webnovel

Chapter 36 - Menjelajahi Dungeon (Bagian 2)

Scintia membungkuk dengan sempurna, membentuk sebuah sudut di tubuhnya. Rasa penyesalan yang ia rasakan karena pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya itu tidak bisa ia lupakan. Ucapan yang ia keluarkan itu bisa saja membuat dirinya terbunuh jika di dengar oleh para Jenderal Iblis, karena itu ia sangat beruntung karena Tuannya yang sangat baik hati.

Terlalu baik hati sampai ia tidak melihat kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh pelayannya itu. Void berbalik menatap Scintia heran, ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Scintia, lalu untuk apa dia meminta maaf?

'Aku hanya ingin menjaga harga diriku … Kenapa dia minta maaf?' Itu yang Void pikirkan ketika melihat kearah Scintia "Sudah tidak apa-apa, ayo kita berjalan kembali," ucap Void ingin mengganti suasana mereka.

Scintia menurutinya, meski ia masih sedikit murung. Dirinya sedikit menjaga jarak dari Void, tidak seperti sebelumnya yang berdiri tepat di samping sang Kaisar.

Gua semakin dalam mereka jelajahi, jalanan yang mereka tapaki mengarah terus ke bawah. Meski memakai pakaian yang cukup tebal, tapi Void masih bisa merasakan udara dingin yang menembus pakaiannya.

Tapi tampaknya Scintia masih baik-baik saja, ia tidak terlihat kedinginan sama sekali. Entah karena api yang berada di tangannya yang membuatnya hangat atau karena fisiknya yang kuat yang membuatnya tidak kedinginan.

"Waaaaaaa!"

Suara teriakan seseorang menggema, kemudian di susul beberapa teriakan lagi bersama dengan erangan monster. Suara mereka semakin mendekat, Void memberikan isyarat melalui lirikan matanya kepada Scintia untuk bersiap.

Dari kejauhan, cahaya api mendekat dengan cepat. Mereka melihat dengan 4 orang berlari sekuat tenaga mereka menjauh dari monster yang ukurannya dua kali lebih besar daripada mereka.

"Paduka–."

"Scintia, biarkan aku saja."

Scintia menyimpan kembali pedang di sarungnya menuruti perintah yang Void katakan. Void mengambil pedangnya, memasang kuda-kuda di atas bebatuan yang tidak rata. Ia memejamkan matanya, kendati demikian ia dapat merasakan sekitarnya dengan jelas berkat instingnya yang tajam. Mereka semakin mendekat, Void menguatkan kedua kakinya dan dalam sekejap ia langsung melesat ke arah monster dan mengayunkan pedangnya, membelah monster itu menjadi dua.

Keempat orang itu terhempas ke dinding gua karena hentakan angin dari gerakan Void, mereka terperangah ketika tahu monster yang mengejar mereka sekarang terbelah menjadi dua. 

"A--apa?"

"Kalian baik-baik sa–. Huh?"

Pertanyaan Scintia tertahan, berubah menjadi kebingungan yang mengejutkan dirinya.

Void melesat cukup jauh dari tempat ia berdiri sebelumnya, walau sudah menghentikan tekniknya tapi medan gua yang menurun membuat ia tidak dapat menghentikan gerak kakinya.

"Pa–. Tuan, memakai teknik itu berbahaya disini!" teriak Scintia kepada Void yang berada di bawah, ia mengubah panggilannya kepada Void untuk menutupi identitas mereka di depan keempat orang asing di dekatnya.

Void mendekati mereka kembali. Bagaikan orang bodoh, ia tersenyum konyol seraya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal yang membuat mereka beranggapan Void melakukan itu tanpa pikir panjang.

"Ahahaha, Aku hanya ingin menguji kemampuan ku saja."

"Menurut saya itu tidak di perlukan."

Setelah membalas ucapan dengan suara datar, Scintia memperbesar sihir api, membuat wajah bingung empat orang yang mereka temui terlihat dengan jelas. Ketika mata mereka bertemu, mereka lebih terkejut ketika melihat tanduk yang ada di atas kepala Void dan Scintia. 

