai tapi tidak melupakan kewajiban mereka, Pukul 12:30 mereka bergantian untuk melaksanakan ibadah. kebetulan ada masjid yang tak jauh dari ruko mereka.

"Man!" panggil Danang dengan mengalungkan sarungnya di leher.

"Apa?" sahut Arman.

"Gue sekalian makan. Lo makan di sana atau gue bungkusin?" tanya Danang.

"Emmmm.... Ntar gue beli sendiri deh," jawab Arman.

"Oke deh. Gue duluan." Danang segera pergi untuk sholat dan sekaligus makan di sebuah warung yang tak jauh dari masjid tersebut.

Pembeli yang tidak terlalu ramai tidak membuat Arman kewalahan. Apalagi sebagian makan di tempat. Dan sebagian dari mereka bukan anak sekolah. Arman dengan cekatan memainkan alat panggang dan melayani pembayaran. Bahkan dia lihainya memanggang beberapa kebab tanpa kesalahan sedikitpun.

Saat Arman sedang sendiri, Amel datang lagi dan melihat Arman melayani pembeli sendiri. Dia menawarkan bantuan kepadanya. "Apa perlu bantuan?" tanya Amel.

"Oh, tidak!" jawab Arman yang mulai gugup saat menatap Amel.

"Mas Danang kemana?" tanyanya lagi.

"Sholat," jawab Arman dengan singkat. namun tangannya tidak berhenti bekerja.

"Oh, ya sudah saya bantuin." Amel segera membantu memotong selada dan sosis.

"Nggak usah," ucap Arman seraya merebut pisau dari tangan Amel.

"Nggak apa-apa!" Amel menghindar tangan Arman yang hendak merebut pisau di tangannya.

Arman tersenyum senang menatap Amel di sampingnya. namun senyuman itu segera hilang saat Amel menoleh ke arahnya. Amel yang melihat Arman menahan senyum merasa malu dan senang.

"Dia senyum karena aku?" bangun Amel.

"Apa dia suka aku disini?" tanyanya dalam hati

"Nggak! pasti ada hal lain yang membuat dia tadi tersenyum." Amel menggelengkan kepalanya agar segera tersadar dari khayalannya.

"Kenapa?" tanya Arman yang melihat Amel menggelengkan kepalanya.

"Eh, enggak!" Amel segera menunduk untuk melanjutkan memotong selada dan sosis.

Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang merintis usaha bersama. bahkan orang yang tadinya mengidolakan Arman kini menjadi pembenci Amel. gadis yang berdiri di samping Arman.

Arman semakin lama semakin akrab dengan amel. selama Amel berada di sampingnya tidak canggung lagi untuk saling berbicara. Bahkan mereka saling menatap dan tertawa bersama seakan sudah lama bersama. hal itu di lihat Oleh Danang yang baru saja datang dari masjid. dia melihat Amel yang ada di samping Arman sangat bahagia dan bisa tertawa lepas. Begitu pula Arman. dia sangat terlihat nyaman dan tidak canggung lagi. Danang menaruh sarung dan sajadahnya di dalam ruangan sebelum kembali bekerja menggantikan Arman.

Next chapter