webnovel

Bab 20

"Astaga Bianca. Kumohon demi persahabatan kita. Kumohon dengarkan perkataanku kali ini."

"Aku akan tetap pada ke putusanku." Tegas Bianca bersikeras tetap pada pendiriannya.

"Walaupun keputusanmu ini akan menghancurkan persahabatan kita." Tantang Dewi , menatap Bianca penuh harap mau mengakhiri hal gila ini.

"Ya, jika itu yang kau mau. Kau bisa meninggalkanku dan keluar dari apartemen ini."

"Brengsek, jalang sialan. Kau..!!!!" Tunjuk Dewi marah kepada Bianca.

"Arrgghhhhkkk, brengsek." Ledakan emosi gadis itu mengumpati Bianca. Dan dengan segera mengambil tasnya dan berjalan pergi meninggalkan apartemen ini.

Aku menatap Bianca. Gadis itu sama sekali tak bergeming. Hei.. gadis aneh tadi sahabatnya bukan. Dan dia tenang tenang saja ketika sahabatnya itu marah, menyumpah serapah dan pergi. Apa dia tak khawatir dengan persahabatannya dengan gadis itu hancur. Aku terus menatap wajah Bianca. Dia terlihat dingin bahkan sangat dingin dari biasanya. Dia berdiri.

"Aku ingin mandi. Dan bereskan semua kekacauan ini," ucapnya dingin menatap beberapa bungkusan makanan yang di bawa Gadis aneh itu di atas meja. Dan berjalan pelan menuju kamarnya.

Ya tuhan, sebenarnya siapa gadis yang saat ini tengah aku hadapi. Kurasa Putri Es masih lebih baik di bandingkan dengannya. Karena Putri Es masih menghargai sahabatnya. Sedangkan Bianca, gadis itu terlalu menakutkan dengan ekspresi dingin wajahnya.

˙°♡°♡°♡°˙

Bianca Henderson

Aku mengatur nafasku ketika aku berada di dalam kamarku. Mencoba menarik nafas sebanyak-banyaknya. Namun tetap saja rasa sesak menyelimuti dadaku. Seperti tak ada pasokan oksigen yang masuk ke dalam paru-paruku.

Pertengkaranku dengan Dewi membawa dampak yang besar pada tubuhku. Tubuhku berguncang, tanganku mengepal dengan keras mengingat semua pertengkaran kami yang terjadi beberapa saat yang lalu. Semua terasa seperti film yang berputar di dalam otakku.

"Brengsek, jalang sialan. Kau..!!!!"

Tanganku semakin bergetar. Dewi tak pernah mencaciku. Ini pertama kalinya Dewi mengupatiku seperti itu. Teriakan penuh amarahnya membuat aku gemetar. Dia adalah orang yang paling berarti dalam hidupku. Sahabat dan satu-satunya orang yang sudah kuanggap sebagai keluargaku. Orang yang tau segala hal tentang diriku. Sahabat yang selalu ada untukku.

"Kau seharusnya mencari seorang pria dan menikah dengannya. Memiliki anak darinya. Bukan mempekerjakan seorang pria asing untuk menghamilimu."

Menikah dan hidup selamanya bersama seorang pria. Itu tak akan pernah terjadi dalam hidupku, karena aku sangat membenci makhluk yang disebut pria. Mereka adalah makhluk yang paling munafik, penuh kepalsuan dan menjijikkan. Dan aku tak akan pernah terpedaya lagi oleh satu pun pria di dunia ini.

"Tapi Bianca, ini semua tidak benar. Kau ingin hamil tanpa status pernikahan? Kau ingin semua orang menghina kehamilanmu yang tanpa suami? Dan kau ingin anakmu dianggap sebagai anak haram begitu?

Sampai kapan pun aku tak akan pernah menikah. Dan aku tak pernah perduli dengan semua ocehan atau pun hinaan orang. Dan aku yakin aku bisa membesarkan dan mengurus anakku tanpa bantuan seorang pria. Aku yakin aku bisa melakukan segalanya demi anakku.

"Astaga Bianca. Kumohon demi persahabatan kita. Kumohon dengarkan perkataanku kali ini. Walaupun keputusanmu ini akan menghancurkan persahabatan kita."

Maafkan aku Dewi ah. Maafkan aku karena telah mengecewakanmu.

Sesalku mengingat wajah kecewa Dewi. Tapi aku takkan pernah berhenti. Aku akan tetap pada pendirianku. Walaupun aku harus kehilanganmu, aku tetap menjalankan rencana ini. Untuk mempertahankan hakku dan menjatuhkan kekuasaannya.

.......

Hari telah berubah. Daniel baru saja keluar dari apartemen Bianca. Dia akan pergi ke kampusnya. Namun ketika dia berbalik dia melihat seorang gadis aneh yang dia temui kemarin.

Dewi berdiri tepat di depan Daniel. Kening Daniel mengerut saat melihat wanita itu berdiri di hadapannya.

"Saya ingin berbicara dengan Anda." Ucap Dewi menjelaskan maksudnya menunggu dan menghadang jalan Daniel. Dia masih tidak suka menatap Daniel. Tapi Dewi perlu bicara dengan serius dengan pria yang terlihat lebih muda dari Bianca itu. Dewi yakin bahwa pria dihadapannya

Daniel melirik arlojinya sebentar sebelum menjawab.

"Saya ada kelas jam 10. Saya hanya punya waktu setengah jam jika Anda ingin berbicara dengan saya."

"Cukup. Ayo." Dewi pun mengajak Daniel pergi. Dewi mengajak Daniel ke sebuah Cafe tidak jauh dari apartemen Bianca.

Sekarang mereka duduk berhadapan di salah satu meja yang ada dk dalam cafe itu.

"Siapa namamu?" tanya Dewi masih tetap menunjukkan wajah tak sukanya.

"Bukankah seharusnya kau yang lebih dulu memperkenalkan diri. Siapa namamu?" Bukan menjawab Daniel malah balik bertanya.

"Aku Dewi Puspita Sari. Sahabat Bianca. Dan kau?"

"Aku Daniel Kendrick. Dan ya , seperti yang kau tau aku bekerja untuk Bianca," jawab Daniel malas menjawab hubungannya dengan Bianca.

"Aku tak ingin berbasa basi. Aku ingin kau berhenti bekerja untuknya," ucap Dewi to do point.

"Apa?" Daniel terkejut tentu saja. Dia heran sekaligus bingung dengan perkataan Dewi yang terlalu frontal.

"Berhenti bekerja untuk Bianca. Aku tau kau bukan lah lelaki hidung belang atau pun seorang gigolo. Kurasa kau bekerja karena kau membutuhkan uang bukan. Aku akan memberikanmu uang yang cukup besar jika kau mau berhenti bekerja." Dewi mencoba meyakinkan Daniel jika dia bisa membayar Daniel lebih asalkan pria itu mau berhenti menuruti keinginan gila Bianca.

Next chapter