"Apa yang sedang kalian baik-baik?"

Void bertanya tanpa waspada sama sekali dengan keempat orang itu, sekelompok orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 lagi adalah perempuan. Void mengulurkan tangan kepada seorang pria dengan ikat kepala yang wajahnya masih terlihat sangat muda, ia memiliki bekas luka sayat di pipi bagian kanan dan rambutnya berwarna merah terang. Sosoknya terlihat begitu mencolok, tampak seperti seorang pemimpin kelompok itu. Tapi salah satu ciri fisik dirinya tidak disadari oleh Void, ciri yang membuat dirinya dan Scintia berbeda dengan mereka.

"Tuan, mereka manusia."

"Eh?"

Void langsung menoleh kearah setelah mendengar bisikan Scintia dengan pandangan terkejut, Void memutar kepala melihat keempat orang itu, mereka berempat tidak memiliki tanduk yang menjadi ciri ras iblis.

Mereka berdiri bersamaan kemudian saling mendekat sambil terus menatap kearah Void dan Scintia, mewaspadai kedua iblis yang ada di depan mereka. Meski begitu tidak ada dari yang berani untuk menyiagakan senjata mereka, mungkin mereka sadar jika bisa saja bertemu seorang iblis karena mereka saat ini berada di wilayah mereka.

"Ah benar, manusia. Kenapa manusia ada disini?" Tanya Void sambil menoleh kepada mereka.

"A--ah! Ka--kami adalah petualng dari Kerajaan Uridonia, terima kasih karena sudah menyelamatkan Kami," Pria dengan codet di wajah itu langsung menjawab pertanyaan Void dengan suara tergesa-gesa.

"Ah tenanglah, tidak ada monster di sekitar sini dan kami juga tidak akan melakukan apapun," balas Void sambil tersenyum ramah.

Mereka bersamaan menghela nafas, senyuman kecil juga muncul di wajah mereka. Entah karena mereka masih tegang setelah dikejar monster atau takut karena kedatangan iblis, tapi pastinya mereka terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.

"Jadi, kenapa kalian dikejar monster itu? Ah Scintia, apa monster itu biasa muncul disini?"

"Tidak, monster besar biasanya akan muncul di lantai 10 dan seterusnya."

Setiap dungeon memiliki kedalaman yang berbeda, semakin dalam lantai dungeon di telusuri semakin kuat monster-monster yang hidup disana. Sangat tidak mungkin monster raksasa berada di tempat yang bahkan mereka sama sekali belum menginjak lantai pertama dungeon. Void menoleh kearah mereka kembali, menatap dengan wajah penuh pertanyaan.

"Ah itu … Itu karena kami membuka peti harta dan ternyata … Itu jebakan," ucap Pria dengan codet itu dengan malu-malu, begitu juga dengan teman-temannya memalingkan wajah.

Peti harta di dalam dungeon bagai melempar sebuah dadu*,* tidak semuanya berisi emas dan benda berharga dan bisa berisi jebakan atau monster yang menyerupai peti harta yang dapat menelan seseorang secara tiba-tiba. 

Void hanya tersenyum kaku, berpikir betapa bodohnya mereka bisa terkena jebakan seperti itu.

Di lantai pertama mana mungkin ada peti harta, pikir Void seraya memalingkan wajahnya.

Salah satu dari mereka terluka, perempuan dengan luka yang cukup parah di lengan kirinya, pakaiannya cukup terbuka dan senjata di genggamannya adalah sebuah kampak perang. Perempuan itu melawan monster raksasa walau akhirnya ia dikalahkan dan terluka parah, memaksa ia dan teman-temannya berlari keluar dari dungeon.

"Scintia, bisakah Kau menyembuhkannya?" Pinta Void, ia tahu jika Scintia juga memiliki sihir penyembuh di dalam list skill dan sihir. Namun, Scintia memasang wajah enggan untuk sesaat. Ia memalingkan pandangannya dengan raut wajah malas, ingin menolak permintaan Void tapi perintah Void baginya juga adalah mutlak.

