webnovel

Pasangan Baru

"Sekali lagi, terima kasih banyak," lirih Putri Azaela kepada Daniel.

Kepada pria yang kini sedang berjalan berdampingan dengan dirinya. Entah kenapa, Putri Azaela merasakan jika saat ini jantungnya tidak berdegup dengan normal. Mungkin hal itu, yang membuat kegugupan yang melanda pada saat yang bersamaan.

Sedangkan orang yang dia ajak bicara, hanya memberikan sebuah senyuman hambar, tanpa melihat ke arah Putri Azaela sedikit pun.

"Dan tentang barang milikmu yang tidak sengaja aku hancurkan tadi ... aku akan menggantinya," lanjut Putri Azaela pada Daniel.

"Tidak perlu. Lagi pula aku sudah mempunyai cadangan di dalam loker milikku. Jadi, tidak perlu khawatir," jawab Daniel.

Kali ini, Putri Azaela hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Sebagai tanda jika kekhawatiran miliknya saat ini telah lenyap seketika, berkat ucapkan pria tersebut.

Mereka berdua pun terus melanjutkan perjalanan, menuju ruang kelas yang di tempati oleh Jessie atau bagi Putri Azaela tersebut. Melewati banyak ruangan, yang mana setiap ruangan tersebut selalu terlihat banyak pelajar lain, yang mengintip dari balik jendela kaca.

"Kamu berada di kasta dua tingkat akhir. Apa kamu sama sekali tidak mengingat hal itu?" Daniel kembali bertanya di sela-sela langkah kaki mereka berdua.

"Sepertinya begitu," ucap Putri Azaela langsung membuang wajah ke arah lain. Dia tidak ingin Daniel mengetahui jika, bukannya tidak ingat. Namun, dia sama sekali terasa asing melewati ruangan demi ruangan yang saling berjejer tersebut.

Mata Putri Azaela sedikit melebar, karena dari kejauhan sudah melihat beberapa orang anak laki-laki yang juga menjadi pelajar tingkat akhir, dari seragam yang mereka gunakan.

Dan salah dari mereka sangat dikenal oleh Putri Azaela, yakni laki-laki yang pernah mengganggu dirinya ketika berada di taman. Serta orang yang membunyikan klakson, sehingga memekakkan telinga Putri Azaela dan Celine. Orang tersebut tidak lain adalah Erick.

Tanpa sadar Putri Azaela mengehentikan langkah kakinya tiba-tiba karena melihat Erick yang sudah menatap ke arah dirinya dari kejauhan.

Daniel yang melihat hal tersebut, juga ikut menghentikan langkahnya. Membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Putri Azaela yang berada beberapa langkah di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Daniel sedikit heran dengan perubahan sikap dari Putri Azaela tersebut.

"Ti-tidak apa-apa, Daniel. Tapi ... apa kita harus lewat sini? Maksudku apa tidak ada jalan lain untuk di lalui?" Putri Azaela balik bertanya.

"Ini adalah satu-satunya jalan menuju ruang kelasmu." Sedikit heran, karena baru pertama kali ini melihat Jessie merasa takut. Daniel pun segera mengedarkan bila mata yang berwarna biru miliknya, untuk mengetahui apa yang membuat Jessie seperti itu. Tidak berselang lama, dia pun segera menemukan penyebabnya.

"Black Prince? Jangan bercanda padaku, Jessie. Apa kamu takut dengan mereka?" tanya Daniel sedikit mengerutkan dahinya.

Untuk sesaat Daniel yakin jika Jessie yang ada di hadapannya sekarang, adalah gadis yang masih sakit. Karena semua ingatannya, seakan-akan lenyap tanpa bekas sedikitpun juga. Bagaimana mungkin Jessie melupakan orang yang menjadi rivalnya selama ini. Baik itu rival untuk tawuran antar pelajar, atau rival di dalam balapan liar yang sangat sering datangi.

Selain sebagai rival yang kekal abadi, Mereka berdua juga tidak ada hentinya untuk saling mengganggu satu sama lain. Mereka saling membalas, dari kejahilan kecil, hingga kejahilan yang besar, hingga memakan korban luka-luka dan lebam.

'Kenapa dia juga ada di sini?' tanya Putri Azaela di dalam hati.

Terlihat kedua tangannya sedang meremas erat, beberapa lipitan rok pendek yang sedang dia gunakan saat ini

"Jessie!" sapa Daniel dengan nada yang tegas.

