webnovel

IBLIS PUNYA KEKASIH

Malphas lupa ingin menyampaikan kabar tentang rencananya tadi pagi. Ditunggunya sampai nafas Bihan terlihat kembali normal. Ingin Malphas bangunkan, tetapi ada rasa tidak tega, melihat wajah Bihan setenang lautan tanpa ombak membuat Malphas bahagia, semoga kedamaian ini tidak pergi selamanya.

Saat matahari belum menampakan diri, Malphas terpaksa membangunkan Bihan, ia tidak ingin terbangun saat semua pekerja sudah datang untuk membersihkan semua ruangan yang kotor oleh nafsu semalam.

Malphas mengecup lembut bibir Bihan yang beraroma minuman masih terasa di nafasnya, dibisikkan kata perlahan. "Sayangku, ayo kita bangun. Kita pindah ke kamar kita sendiri." Malphas melanjutkan dengan kecupan lembut.

Reaksi Bihan hanya menggeliat manja seperti seorang anak kecil, Malphas memakluminya. Bihan butuh kasih sayang orangtua yang direbut darinya semasa kanak-kanak.

"Ayo bangun, kalau kita terlambat Gremory akan mengejek kita nanti," kata Malphas.

Mendengar kata Gremory mata Bihan langsung terbuka. "Badanku terasa lelah, biarkan aku istirahat sebentar."

"Kau bisa tidur sehari penuh di kamar kita nanti. Ayo, malu jika petugas yang bersih-bersih melihat kita seperti ini."

"Apakah kau masih punya malu" Apakah kau ingat malu, saat membawa wanita masuk ke bilik seperti ini?" ujar Bihan santai tetapi terasa pedas di telinga Malphas.

Malphas mengalah saja langsung disapu bibir Bihan, Malphas tertawa dalam hati melihatnya cemburu.

Bihan masih marah kepada Malphas, tetapi tetap menerima sapuan bibir Malphas. Wanita yang aneh. Setelah tidak kuat menahan nafas akibat kecupan panas mereka, Malphas tautan itu, dihirupnya sebanyak mungkin oksigen yang ia butuhkan dan Malphas berdiri kemudian menarik tangan Bihan untuk bangun. "Kalau kau tidak bangun akan kutinggalkan dirimu sendri di sini, biar kau saja yang malu. Aku tidak mau ikut malu."

Saat Malphas beranjak meninggalkannya justru digenggam kuat tangan Malphas. "Jika kau mencintaiku tarik tanganku, secepat itukah dirimu putus asa dan meninggalkanku sendri," suara Bihan terdengar manja, "Aduh ini wanita kok bisa manja yah ...."

Malphas menghampiri Bihan, kembali diletakkan kedua tangannya ke kedua pipinya. "Ayo bangun, sudah hampir jam pekerja datang."

Dengan manja Bihan bangun berdiri, langsung Malphas seret pulang ke rumah mereka.

Saat masuk ke rumah, di ruang depan ada Apollyon masih duduk sambil merokok.

"Sudah bangun sepagi ini?" tanya Malphas.

"Tidur pun belum kujalani, aku belum tidur semalam menunggu kalian, dasar pasangan tak senonoh!" hardik Apollyon.

"Maaf," jawaban spontan dari Bihan.

"Kenapa minta maaf, kita juga tidak meminta dia menunggu kita pulang. Itu salah dia sendiri," ejek Malphas tidak mau kalah dengan hardikan Apollyon.

"Saudaramu khawatir, kita tidak pulang itu hal yang wajar," ujar Bihan.

Tanpa peduli dengan lanjutan apa yang akan terjadi, langsung Malphas seret tubuh Bihan ke kamar.

"Ayo mandi ... bersihkan dirimu." ... "Aku ingin tidur, kau peduli dengannya yang tidak tidur semalaman, tetapi kau tidak peduli aku tidak tidur akibat badan kotor akibat ulahmu."

"Maaf, aku tidak tahu kalau kau terjaga sepanjang malam karenaku," ucap Bihan. "Ayo kita mandi bersama, supaya kau bisa cepat tidur," ajak Bihan menarik tangan Malphas dan mereka pun mandi bersama. Lalu melanjutkan tidur mereka.

Saat Pagi, suara berisik dari Gremory membangunkan Malphas, ada rasa jengkel di hati Malphas.

"BANGUN PEMALAS, INI SUDAH PAGI!" sengaja suara berisik Gremory dibesarkan .

Malphas langsung membuka matanya bulat, langsung mengambil pistol. Ia tarik pelatuk dengan sasaran guci di luar kamarnya. "Bisakah kalian tenang, aku masih mengantuk, aku belum tidur semalam, dasar iblis semua."

Akibat suara letusan pistol, justru membuat Bihan terbangun, wajahnya pucat ketakutan. Malphas langsung merengkuhnya dan ingin melanjutkan tidurnya.

Didengarnya jantung Bihan berdetak kencang tidak seperti biasanya, mungkin dia ketakutan terhadap reaksi Malphas menghadapi para iblis di ruang makan.

"Jika kau tidak ingin aku lebih marah, kendalikan detak jantung. Kita lanjutkan tidur, aku sangat mengantuk."

