webnovel

Pengendali 4

Pagi buta semua pendamping setiap kelas dibangunkan untuk menjalankan senam ramai-ramai di lapangan, Rindu yang sudah terbiasa bangun itu sudah berada di dapur setelah membersihkan ia masak.

Randu yang ketiduran sangat pulas langsung kebingungan mencari Rindu, tak khayal suara dari dapur terdengar dengan batin itu.

"Kenapa harus dibangunkan sepagi ini sih? Males sebenarnya tapi... di mana Rindu?"

Seketika itu juga Randu berlari menuju ke lapangan bagian memasak, dirinya yang membantu mengupas bumbu sedangkan Rindu membersihkan beberapa sayur saling membantu.

Jono dengan sigap langsung menyambar di tengah-tengah mereka selalu menghalalkan segala cara, tentunya membuat geleng-geleng Randu dan Rindu.

Tubuh Rindu yang cukup dingin itu dilepaskannya jaket milik Randu, tangan juga sama tentunya membuat dirinya ngewel saat memasak.

"Sini pinjam tanganmu."

"Buat apa kak?"

"Aku mau menghangatkan kamu."

Disaat Rindu akan memberikan tangannya ke arah Randu dari kejauhan Danu langsung menarik Jono untuk meraihnya agar tidak terjadi genggaman tangan, seketika sedekat itu juga malah terjadi sebuah pelukkan.

"Jangan mengganggu pacar gue."

"Awas aja kau! Habis denganku."

Randu yang pergi meninggalkan lainnya dibuntuti oleh Jono dan mencoba ikut senam dengan teman-teman, Rindu mencoba menghentikan pelukkan dengan mengelak memasak.

Danu membantu proses memasak dilihat para teman-teman kelas lain yang sangat histeris kagum akan keharmonisan mereka berdua, tentunya kejadian tersebut terlihat aneh pada diri Rindu.

Proses memasak yang sederhana tersebut telah selesai, tentunya Danu tidak ingin jika orang yang ia sayang terlupa untuk makan.

"Ini aku ambilkan soup buatan kita berdua."

"Tapikan teman-teman yang senam belum makan juga, mas."

"Gak papa, mau diambilkan nasi gak?"

"Gak usah, mas. Ini saja sudah cukup, kok gak ikut senam? Kan biar sehat."

"Gak, Danu mau nemani kamu saja. Gak mau ada yang gangguin, buruan dimakan nanti cepet dingin."

Rindu yang menyantap soup buatan dirinya itu berkeringat banyak, handuk yang melingkar di leher Danu itupun mencoba dilapnya dan menyibakkan poni sekaligus.

Usai senam yang lainnya telah menyerbu ke tempat memasak, Rindu dan Danu yang pergi meminta tolong untuk membantu mengurus kegiatan bagian P3.

"Aku tahu cita-cita kamu seorang dokter, ya sini bantu bagian P3. Tenang si cowok yang tadi gak bakal nemuin kamu, percaya."

Rindu itupun berjalan berdua dengan Danu dan secara sengaja ketika berjalan pas-pasan dengan Putri, dirinya yang sedikit menuangkan kuah soup itu berniat mengenai kaki Rindu tetapi malah justru senjata makan tuan.

"Kamu gak papa, Put?"

"Kamu pikir kena kuah panas gimana?"

"Pasti sakit."

"Nah itu tahu, kenapa harus nanya?"

"Maaf sini aku obatin."

Ketika Rindu sedang jongkok di hadapan Putri yang berdiri itupun berusaha akan mencelakai temannya itu berhasil, tetapi secepat kilat Danu menghempaskan ke arah berlawanan.

"Aduh panas, panas... Kak Danu jahat."

"Lo itu yang jahat bego, lo mau nyelakai Rindu kan? Udah dikasih obat bukannya makasih malah nyelakai, gila."

"Kak Danu jahat."

"Bodo amat, gak usah ngurus orang ini. Sekarang ikut aku ke ruang P3."

Rindu yang digenggam tangan Danu meninggalkan Putri seorang diri, tentunya rasa kesal bercampur ketidak iklhasan bercampur dalam benak.

"Awas aja kamu, Rin. Aku akan balas perbuatanmu, lebih dari yang kamu kira. Tak akan kubiarkan hidupmu nyaman di dunia ini." Ketus Putri yang kembali ke dapur mengambil soup.

