webnovel

Moza datang ke Kantor

"Nih," ucap Lionel mulai memberikan map biru itu kepada Tasya.

"Tasya kerjanya gambar boneka sapinya Tasya," ucap Lionel mulai memberikan map biru itu, sementara tangan kirinya mulai mengambil spidol warna warni yang ada di tempat pena miliknya.

"Oh begitu," ucap Tasya sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sudah sana gambar sapinya," ucap Lionel.

"Oke," sahut Tasya ia mulai berlari menuju ke sofa kembali dengan membawa map berwarna biru itu juga spidol warna-warni itu.

Tak lama Ayumi masuk ke dalam kantor dengan membawa Snack dan susu dalam dot yang sudah di siapkan Bibi tadi.

"Cumi," panggil Lionel sembari terus asik menatap layar laptopnya.

"Iya pak," sahut Ayumi mulai melirik ke arah Lionel.

"Kau tetap di sini, jaga anak itu jangan sampai dia buat rusuh," ucap perintah Lionel.

"Baik Pak," sahut Ayumi dengan cepat.

Kini Ayumi mulai duduk di samping Tasya.

"Tasya lagi apa?" tanya Ayumi dengan lembutnya.

"Tasya lagi gambar boneka sapinya Tasya," jawab Tasya.

"Kenapa pakai map biru begini Tasya?" tanya Ayumi keheranan.

"Kan Tasya kerja Tante jadi harus pakai map biru kaya punya nya Om Raymond," jawab Tasya dengan jelas.

"Oh begitu," sahut Ayumi mulai mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tersenyum memandangi Tasya yang tengah asik menggambar itu.

"Pasti pak Lio yang suruh Tasya gambar boneka sapinya gara-gara Tasya minta kerja kaya Pak Raymond," ucap Ayumi dalam hatinya.

"Memang pintar sekali bocah satu ini," ucap Ayumi kembali dalam hatinya.

Tak lama tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Tok tok tok," suara ketukan pintu ruang kerja Lionel.

"Masuk!" seru Lionel dari dalam ruangan.

Orang yang di luar itu pun mulai masuk ke dalam ruang kerja Lionel, Lionel yang masih terus fokus menatap layar monitornya kini mulai memandang ke arah orang yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya itu.

"Moza," ucap Lionel terkejut dengan kedatangan manusai satu itu.

"Sayang," sahut Moza sembari tersenyum-senyum ke arahnya.

Lionel langsung melirik Ayumi, ia mulai memberi kode pada bodyguardnya itu.

"Tasya, kita gambar ke luar yuk. Dia luar ada rumput kan sapi makannya rumput," ucap Ayumi mulai membujuk Tasya untuk keluar dari ruang kerja Lionel itu.

"Ayuk Tante," sahut Tasya dengan semangatnya, ia mulai melangkahkan kakinya terlebih dahulu keluar dari ruang kerja Lionel dengan membawa map biru dan boneka sapi miliknya.

Ayumi pun dengan cepat mengambil spidol Tasya, dan langsung berlari mengejar Tasya yang sudah keluar dari ruang kerja Lionel tak lupa Ayumi menutup kembali pintu itu.

Kini tinggal Lionel dan Moza yang ada di ruangan itu, tiba-tiba Moza mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah Lionel.

"Sayang, aku kemarin pagi ke rumah mu. Tapi kau tak ada," ucap Moza mulai memegang bahu Lionel dengan lembut.

Moza terus memegangi bahu Lionel, namun tak lama Lionel menepis tangan Moza itu.

"Jangan sentuh aku lagi," ucap Lionel dengan nada tegas.

Seketika Moza langsung terkejut dengan apa yang di ucapan Lionel.

"Kau bicara apa sayang?" tanya Moza sembari mengerutkan keningnya.

"Kita sudah putus," jawab Lionel dengan jelas.

Moza langsung memeluk Lionel yang masih tetao duduk di kursi kerjanya itu.

"Sayang aku minta maaf, aku tak serius berucap begitu," ucap Moza dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.

"Lepas Moza," ucap Lionel sembari melepaskan pelukan Moza.

"Kita sudah putus," ucap Lionel kembali mengulang kata itu.

