webnovel

Chapter 12 - Uji Coba

Scintia bersenandung dengan gumamnya, senang saat sang Kaisar berbicara kepadanya dengan senyuman tipis di wajah. Ia membawa teh yang ia janjikan kepada Void, tapi ketika ia membuka pintu perpustakaan, ia hanya berdiri terdiam di pintu. Tatapannya hanya tertuju kepada sang Kaisar, sorot matanya yang tajam dengan wajah serius itu membuatnya tidak bisa lagi memalingkan wajah dari sang Kaisar, sampai sang Kaisar sadar dengan keberadaannya.

"S--scintia kenapa Kau berdiri disana?"

Sejak pagi, perasaan cemas itu tidak mau menghilang. Ia begitu terkejut ketika Kaisar Void membentaknya di pagi hari dan beberapa kali menjaga jarak dengannya. Ia berpikir, mungkin ada hubungannya dengan dengan cara bicaranya yang terbata-bata itu. Tetapi pikiran itu dibantah oleh dirinya sendiri, ia ingat saat Kaisar Void memberi perintah kepada Ink Owl, tidak terbata-bata sama sekali. Tapi kenapa dengan dirinya seperti itu? Ia cemas jika terjadi sesuatu dengan Kaisar Void.

Scintia melangkahkan kakinya, tersenyum manis menutupi perasaan cemasnya. Mendekat dan menaruh cangkir teh yang di atas meja dekat Kaisar Void. Ia hanya bisa menatap Void yang begitu serius dengan buku yang ia baca, menatapnya heran.

Kenapa paduka membaca itu? Seorang pemimpin ras Iblis belajar kembali tentang sihir? Rasanya tidak mungkin.

Scintia tidak bisa bertanya apapun kepada Void, ia takut jika pertanyaannya itu akan membuat dirinya dibenci terlebih lagi Void sudah berpesan untuk tidak mengganggunya saat sedang membaca. Meski begitu rasa khawatir yang meluap tidak bisa ia tahan, bibirnya hanya bergetar.

"Scintia, lakukan sihir sederhana apa Kau bisa?"

Sebuah perintah tiba-tiba diberikan Void, membuat Scintia yang sedang meragu terkejut mendengar perintah itu.

"Ba--baik paduka, tapi sihir apa?"

"Apapun terserah dirimu, Aku hanya ingin melihatnya."

Itu bukan perintah yang sulit untuk Scintia, dia membalikan telapak tangannya dan mengucapkan mantra.

"Magic: Curved Shield."

Sebuah kubah berwarna kehijauan transparan muncul dengan ukuran yang hanya bisa dimasuki satu orang. Itu bukan sihir yang sulit untuk ia lakukan, tetapi ia sekarang sangat kesulitan mengendalikannya, alasannya karena tatapan tajam sang Kaisar. Tatapan sang Kaisar membuatnya sangat gugup, sangat tajam sampai membuatnya berpikir ia sudah melakukan kesalahan. Tapi ia tidak membenci tatapan itu melainkan sebaliknya, ia sangat senang bahkan bisa dibilang sangat bahagia karena di lihat oleh Kaisar meski saat ini ia tidak visa menunjukkannya.

Perasaanya yang terombang-ambing bagai kapal yang diterjang badai membuatnya sedikit kesulitan mengendalikan aliran energi sihir, itu berpengaruh dengan kubah pelindung. Kubah pelindung itu beberapa kali menguatkan cahaya hijau lalu kembali mereda.

"Scintia apa ada masalah? Kenapa pelindung mu berkedip begitu?"

"Eh? Ma--maaf paduka, Saya kehilangan ketenangan."

Kubahnya tidak lagi berkedip, itu kembali seperti biasa. Teguran dari Void menyadarkannya dan membuatnya tenang.

"Kenapa?"

"I--itu karena … Paduka menatap saya seperti itu."

Wajahnya seketika merona setelah berbicara sampai ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena tidak ingin menunjukkan raut wajahnya sekarang, kubah sihir miliknya kembali berkedip dengan cepat. Rasa malu dan senang saat mengatakan itu tidak tertahankan, ia kehilangan kendali sihirnya.

"Eh? Be--begitu … Maaf."