Setelahnya, Bihan berusaha mengendalikan detak jantungnya karena ketakutan, kalau mata Malphas sudah tidak bisa ditahan lagi apapun ia tidak peduli.

Mereka kembali melanjutkan tidur, Malphas sudah tidak peduli semua suara yang menggangu.

Terbangun dari tidur Malphas, ia merasakan sakit di seluruh badannya. Setelah pikiran normal menguasai kembali tubuh Malphas. Ia mengeliat dan tersadar sudah siang bahkan hampir sore hari. Biasanya, ia bangun sebelum Bihan tetapi sekarang tidak ditemukannya Bihan di sebelahnya. "Kemana kekasihku ini, aku ingin diberi morning kiss, ohh tidak ... ini sudah mendekati sore."

Saat Malphas ingin bangkit dari tempat tidur, pintu kamar terbuka. Tampak Bihan sudah rapi menghampirinya, Bihan mengecup Malphas lembut dan berbisik, "Maaf! Semalam aku menyakitimu, apakah keadaanmu baik sekarang, kau pasti lapar, kau ingin tidur lagi, mandi, atau makan dulu."

Malphas tersenyum, kekasihnya memang seorang malaikat seperti kakaknya. "Menurutmu, apa yang sebaiknya kulakukan terlebih dahulu?"

"Kalau kau sudah sehat, lebih baik bersihkan dirimu dahulu. Setelah itu, kita makan bersama."

Malphas mengeleng. "Rengkuh aku dulu sebentar, supaya badanku lebih hangat dan sehat."

Bihan menatap Malphas bingung atas permintaannya. Malphas tidak peduli lagi. Pun, badannya tidak kotor. Pagi tadi sebelum tidur, Malphas sudah mandi, ditariknya tangan Bihan dan ambruk badannya menimpa Malphas. Langsung disapunya bibirnya. Bihan membalas kecupan Malphas, tangannya meraba di pangkal pahanya. Bihan tersentak kaget, dan ada rasa khawatir. "Maaf, apakah kau menginginkannya sekarang?"

Malphas merasakan apa yang dirasakannya, mungkin ada rasa takut jika Malphas menginginkan tetapi Bihan tidak siap. Malphas merasa seperti iblis yang menyiksa Bihan, sebenarnya yang lebih dibutuhkan Malphas bukan bercinta, tetapi kebersamaan saat merengkuh bersama Bihan. Di saat remaja, saat bersama Febby, Malphas merasakan sebagai kekasih yang tidak bisa memuaskan pasangannya pasti sangat terhina.

"Aku tidak menginginkan sekarang, semalam kau sudah membuatku sangat puas. Yang kuinginkan sekarang, tidur di sampingmu dalam dekapanmu," Malphas berusaha membesarkan hatinya supaya tidak merasa rendah. Sejak bersama Bihan, sifat sundal dan suka mempermainkan lelaki sudah hilang. Baginya, diri Malphas hanya untuk Bihan, ia rela mengalah dan menunggu dia menghampiri Malphas.

Bila lama dia tidak menghampiri, Malphas hanya memberinya makan bergizi penaik hasrat, Malphas menjauhkan semua aphrodisiac yang Malphas tahu memiliki efek buruk untuk jangka panjang.

Jika Bihan tetap tidak beraksi, Malphas mulai membuatnya cemburu dengan pura-pura berkencan dengan wanita seperti yang terjadi semalam.

"Kau tidak sibuk hari ini, kenapa masih tidur saja, sekali lagi maaf karena semalam mungkin pekerjaanmu jadi terbengkalai," Bihan melirih sambil merengkuh Malphas penuh sayang.

Malphas mengelengkan. "Kadang kita perlu istirahat, kita perlu seperti semalam supaya otak kita bisa sedikit relax. Yang kau lakukan semalam, justru membuatku lebih segar hari ini."

Bihan tersenyum. "Ayo bangkit, atau kau ingin aku mengendong dan memandikanmu."

Malphas mengangguk dengan tawa. Ingin sekali ia digendong. Tapi mengingat ia pria besar dan berat, tentu Bihan tidak akan sanggup menopang tubuhnya.

"Aku ingin, tetapi bagaimana jika kita jatuh bersama, aku pikir kau tidak akan kuat mengendong ku, hahaha ...." Malphas tertawa geli.

Bihan berdiri menarik selimut, tampaklah tubuh tak berbusana Malphas. Kemudian, Bihan melepas seluruh bajunya dan memaksa mengangkat Malphas, tampak wajahnya memerah akibat di gunakannya seluruh kekuatannya. Akhirnya, Bihan selonjoran terengah-engah. Malphas tertawa akan aksi konyol mereka.

Malphas akhirnya bangkit, dan mengangkat tubuh Bihan yang masih belum menyesuaikam nafasnya.

"Jangan paksakan diri, aku bisa sendiri."

Malphas mengendong Bihan sampai ke kamar mandi. Membasahi tubuh mereka dengan shower air, sambil menurunkan Bihan. Kemudian mengosok seluruh kulit di tubuh mereka. Setelah dirasa bersih, Bihan membilas tubuh Malphas kembali, tubuhnya yang terkena busa sabun.

Malphas bersyukur, seorang iblis sepertinya bisa memiliki kekasih seperti Bihan. Seorang yang sangat baik berhati malaikat.

Next chapter