Hal itu dia lakukan, karena , Jessie terus saja tidak menghiraukan pertanyaan yang keluar dari bibirnya. Sedangkan Putri Azaela sedikit terkejut dari pikiran yang sedang melarutkan tinggi di dalam benaknya.

"Iya, Daniel! Ada apa?" Jessie bertanya pada Daniel.

"Ayo jalan, karena aku tidak ingin kamu terlambat untuk masuk pada pelajaran jam ke dua," anak Daniel sambil memberikan sebuah senyuman yang terasa sangat menenangkan.

"Ba-Baiklah, Damiy." Putri Azaela mengangguk perlahan tanda menyetujui ajakan Daniel barusan.

Terus berjalan, hingga pada akhirnya melewati beberapa orang laki-laki, yang juga merupakan pelajar di sekolah tersebut. Mereka berjumlah empat orang, yang tidak lain adalah Erick dan gengnya, yakni Black Prince.

Ketika Putri Azaela dan Daniel ingin melewatkan mereka di lorong tersebut. Tiba-tiba saja kaki Erick yang sedari tadi dengan sibuk memainkan sebuah kursi kayu, secara mendadak menendang kursi tersebut hingga terjungkal tepat dihadapan Putri Azaela dan Daniel.

Mau tidak mau mereka berdua pun menghentikan langkah, untuk melanjutkan perjalanan. Seketika masing-masing dari mata mereka saling berpandangan satu sama lain. Dari sana sudah terlihat dengan jelas jika Daniel dan Erick juga mempunyai suatu masalah yang telah terjadi di antara mereka berdua.

Masing-masing menunjukkan wajah dingin, dan sedikit menakutkan. Hal itu seketika juga membuat suasana yang tenang, dalam waktu yang singkat berubah menjadi suasana yang menegangkan.

"Apa maksud semua ini?" tanya Daniel memulai perbincangan yang terasa semakin mencekam tersebut.

"Tenanglah, Daniel. Kami hanya ingin menyapa dirimu dan ... dan dia," ucap laki-laki yang tertib gempal, sambil menunjukkan jari tangan miliknya terlihat sama besarnya seperti jari jempol. Setelah berkata seperti itu, dengan cepat laki-laki gempal yang memiliki nama Aldi itu bersembunyi di balik tubuh temannya yang bertubuh kurus.

"Kamu lagi ngapain?" tanya laki-laki kurus yang bernama Rama, seraya membulatkan kedua bola matanya menatap tajam ke arah Aldi.

"Aku hanya takut jika Jessie melayangkan pukulan lagi pada perutku," lirih Aldi dengan wajah yang tersenyum menyeringai.

Erick mengedarkan tatapnya pada Daniel yang kita berada tepat di hadapannya. Lalu beralih pada Jessie, dan terakhir beralih pada tangan Jessie yang memegang erat pada baju bagian belakang, yang sedang di pakai oleh Daniel.

Seketika Erick tertawa dengan cukup lantang

Bertepuk tangan seorang diri, sambil mengelilingi Daniel dan Putri Azaela yang masih terdiam mematung pada tempat mereka berdiri.

"Apa ini adalah mimpi buruk sepanjang hidup yang pernah aku temui?" Menatap ke arah Daniel dan Putri Azaela secara bergantian.

"Apa maksud dari pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutmu itu?" tanya Daniel masih dengan wajah yang datar dan sedingin es kutip Utara.

"Apa kalian sekarang sudah menjadi sepasang kekasih?" tanya Erick sambil mengangkat sebelah alis dan melukiskan senyum yang terlihat sangat konyol.

Daniel menyipitkan matanya sejenak, melihat laki-laki yang berada di hadapannya sekarang. Seakan-akan laki-laki tersebut tidak akan pernah berhenti mengganggu orang lain, khususnya pada Jessie. Entah apa yang menjadi alasan Erick melakukan hal itu semua.

"Jika kamu memang sepasang kekasih. Apa kamu akan berhenti mengganggu Jessie?" tanya Daniel tanpa keraguan.

"Aku sudah menduga jika ...." Erick tidak melanjutkan ucapannya karena jawaban yang keluar dari bibir Daniel sangat berkebalikan dengan jawaban yang dia harapkan. "Apa?" Dengan wajah yang tercengang.

Bersambung ....

Next chapter