webnovel

KERAHKAN DALAM 5 MENIT

Hanya kurang dari lima menit semua berkumpul.

"Donatella, Jose Zepar, Arioch. Kelompok sniper bertugas di depan. Jangan masuk apa pun yang terjadi. tugas kalian cuman menembak mampus semua musuh yang keluar, kalian berjaga di dua tempat secara terpisah." ... "Marax bersaudara. kalian sudah tahu tempat kalian berada di mana bawa orangmu berjaga di sana. Juga, jangan bergerak dan tidak terpancing, itu ada pintu rahasia jika Damiano muncul, kalian tidak sanggup menahan hidup-hidup habisi saja langsung di tempat."

Malphas semakin kagum ke Apollyon, dia lebih hebat dan berani dibanding Abaddon. Abaddon sangat cerdas tetapi selalu berhati-hati dalam bertindak, Apollyon lebih berani dalam melibas musuhnya. Abaddon lebih berperasaan saat membunuh lawannya, tetapi Apollyon seperti iblis kejam yang sudah hilang perasaan. Malphas sudah tahu dari sorot mata Apollyon saat ini, berbeda dengan beberapa bulan yang lalu saat masih berdebat dengannya. Walaupun di saat yang sama, saat hatinya sama masih di penuhi dendam. Tetapi sorot matanya bisa berubah.

"Nelchael. Maira, Olga, Elena, Aster. Aku minta kalian dan kelompok kalian menyerang bersama setelah bom meledak di pintu dan sebagian ruangan mereka. Ingat! Jangan masuk sebelum beres."

"Vegel, Carlito. Bagaimana kalian siap maju pertama? Sekarang minta persiapan kalian di Gremory." ... "Gremory sudah menyiapkan kalian agar bisa langsung mengunakan kalian langsung berangkat setelah sepuluh menit dari sekarang bersama Adriano. Hanya kalian yang masuk, Ingat! Adriano hanya mengantar kalian sampai di depan menunjukan jalan dan waktunya. Setelah itu, kalian masuk sendiri. Jangan mengecewakanku, pastikan setelah berada di dalam, cari tempat paling belakang di markas itu, aku tidak ingin kalian hangus karena serangan bomku dari luar, jika kondisi berbahaya. Cari tempat sembunyi yang aman dari bom, tetapi tetap di dalam. Jangan keluar setelah bom luar berhenti. Lakukan tugas kalian, sampai pertarungan selesai, semoga sukses."

Mereka keluarga de Rozza bersama Adriano langsung keluar markas. "Si Iblis Apollyon masih memperhatikan umur dan kondisi Adriano, Iblis itu masih punya hati." Malphas tertawa dalam lamunannya.

"Hai, jangan melamun!" Malphas kaget, Apollyon mengagetkannya. "Minta bagianmu ke Nelchael, kamu yang memimpin serangan. Ledakkan semua pintu masuk dan teras depan markas mereka. CEPAT ...! SUDAH TIDAK ADA WAKTU!" teriak Apollyon menyeret Malphas ke tempat Nelchael. Nelchael menyerahkan bom yang lebih besar kepadanya dibanding yang dibawa kedua de Rozza tadi.

"Beelzeb, Diego, Marlito ... ambil bagian kalian. Lempar bom dari posisi kalian ke atas atap markas mereka setelah bom Malphas meledak. Hindari sasaran bagian dalam, Ingat! de Rozza ada di dalam, jika dalam tiga menit tidak ada ledakan dari dalam markas mereka. Lemparan bom kalian harus mulai di arah ke bagian dalam markas, setelah bom kalian habis. Kalian bergabung ikut ke dalam."

"SEKARANG MAJU SEMUA!" perintah Apollyon.

"Hebat sekali Si Iblis itu, ia tidak sampai satu jam kita sudah siap maju. Bahkan dia merencanakan waktu istirahat setelah perjalanan jauh sebelum kami berkumpul," Malphas berlirih kagum.

