webnovel

KEKASIH ATAU BOS

Besoknya.

"Tanah yang kau inginkan sudah milik atas nama Volkov," kata Gremory.

"Yang mana?" tanya Malphas.

"Tentu yang masih kosong dan ditempati bangunan tidak resmi," jawab Gremory.

"Sudah kamu tawar mau dijual berapa?" tanya Malphas.

"Mereka mafia dan selalu bermasalah dengan kita, kurasa tidak mungkin mau menjualnya," jawab Gremory.

"Bagaimana kau berkesimpulan seperti ini sebelum bertemu dengan pemiliknya. Semua ada harganya. Bisa kau usahakan, aku bertemu dengan boss merekan" tanya Malphas.

Gremory menjawab, "Akan kucoba, mereka orang sombong yang merasa sebagai group gangster besar, mereka cuman mau berunding dengan sesama group yang dipikir seimbang dengannya."

"Tenang, akan kubuat mereka mengetahui siapa Demon," jawab Malphas yakin. "Bagaimana dengan wilayah yang satunya?"

"Kau yakin akan membeli seluruh blok itu, sebenarnya lebih mudah membeli yang ini. Hanya saja, prosesnya agak lama karena pemilik tanah ini ada puluhan orang," jawab Gremory.

Apollyon benar-benar kurang ajar setelah memerintah membeli semuanya, dia pulang ke Italia untuk urusan lain, semua diserahkan pada Malphas. Untuk mendapatkan hak Hanbi, Apollyon memaksanya berpikir yang dapat menguntungkannya lebih besar.

"Kau beli saja dari pemiliknya yang bisa kau beli, jika ada yang tidak menjual. Tinggal biarkan, usahakan sebanyak mungkin kau membelinya!" perintah Malphas. "Untuk tanah Volkov, aku yang urus!" tegas Malphas.

Ia tidak ingin membebani pikiran Gremory untuk hal itu, ia sadar otaknya tidak cukup berpikir hal macam itu. Jika Gremory diberi tugas itu, maka pikirannya akan terpusat di sana menyebabkan pekerjaan lain jadi terbengkalai.

Setelah satu minggu.

Blok pertokoan yang dihuni banyak pembeli, sudah hampir semua menjadi milik Demon, hanya tersisa dua toko milik penghuni lama.

Ternyata selama ini Volkov juga menarik uang perlindungan untuk toko-toko itu. Dengan tutupnya hampir semua toko, berarti Volkov sudah tidak dapat menarik uang keamanannya.

Malphas memberi tugas ke Arioch untuk melakukan pendekatan tidak resmi ke pemerintah untuk mengetahui keabsahan kepemilikan tanah Volkov.

***

Saat berdua dengan Bihan.

"Aku setuju dengan pilihanmu, bisa kau minta usahakan pemiliknya untuk menjual tanah beserta bangunannya untukku, tetapi aku ingin memiliki seluruh blok di lokasi itu. Bahkan aku ingin dua blok sebelum dan sesudahnya untuk kubangun restoran dan lainnya, aku ingin tanah luas," Malphas menjelaskan ke Bihan.

"Aku tidak ingin seluas itu, bagaimana jika usaha ini tidak berhasil, bagaimana jika bangkrut, tubuhku untuk membayar pun tidak akan cukup," jawab Bihan.

"Bagaimana dia berpikiran aku ingin memberikan semua untuk dia, bodoh sekali," pikir Malphas. "Seandainya dia tahu bar yang kujanjikan adalah haknya. Bukan hadiah. Apa yang akan terjadi?"

Malphas ingin meihat reaksi Bihan, tetapi ia tahan supaya Bihan tetap tidak tahu kenyataannya.

"Aku hanya berjanji memberikan bar untukmu ... empat lainnya tentu tetap menjadi milik Demon dan Devil. Aku akan membuat tempat itu menjadi ramai dengan kubuka berbagai macam usaha. Jika ramai, jangan khawatir. Barmu pasti ikut ramai," Malphas menjelaskan ke Bihan, tetapi ada maksud yang ia sembunyikan.

Malphas tahu, pemilik tempat itu adalah seorang pria besar dan licik yang dulu pernah menginginkan Bihan, pria itu selalu berpura-pura perhatian, mengalah dan memberi sesuatu ke Bihan untuk hal kecil seperti makanan atau pakaian untuk menarik perhatian Bihan dan tentu sedikit uang. Tetapi dia tidak mungkin rugi untuk jumlah besar, pada kenyataannya pria itu seorang yang pelit dan sangat perhitungan.