"Aku tak mau putus dengan mu sayang, aku masih mencintai mu," sahut Moza, air matanya mulai menetes.

"Kau tak mau, tapi aku mau," ucap Lionel dengan tegas dan jelas.

"Sayang jangan begitu lah, aku minta maaf sudah berucap seperti kemarin. Aku begitu cuma takut kehilangan mu sayang," ucap Moza sembari menegrutkan keningnya.

Seketika Lionel langsung terkikih mendengar ucapan manis Moza, namun membuat Moza kebingungan.

"Kau bicara takut kehilangan ku, tapi perbuatan mu, tindakan mu menunjukkan kalau aku tak ada artinya sama sekali. Oh mungkin ada artinya kalau sudah soal uang," ucap Lionel sembari terus terkikih, membuat Moza makin kebingungan.

"Kau ini bicara apa sayang?" tanya Moza yang terus kebingungan.

"Jangan sok tak tahu kau, kau kan selama ini sudah menghianati ku," jawab Lionel berusaha tenang, walaupun sebenarnya di dalam hatinya ia ingin sekali memaki-maki wanita yang ada di hadapannya sekarang ini.

Kini Lionel mulai beranjak dari duduknya saat akan membahas kesalahan fatal yang sudah di perbuat Moza.

"Mana pernah aku menghianati mu?" tanya Moza sembari menegrutkan keningnya, ia berusaha keras menutupi kegugupannya.

"Mati aku, masa Lio tahu apa yang sudah aku lakukan di belakangnya," ucap Moza dalam hatinya.

Lionel kembali terkikih, tapi kikihannya terlihat menakutkan di mata Moza.

Kini Lionel mulai membuka ponselnya, dan mulai menunjukkan foto beserta video yang ada pada galeri ponselnya.

"Aduh," ucap Moza dalam hatinya, baru melihat sedetik saja dirinya sudah tahu foto dan video apa itu.

"Sayang, aku bisa jelaskan," ucap Moza sembari mulai memegangi tangan Lionel, lagi-lagi Lionel menepis tangan Moza.

"Bukti ini cukup jelas," sahut Lionel dengan tetap tenang dan santai, ia tak mau ribut di kantornya.

"Lebih baik kau pergi dari sini sekarang juga, aku tak mau lagi lihat muka mu," ucap Lionel masih belum mau memandangi Moza.

"Sayang ini fitnah, lihat ini editan sayang," ucap Moza sembari mengerutkan keningnya.

"Kalau video ini?" tanya Lionel kini mulai menatap Moza dengan tatapan tajam.

"Masih bisa menyangkal?" tanya Lionel kembali sembari mulai menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa yang sudah kirim ini?" tanya Moza mulai geram.

Senyum sinis mulai terpaku di bibir Lionel.

"Sudah lah cukup sampai di sini, jangan terus menerus cari membelaan. Siapapun orangnya yang jelas dia beri kebenaran bukan kebohongan, aku harap kau mau menjauh dari ku," ucap Lionel dengan sangat baik-baik.

"Sayang, masa kau percaya sama fitnah beginian?" tanya Moza kini kembali menegangi tangan Lionel, namun lagi-lagi Lionel menepis tangan Moza.

"Aku tak mau berbuat kasar dengan mu, lebih baik kau pergi dari sini," ucap Lionel lirih, tegas.

Tapi Moza malah terus berusaha memegang tangan Lionel.

"Sayang, aku mohon dengarkan aku dulu," ucap Moza terus berusaha memegang tangan Lionel.

"Moza," ucap Lionel terus menepis tangan Moza.

Namun agaknya Lionel lepas kontrol, ia tak sengaja menepis tangan Moza dengan sedikit mendorongnya membuat Moza terjatuh.

"Brug,".

"Aw," ucap Moza langsung memgangi perutnya.

"Sudah ku bilang, aku tak mau berbuat kasar dengan mu. Masih saja sentuh-sentuh aku," ucap Lionel dengan nada kesal.

Moza terus merintih kesakitan sembari memgangi perutnya, sementara itu Lionel malah mulai menghubungi Raymond dengan menggunakan telepon kantor.

Next chapter