Saat melihat itu, Void kembali teringat pendapat Scintia tentang manusia. Ia tidak membenci manusia, tapi Scintia hanya tidak menyukai manusia. Berpikir jika Scintia hanya malu-malu dekat dengan manusia itu salah besar, Void menyadarinya sekarang jika Scintia benar-benar tidak menyukai.

"Scintia, tidak mau?" Tanya Void memastikannya.

"Maaf Tuan akan saya lakukan," Jawab Scintia dengan suara datar, kemudian ia mendekati perempuan itu.

Perempuan itu sedikit mewaspadai Scintia, ia memeluk lengannya dan mundur selangkah menjauh. Scintia menajamkan pandangannya, tidak senang dengan sikap perempuan itu yang menjauh darinya.

"Tenang saja, Scintia akan menyembuhkan luka mu, jadi tenanglah," Ucap Void kepada perempuan itu, suara ramahnya menenangkan perempuan itu.

Scintia mengulurkan kedua telapak tangannya, telapak tangan menghadap luka itu. Ia memejamkan matanya, mengucapkan mantra sihir yang terdengar begitu sederhana. Heal, telapak tangan Scintia memunculkan sebuah rangkaian rune–aksara kuno yang membuat fenomena sihir menjadi nyata. Rangkaiannya membuat sebuah lingkaran, mengeluarkan cahaya berwarna hijau yang cerah. Sedikit demi sedikit luka itu menutup, darah yang mengalir keluar dari luka itu juga perlahan menghilang. Kulitnya kembali rapat, perempuan itu sama sekali tidak merasakan sakit di lengannya.

Mereka–Para manusia tercengang melihat sihir yang Scintia keluarkan, mereka tidak pernah melihat sihir penyembuh yang bekerja dengan cepat. Biasanya, sihir tipe penyembuh yang menyembuhkan luka luar membutuhkan waktu beberapa puluh menit meski begitu tidak sampai menutup lukanya sampai rapat, hanya sampai membuat luka parah seperti yang wanita itu alami menjadi terlihat seperti luka gores semata.

Void juga terkejut melihatnya, tapi berbeda dari mereka, ia terkejut karena baru pertama kali melihat sihir penyembuh bekerja tepat di depan matanya.

'Tidak seperti di dalam game, jadi seperti itu kelihatannya ya, luar biasa,' ucap Void dalam hati. 'Jika terlihat di monitor hanya muncul tanda plus berwarna hijau dan health poin bertambah, tetapi disini benar-benar menutup lukanya.'

*Magic: Heal, berhasil di dapatkan*

Suara sistem muncul di kepalanya, muncul setiap dia mengamati sihir yang baru pertama kali ia lihat, secara otomatis Void mempelajari sihir itu. Suaranya menyebalkan, tapi Void tidak menyangkal jika itu sangat membantunya.

Perempuan itu kembali berdiri, ia berbicara dengan sangat pelan sambil sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Scintia, terima kasih ucapnya. Tubuh dan suaranya gemetar, entah karena syok setelah berhadapan dengan monster atau karena ada Iblis dihadapannya, tatapan yang diberikan perempuan itu penuh dengan rasa takut akan sesuatu.

Void melirik sekilas kearah monster yang sudah lenyap, meninggalkan material beberapa tulang besar juga batu sihir berukuran besar, warna biru yang sedikit lebih gelap daripada batu sihir yang ia ambil sebelumnya.

"Kalian … Apa tidak ingin mengambil itu?" tanya Teo seraya menunjuk kearah material-material itu.

Semua menoleh kearah material yang tergeletak dari monster yang belum mereka identifikasi itu. Void langsung menebas monster itu tanpa melihat, keempat orang uang berlari itu juga panik tanpa melihat dengan jelas sosok monster besar itu. Mereka hanya ingat jika monster itu berbulu lebat dan memiliki cakar.

"Untuk kami? Tapi … Anda yang mengalahkannya."