Bihan sendiri berpikir Agares seorang yang baik dan dermawan. Jika menyewa tempat milik Agares yang jelek itu, pasti Bihan akan mendapatkan harga khusus dan lebih murah. Di belakang Malphas sebenarnya, Bihan sudah mulai bernego tentang sewa-menyewa tanah bekas toko yang tidak laku itu. Malphas sengaja diam, semua sudah ia pikirkan. Sebelumnya, Malphad sudah menyuruh orang untuk membeli beberapa blok lain yang berdekatan dengan milik Agares dengan harga murah, karena lokasi itu memang bukan daerah yang memiliki nilai jual tinggi.

Dalam enam bulan, seluruh tanah yang Malphas inginkan, harus ia dapatkan, itu janjinya yang ditambatkan dalam hati.

Malphas sengaja membiarkan Bihan bertransaksi sendiri, semuanya masih dalam pantauan Malphas.

Malphas setuju dengan usul Bihan untuk memakai lokasi yang ia pilih, dengan harga tanah yang tidak mahal tentu menghemat banyak, memang jaraknya sedikit jauh dari pusat keramaian.

Malphas menginginkan tiga blok sekaligus yang akan dibangun menjadi pusat keramaian dan hiburan malam. Luas tanah milik Agares saja sangat luas, Bihan harus bisa meyakinkan Agares untuk menjualnya. Karena menurut Malphas, Apollyon tidak ingin menyewa, tetapi memiliki tanah sendiri.

"Bosku tidak ingin menyewa, tetapi membelinya. Em ... bisakah kau membantuku untuk menjualnya," Bihan minta tolong ke Agares.

"Harga daerah sini sudah naik dari sebelumnya, dua blok dari sini baru saja dibeli oleh orang asing dengan harga tinggi," jawab Agares.

Agares menyebutkan nilai harga atas tanahnya dengan harga tidak masuk akal.

"Bagaimana mungkin hanya beberapa hari, harga tanah sudah naik berlipat kali," tanya Bihan.

"Kurasa tidak mungkin kau membeli tiga blok sekaligus, hanya ada dua blok saja yang masih belum dibeli oleh orang asing itu. Mereka kemari sebelum kau kesini dan berani harga mahal untuk tanahku ini," jawab Agares.

"Aku terlambat, aku menyesal, harga terlalu tinggi. Aku tidak sanggup membelinya. Maaf, aku akan bicarakan dulu dengan bosku," jawab Bihan putus semangat.

"Kekasih atau bos. Kau mengaku saja, kukira kekasihmu orang kaya yang tidak mungkin perhitungan untuk mengeluarkan harga segitu." Agares ternyata tahu hubungan Bihan dengan Malphas.

"Baiklah aku pergi dulu, uang kami tidak cukup untuk membeli dengan harga semahal itu," kata Bihan kepada Agares.

Walaupun Malphas tidak membatasi berapa harganya, tetapi Bihan tidak ingin memanfaatkan Malphas dengan membeli terlalu mahal.

Ia tidak menyangka perubahan harga bisa secepat itu. Bihan harus mencari lokasi lain. Jika tidak, ia akan malu bertemu dengan Malphas.

Sepanjang hari, Bihan berkeliling kota. Tidak ada yang dijual dengan harga murah. Memulai sebuah usaha ternyata sangat melelahkan. Bihan baru menyadari kebangkrutan sebelumnya bukan hanya karena ia tidak konsisten dalam bekerja, tetapi juga karena i terlalu asal memilih lokasi bar. Tetapi saat itu, jika Bihan memilih lokasi strategis, mungkin modalnya tidak cukup.

Dulu orang tidak dengan mudah melihat bar miliknya, dulu pelanggannya hanya teman seperti yang juga wanita bayaran, yang membeli minuman dengan berhutang dan sering tidak membayar, untuk menagihnya, Bihan tidak bisa berbuat tegas.

Kepalanya semakin terasa berat. Tekanan untuk mempunyai bar milik sendiri membuat Bihan tegang dan capek. Malphas sungguh seorang yang cerdas, dia bisa mengurusi banyak pekerjaan dalam waktu bersamaan.

Seseorang teman menghampiri Bihan, sebelum bertemu Agares ia pernah menceritakankan keinginannya membuka bar dan mencari lokasinya, Bihan bercerita tentang kesulitan mencari lokasi yang murah di kota ini.

"Aku mendapat kabar, bahwa lokasi dekat pelabuhan dijual murah di bawah harga. Cepat kau ke sana!" kata teman Bihan.

Bihan terkesiap langsung ceria. "Benarkah? Baik, aku ke sana. Terima kasih."

Bihan tidak ingin terlambat seperti yang terjadi pada tanah milik Agares yang naik dengan cepat.

Next chapter