webnovel

Hari Sial

"Liburan angkatan berarti sama Moza juga?" tanya Lionel dengan kedua mata terbelalak.

"Eh iya ya," sahut Raymond yang baru teringat jika Moza juga satu angkatan dengan dirinya juga Lionel.

"Ah sial," ucap lionel dengan nada kesal.

Lionel terus bersembunyi di apartemen Raymond, hingga tak terasa hari berganti menjadi malam. Raymond yang baru saja menerima pesanan makanannya, kini mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah Lionel yang saat ini tengah menonton film.

"Kau mau menginap di sini?" tanya Raymond sembari mulai meletakkan makanan dan juga kopi itu ke atas meja yang ada di hadapan Lionel.

"Tak lah, nanti juga aku pulang kalau Moza sudah tak ada di rumah ku," jawab Lionel dengan cepat.

"Ya sudah, tuh makan dulu," ucap Raymond kini mulai membuka satu kotak makanannya.

Lionel mulai melirik makanan yang di pesan Raymond.

"Bisa sia-sia joging ku pagi ini," ucap Lionel.

"Aku ambil kopi saja lah," ucap Lionel kembali, ia memilih mengambil satu cup kopi saja.

Raymond langsung melirik Lionel.

"Lah, kau dari pagi belum makan," ucap Raymond dengan muka masamnya.

"Nanti kambuh lagi maag nya," sambung Raymond agak kesal.

"Penyakit masa sih yang bisa masuk ke tubuh ku," sahut Lionel dengan sombongnya.

"Kalau cara hidup mu begini jelas penyakit mana yang tak mau masuk ke tubuh mu," ucap Raymond dengan nada meledek.

Tiba-tiba terdengar suara bel pintu unit apartemen Raymond.

"Ting tung ting tung," bunyi bel pintu.

"Ah tak tahu orang lagi makan apa ya," ucap Raymond dengan nada kesal, namun ia langsung beranjak dari duduknya.

Kini Raymond mulai membuka pintu apartemennya, saat baru ia buka dirinya terkejut mendapati Ayumi si bodyguard Lionel yang menekan bel pintu apartemennya.

"Ayumi," ucap Raymond terkejut.

"Pak," sahut Ayumi sembari tersenyum ke arahnya.

"Pak Lio nya ada?" tanya Ayumi masih dengan senyumannya.

"Ada ada," jawab Raymond dengan cepat.

"Silahkan masuk," ucap Raymond mulai mempersilahkan Ayumi masuk ke dalam apartemennya.

Ayumi pun dengan perlahan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam unit apartemen milik tangan kanan bos nya itu, terlihat Lionel menatap tajam Ayumi.

"Untuk apa kau kesini?" tanya Lionel dengan nada kesal.

"Mau jemput pak Lio," jawab Ayumi.

"Aku bukan anak kecil ya, aku bisa pulang sendiri," sahut Lionel makin kesal.

"Kalau begitu ayo pulang pak," ucap Ayumi berusaha sabar menghadapi bos nya yang suka marah-marah ini.

Terlihat raut muka Lionel makin kusut, dengan cepat Raymond mengalihkan pembicaraan.

"Ayumi, memangnya si Moza sudah pulang?" tanya Raymond sembari menatap bodyguard Lionel itu.

"Sudah pak," jawab Ayumi dengan cepat.

Raymond kembali memandangi Lionel yang kini mulai beranjak dari duduknya.

"Tuh dia sudah pulang," ucap Raymond dengan jelas.

Lionel mulai melangkahkan kakinya menuju keluar dari apartemen Raymond.

"Ray, aku balik dulu," ucap pamit Lionel yang telah melewati Raymond dan juga Ayumi.

"Pak, saya juga balik dulu ya," ucap pamit Ayumi, dengan cepat ia mengikuti langkah kaki Lionel.

"Iya, hati-hati kalian," sahut Raymond.

"Iya pak, terimakasih," ucap Ayumi yang kini sudah berada di luar.

"Tak usah ikuti aku!" seru Lionel dengan tegas, sembari terus melangkahkan kakinya menuju lift.

Setibanya di lift Ayumi tetap masuk mengikuti Lionel, seketika Lionel kembali melirik tajam bodyguardnya itu.

