NIAR: Kita Tunggu Ayah
Jujur, aku terus memikirkan ucapan dokter Asta. Entah apa maksud dan tujuannya? Atau mungkin sebenarnya aku sudah tahu hanya aku berusaha untuk menyangkalnya. Bahwa sebenarnya ia sedang berusaha untuk membuka hatiku. Agar aku luluh dan mau menerimanya.
Haduh!
Jujur, aku pun sebenarnya merasa bahwa yang dokter katakan memang benar adanya. Pasti akan sulit bagi ku untuk membesarkan seorang anak sendirian. Lalu, aku pun juga tahu bahwa anakku sebenarnya butuh figur seorang ayah.
Tapi apa iya aku harus menikah lagi? Kenapa rasanya sangat tidak adil bagi suami ku? Aku seperti mengkhianati mas Vian rasanya. Sedang dia juga belum lama pergi. Tidak mungkin juga aku lekas menikah dengan orang lain bahkan setelah anakku lahir sekalipun. Tidak mungkin kan!
Astaga Tuhan!
Support your favorite authors and translators in webnovel.com