Scintia melihat melalui sela-sela jarinya, melihat sang Kaisar memalingkan wajah darinya. Apa yang ia rasakan berganti, ia tidak menyukainya, perasaan yang membuatnya kembali gelisah. Disaat yang sama sihirnya sedikit lebih stabil dan ia menurunkan kedua tangannya.

"Paduka tidak perlu meminta maaf, ini bukan salah paduka. Lalu apa yang harus Saya lakukan?"

Untuk sesaat ekspresi wajah Void berubah dan kemudian ia memejamkan matanya, setelah melakukan percobaan akhirnya ia mengerti bagaimana caranya ia menerima sihir tanpa belajar keras seperti game itu.

Void meminta Scintia melakukan sihir sederhana untuk dijadikan percobaan jika dugaannya benar jika ia bisa mempelajari sihir hanya dengan melihat atau merasakannya.

'Begitu, jika dugaan ku tidak salah mungkin karena status kecerdasan Kaisar Iblis ini. Status kecerdasan penting untuk pengguna sihir, semakin besar status kecerdasan mereka maka semakin mudah untuk mempelajari sihir atau merapalkan sihir. Tapi karena rapalan sihir disini seperti menyebutkan nama sihir di game, mungkin lebih berpengaruh kepada efek aktivasi sihir. Yah untuk saat ini Aku akan beranggapan begitu.'

Edward berdiri, ia menarik nafas panjang lalu memakai sihir yang sama seperti Scintia.

"Magic: Curved Shield."

Edward bisa merasakan sesuatu yang mengalir keluar dan menbentuk sebuah kubah. Terasa seperti sedang berada di aliran sungai, dari ujung rambutnya sampai ujung kaki ia bisa merasakan aliran energi sihir.

Scintia memiringkan sedikit kepala, ia sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukan Kaisar Iblis dengan sihir sederhana itu, ia merasa jika Kaisar sedang belajar. Ia tersenyum canggung, membuang pikirannya itu 'Kaisar itu sosok yang hebat, tidak mungkin sedang belajar sihir biasa seperti ini,' Ucap batinnya.

"Scintia, serang aku."

"Eh!?"

Dia memekik keras, terkejut dengan perintah itu. Scintia langsung menutup mulutnya karena sadar berteriak dengan keras.

Scintia membungkuk, kemudian berbicara "Maafkan Saya paduka! Saya tidak bermaksud berteriak, tapi Saya tidak bisa melakukan itu."

"E--eh? Kenapa?"

"Tidak mungkin Saya menyerang paduka yang merupakan sosok tertinggi ras Iblis, akan sangat lancang jika Saya melakukannya."

Ucapannya benar, Void memijat keningnya dan tersenyum canggung karena kebodohannya. Scintia kembali menegakkan tubuhnya, ia memegang punggung tangan kiri dengan tangan kanannya di depan dada dan tersenyum kecil.

"Lalu, Saya juga tidak suka jika tangan saya ini menyerang Anda."

Suaranya begitu lembut, hanya ucapan dan senyuman kecil Scintia itu saja sudah membuat detak jantung Void menjadi cepat. Apa-apaan ini? Ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, ketika melihat Scintia bersikap seperti itu selalu membuat dirinya merasa malu tanpa sebab. Saat ini ia juga kembali memalingkan wajah dari Scintia untuk menutupi senyuman bodoh yang muncul saat melihat Scintia.

"Be--begitu … Tidak!"

Void menggelengkan kepalanya, berusaha membuang perasaan itu demi apa yang sedang ia pelajari. Tanpa melihat Scintia, Void kembali berbicara tapi kali ini dengan suara yang tegas.

"Kau harus menyerang ku, ini demi penelitan ku. Ini … Ya, ini adalah untuk peneltian ku jadi tolong lakukanlah."

Ia tidak mau melajukannya tapi Scintia tidak bisa menolak jika itu benar-benar keinginan sang Kaisar.

"Baiklah paduka, tapi apa Anda yakin melakukannya disini?"

"Sebaiknya di tempat yang luas sih."

"Kalau begitu bagaimana jika melakukannya di arena Collosus?"

"Collosus … Ah ya bawa Aku kesana."

"Saya mengerti."

Scintia mendekat, bersiap untuk melakukan teleportasi. Nama tempat yang sangat asing di telinganya bahkan dalam game pun tidak ia temukan, untuk pertama kalinya Void keluar dari Istana Kekaisaran Iblis.

To be continue

Next chapter