Setelah berkumpul siap atau tidak mereka dipaksa menyerang atau mereka akan kalah. Mata-mata Damiano tersebar di seluruh sudut kota Roma. Saat tersebar, mereka tidak terlalu curiga. Tetapi setelah berkumpul, pasti mereka cepat akan bertindak, mereka beradu kecepatan waktu melawan Damiano.

Malphas lah yang dipilih Apollyon untuk meledakan bom pertama. perasaan antusiasnya menggebu ingin cepat bertindak. Berarti Apollyon juga memanfaatkan perasaan Malphas ingin cepat membalas dendam, pasti Apollyon tahu ia akan cepat bertindak sehingga mereka tidak membuang waktu memberikan mereka kesempatan bersiap. Karena saat ini, di dalam kelompok sudah ada mata-mata musuh.

"Dasar Iblis, semuanya di manipulasinya!"

Saat di depan markas, Malphas tidak sabar ingin melempar bom di tangannya sesuai arah Apollyon. Setelah Apollyon mendapat tanda dari Adriano.

"LEMPAR. SEKARANG!!!!" perintah Apollyon.

Malphas langsung melempar, membuat ledakan terjadi. Saat ia akan melempar lagi. "Tahan dulu." Tak lama, banyak anak buah Damiano keluar. "TEMBAK. Jangan ada yang maju. Tembakkan saja yang keluar."

Bunyi letusan senapan dari pihak Apollyon. Banyak sasaran tewas tertembak. Kemudian langsung terdengar ledakan dari bagian dalam markas. "de Rozza berhasil menyelesaikan misinya."

Bersambungnya ledakan lagi dari atap-atap bagian tengah markas itu. Bersamaan banyak anak buah berlarian keluar, mereka berhamburan dalam kondisi panik .

"LEMPAR. SEKARANG!" perintah Apollyon tidak sabar sambil mengambil bom yang ada ikut melempar. Ledakan di luar disusul ledakan di dalam markas dan atapnya berulang.

Beberapa yang keluar di sambut oleh senapannya wanita Rusia dan Maira.

Beberapa yang lolos dari sasaran tembak sudah di hadang oleh Nelchael dan Aster.

Sampai bom habis di tangan Malphas. Apollyon langsung memerintahkan maju.

Pertarungan seru terjadi, Malphas sempat tertegun kemampuan anak buah Apollyon yang diwariskan dari Abaddon.

Nelchael, Si Manusia Patung. Sungguh luar biasa melawan banyak orang, tidak perlu membutuhkan waktu banyak dibabat habis semua musuhnya, bahkan luka di tubuhnya pun tidak dirasakan.

Gremory, Si Penyiksa saat bercinta pun demikian, dengan satu pukulan bisa membuat lawan langsung berhenti bernafas atau kepala pecah.

Lebih mengerikannya lagi, Orobas. Gaya bertarungnya membuat Malphas ngeri, bergerak cepat hanya dengan pisau menancapkan leher lawan. Banyak darah di sekitar tempat pertarungannya. Malphas bertambah ngeri saat melihat Orobas meloncat di punggung lawan menarik rambutnya dan langsung menebas putus kepala lawan dan langsung dilemparkan ke musuh lain yang masih hidup.

"Mungkin, Si Haus Darah ... cocok untuk Orobas."

Sambil menjaga jarak menembaki lawan siapapun yang terlihat oleh Malphas. Ia berpikir, "Abaddon sudah mati tetapi meninggalkan anak buah yang mengerikan seperti ini."

Olga dan Elena, Si Kembar Pirang. Walaupun mereka tidak kembar tetapi mirip. Juga petarung jarak jauh, dia menembaki lawan yang akan lari.

Aster Sayyed, Si Wanita Jelita dari Persia. Memainkan pedang mirip golok. Gaya bertarungnya sangat indah. Seperti pertarungan seorang Bangsawan Persia, benar cocok julukan dari Malphas untuknya.