"Aku tidak membutuhkannya."

"Eh!?"

Pernyataan Teo sontak mengejutkan mereka semua, mereka petualang sudah tahu beragam jenis batu sihir juga manfaatnya. Batu sihir yang dijatuhkan monster besar berjenis batu langka, bisa digunakan untuk banyak hal, bahkan harga jualnya juga 2 kali lipat daripada harga batu jenis biasa, belum lagi ukurannya yang juga menjadi nilai tambah batu sihir. Tidak membutuhkan batu sihir langka adalah hal terbodoh yang mereka dengar, Scintia sendiri terkejut mendengar tuannya berkata seperti itu walau ia tidak menganggapnya demikian.

"A--anda yakin? Tapi Anda yang membunuhnya, kami tidak pantas menerimanya."

"Ah aku bilang tidak apa-apa, hari ini aku hanya ingin melihat-lihat dungeon jadi aku tidak peduli dengan barang-barang yang monster jatuhkan."

Tidak ada satupun dari mereka yang mengerti maksud perkataan Void. Dalam dunia ini tidak ada orang yang hanya melihat-lihat isi sarang monster tanpa mengambil sesuatu yang berharga di dalamnya, tidak, mungkin hanya Void yang melakukan hal seperti itu.

"Sudahlah ambil saja, aku sama sekali tidak keberatan. Ya tapi kalau kalian tidak mau tidak apa-apa, mungkin ada orang yang mengambilnya nanti."

"A--ah kalau begitu kami ambil, terima kasih banyak!"

Harta karun di depan mata, tidak mungkin mereka melepaskannya begitu saja setelah mendengar Void tidak peduli dengan barang-barang itu, menjadikan sebuah hasil usaha mereka setelah nyawa mereka nyaris terenggut oleh monster ganas, mereka berempat tidak sungkan lagi mengambilnya. Tetapi, meski Void mengizinkanya, tanpa ada yang menyadari pandangan seorang gadis pelayan Kekaisaran disana memandang sinis nan jijik kepada keempat manusia yang tengah memasukan material kedalam tas mereka.

"Sifat rakus manusia memang luar biasa," Gerutunya pelan walau didengar oleh Void.

"Jangan berkata begitu, Aku memberikannya kepada mereka jadi tidak masalah," Balas Void seraya menolehkan kepalanya sedikit kearah Scintia yang memasang wajah datar.

"Maafkan saya, paduka," Balas Scintia sambil mencondongkan tubuhnya sedikit kedepan.

Kelompok manusia itu kembali menghampiri mereka, tas yang dibawa oleh pria besar penuh sampai terlihat tulang monster menyembul keluar.

"Sekali lagi terima kasih sudah menyelamatkan kami, lalu juga sudah memberikan ini kepada kami," ucap pria dengan codet di pipinya.

Void membalas dengan rambah "Tidak apa-apa … Ah tapi sebagai gantinya bisakah kita berbicara sebentar diluar? Bukan hal pemting sih, tapi aku hanya ingin mengobrol dengan kalian … Bagaimana? Apa kalian buru-buru?"

Pria dengan codet itu menjawab "Tidak, kami tidak keberaran. Lagipula misi kami sudah selesai, kami petualang jadi … Kami pergi kemanapun yang kami mau."

Artinya selama misi mereka selesai, mereka selalu memiliki wakut luang yang sangat panjang, seperti itulang seorang petualang. Mereka berkelana dari satu kota ke kota lainnya untuk mencari berbagai misi, menjelajah ke berbagai tempat tanpa mencari apapun, itulah seorang petualang. Walau begitu tidak jarang juga seorang petualang memilih menetap di suatu kota yang memiliki sebuah guild di dalamnya, petualang seperti itu biasanya seseorang yang sudah mengakhiri masa mudanya atau memilih hidup tenang di dalam kota.

Void membatalkan rencana menjelajah dungeon, kembali keluar bersama 4 orang manusia yang berada di dungeon kekaisaran Iblis

To be continue

Next chapter