Randu yang makan bersama dengan teman-temannya itu terus sambil memikirkan Rindu, lamunan kosong itu membuat Tito kembali berulah.

Sahabatnya yang menaruh brambang goreng ditaburnya diatas soup milik Randu, ia tak tahu hal tersebut tiba-tiba saja membuatnya merasakan batuk hebat.

Bagi Randu kecelakaan ini sangatlah fatal, wajahnya yang sangat pucat itu langsung dibawa ke ruang tindakan P3. Di sana mereka berharap senior bisa mengatasi.

"Coba dikasih minuman air putih hangat, nanti enak."

Rindu yang memberikan saran ke senior awalnya tidak percaya jika hal tersebut bisa berhasil, perlahan-lahan batuk itu mereda dengan sendirinya.

Tito sahabatnya tersebut langsung meminta maaf akan sebuah kecerobohannya akan sebuah candan yang berbuah kecelakaan, Randu yang tentunya masih memberikan sebuah kesempatan itu langsung dipeluk begitu saja.

"Kamu kok bisa tahu? Cara mengetasinya."

"Aku itu punya riwayat alergi bawang merah goreng dan pernah juga batuk terus kayak kamu, ya... emak kasih itu langsung mendingan."

"Kok bisa sama sih?"

"Ah... udah, kalian berdua kalau ngobrol pasti lama. Sekarang kita persiapan mencari jejak tahu gak? Rindu ada di daftar ini." Potong Tito.

"Iya, tahu ini juga mau bediri. Tapi...."

"Tapi apa, Ran?" Tanya Tito.

"Pelukkan ini lama bener, yang ada nanti sesak nafas gara-gara pelukanmu."

"Ngawur. Udah kita berangkat aja."

Danu yang menarik Rindu untuk menemani sejenak membantu teman-teman seniornya lebih dulu, rasa meledak itu ingin menghabisi detik itu juga namun Tito langsung mendorong sahabatnya berjalan menuju ke kelas.

Randu yang menyiapkan segala keperluan dari tas perlengkapan segalanya, Putri menyela untuk ikut serta tersebut bersiap diri.

Beberapa truk telah sudah bersiap untuk menjemput mengantarkan berjelajah dan mencari jejak, Randu yang selesai membantu kembali ke kelas sudah menyiapkan perlengkapan.

Mereka semua yang diberikan peta per orang dan himbauan sebelum berangkat itupun cukup membuat tidak sabar, Rindu dengan disiplin waktu tentunya lebih awal mendengarkan semua pemberitahuan tersebut.

Perjalanan yang lumayan memakan waktu cukup lama akhirnya sampai, semua yang nampak bergairah senang tentunya tak lepas dari khayalan sebuah mimpi Randu bisa bersama dengan Rindu terwujud.

Pemberian pengarahan sekaligus diberikan petunjuk dan pembacaan arah peta, sebelum memulai kegiatan tersebut tentunya didahulukan akan berdoa tetapi Randu yang justru hendak mengikuti terkendalikan dan menyingkir dari barisan.

"Sialan, malah justru panas ini rasanya." Randu yang setelah semua selesai kembali menuju barisan.

"Dari mana?"

"Habis buang air tadi, oh iya aku nanti sama kamu ya?"

"Kan berlima."

Putri yang ikut barisan Randu ingin lebih lama bersama, tentunya sebelum melakukan kegiatan mencari jejak semuanya diminta untuk berbondong-bondong mengeluarkan perlengkapan.

Secara teledor tentunya Putri lupa membawa perlengkapan penerangan, dirinya yang menyalahkan Rindu sempat dibentak oleh Randu. Sementara Tito dan Jono yang memiliki persediaan ganda memberikan salah satu untuk temannya.

Danu yang kali ini justru diminta untuk tidak boleh terjun mendampingi harus menelan banyak air liur, dia yang harus menunggu di posko harus membiarkan Rindu bersama teman-teman lainnya.

"Huh... gara-gara manusia kucrut itu sekarang aku gak bisa sama-sama Rindu, nasib-nasib. Sial amat nasib ini semenjak ada si kucrut."

Perjalanan mencari jejak telah dimulai, siapa yang berhasil menemukan bola merah yang diletakkan tersembunyi pemenangnya.

Next chapter