Seandainya mereka berhasil lolos, Malphas yakin, Putri Es dan Si Hidung Bengkok tidak akan melepaskannya. Benar-benar hebat rencana Si Iblis Apollyon.

Entah sejak kapan, mulai ada nama baru untuk mereka semua.

Tak lama, ketiga murid Adriano ikut bergabung dengan anak buahnya. Apollyon menunjukan jari ke arah Malphas dan Gremory.

"Ikut aku masuk bersama anah buah kalian!"

Sambil melangkah masuk, Malphas dan para anak buahnya menembaki musuh yang menghalangi langkah mereka. Gremory dan anak buahnya lebih bertarung dari jarak dekat. Apollyon terlihat santai melangkah hanya menembakkan pistol dari tangan kirinya atau menebaskan pedang di tangan kanannya melawan sisa lawan yang sudah jarang di temuinya.

Saat melewati Nelchael. "Ajak Maira masuk setelah musuh habis di sini."

Saat melewati Orobas. Apollyon hanya memainkan tangan yang memegang pistol seolah memerintah Orobas untuk mendahului mereka.

Mereka bertarung sambil mencari tempat Damiano Lauviah. Gremory dan Apollyon masuk mendahulu Malphas. saat ia sibuk menembaki musuh, entah berapa pistol sudah ia buang karena kehabisan peluru, Malphas memang memakai sabuk yang penuh dengan pistol. Bahkan paha dan betisnya pun, ia gunakan untuk menaruh pistol yang lebih ringan berkat teknologi baru.

Saat Malphas melewati lorong ruangan, ia melihat Orobas menenteng dua kepala yang penuh darah sambil tersenyum memamerkan gigi putihnya ke arahnya. Rasanya seperti melihat hantu, kehidupan Malphas di masa akan datang pasti tidak akan sedamai sebelumnya jika hidup bersama iblis-iblis gila ciptaan Abaddon, bahkan wanita manis seperti Maira pun bisa berubah menjadi iblis tanpa perasaan menebaskan pedang membabat musuhnya. Membandingkan iblis di dalam jiwa Malphas dengan iblis yang mengisi jiwa mereka rasa sebanding.

Malphas harus melatih menarik keluar iblis di jiwanya jika ingin tetap dihormati sebagai Devil berdarah Demon. Semua yang ada di sana berbeda dengan Hanbinya Malphas yang berjiwa malaikat, mungkin itulah penyebabnya kenapa ia merasakan kedamaian saat Hanbi memeluknya sebagai penghantar tidur.

Saat sebelum memasuki ruang terdengar teriakan Apollyon dan Damiano.

Secara diam-diam, Malphas masuk ke ruangan itu, dilihatnya Damiano mengambil senjata dan mengarahkan ke Apollyon, sebelum Damiano menarik pelatuk pistolnya. Malphas mendahuluinya dengan menembak tangan Damiano, hingga pistol dalam genggamannya jatuh.

Apollyon bergerak cepat dengan memukul kepala Damiano dengan pistol di tangannya sampai berdarah.

Entah apa yang terjadi dilihatnya Gremory sudah menjambak seorang wanita, mungkin istri atau wanita simpanan Damiano yang sudah tersobek-sobek bajunya dengan tanda merah dan berdarah bekas gigitan Gremory.

Malphas pikir, ia yang tahu hal ini, ternyata Apollyon sudah tahu keanehan Gremory sebagai Si Penyiksa saat bercinta dan memerintahkan atau mungkin lebih tepat memberikan wanita itu untuk kepuasan Gremory. Gremory menarik rambut wanita itu kemudian mengarahkan mulut wanita itu ke batang besarnya dan langsung menghentak keras membuat mata wanita itu melotot dan tersedak.

Apollyon duduk sambil menikmati rokoknya. Iblis sialan itu benar-benar lebih kejam darinya, mungkin bagi Malphas yang harus dihukum adalah Damiano bukan wanita simpanannya.

Next chapter