"Sudah ku bilang jangan ikuti aku," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Saya kan bodyguardnya pak Lio, jadi harus ikuti pak Lio terus," sahut Ayumi sembari mengerutkan keningnya.

"Memang kau pikir aku sudi punya bodyguard seperti mu?" tanya Lionel dengan nada kesal.

Tiba-tiba lift terbuka di lantai bawah.

"Brugh," Lionel terjatuh sebab di tendang orang tak di kenal dari luar lift.

Melihat bos nya di perlakukan seperti itu, dengan cepat Ayumi mulai menyerang dua orang yang dalam keadaan mabuk itu.

"Kurang ajar," ucap Ayumi mulai langsung menghajar dua orang pemuda itu.

"Aduh," ucap Lionel dengan nada kesal, ia mulai berdiri kembali sembari memegangi perutnya.

Saat sudah berdiri, ia kembali melirik ke sisi kanan dan kirinya.

"Cumi," ucap Lionel teringat bodyguard nya itu.

"Kambing, ini lift kenapa pakai nutup lagi," gerutu Lionel, kini ia mulai membuka lift.

Saat sudah di luar lift, terlihat Ayumi tengah di pisah oleh 4 security apartemen itu.

"Cumi," panggil Lionel dengan cepat ia menghampiri bodyguardnya itu.

"Nah itu dia pak, dia bos saya di tendang sama salah satu dari mereka," ucap Ayumi setelah melihat Lionel sudah ada di dekatnya.

"Tapi pemuda ini kan dalam keadaan mabuk neng, pemuda ini melakukannya dengan tak sadar," sahut security itu malah membela dua orang pemuda itu.

"Cumi, ayo kita balik," ucap Lionel yang malu melihat orang yang bekerja dengannya saat ini tengah di tahan oleh security.

Lionel mulai menarik tangan Ayumi.

"Pak ini masalah saya anggap selesai di sini," ucap Lionel pada security yang menahan tangan Ayumi barusan.

"Baik pak, terimakasih," sahut security itu langsung menghembuskan nafas leganya.

Lionel terus menyeret Ayumi menuju ke parkiran mobil, setibanya di parkiran mobil mereka langsung masuk ke dalam mobil kali ini Ayumi yang lagi-lagi menyetir mobil Lionel itu. Sementara Lionel duduk di belakang dengan terus memegangi perutnya yang habis di tendang tadi, membuat Ayumi makin khawatir dengan keadaan bos nya itu.

"Masih sakit Pak?" tanya Ayumi sembari terus memandangi Lionel dari kaca spion yang ada di depannya.

"Sakit lah, gitu saja pakai tanya," jawab Lionel dengan nada kesal.

Ayumi terdiam sejenak, ia masih punya hati. Mendengar jawaban bos nya seperti itu tentu membuat Ayumi sakit hati, namun ia berusaha tetap bertahan demi uang untuk keluarganya di kampung.

"Pak Lio mau saya antar ke rumah sakit dulu?" tanya Ayumi kembali.

"Tak usah, langsung ke rumah saja," jawab Lionel, ketus.

"Aduh," gerutu Lionel yang merasa sakit pada perutnya.

"Punya bodyguard gini amat ya," teriak Lionel dengan nada kesal.

"Tak becus," sambung Lionel.

"Seharusnya pakai bodyguard bisa lebih aman, lah ini apa," ucap Lionel kembali dengan nada kesal.

Seketika kedua mata Ayumi mulai berkaca-kaca, dengan sekuat tenaga ia menahan air mata itu agar tak jatuh.

"Kau tak boleh begini Ayumi, cukup kali ini saja ucapan pak Lio kau masukkan hati selebihnya kau tak usah masukkan hati mu atau bahkan telinga mu," ucap Ayumi dalam hatinya.

Tiba-tiba ponsel lionely berdering, dengan cepat Lionel mulai mengambil ponselnya karena ia pikir telfon penting dari klien atau Raymond. 

Tapi angan-angan Lionel ternyata salah.

"Moza," ucap Lionel dalam hatinya dengan nada kesal.

Sangking kesalnya menahan rasa sakit di perutnya di tambah telfoy dari Moza, tak banyak bicara Lionel langsung melempar ponselnya ke depan hingga mengenai dashboard mobil.

"Brak,".

Next chapter