webnovel

Bagian 10

"Selama ribuan tahun itu, Raja Salem menyebar ke segala tempat, makhluk yang bertanggung jawab dalam melindunginya adalah Kedua Belas Binatang Buas. Jika kita ingin menghancurkan Raja Salem sebelum dia bangkit, maka kita harus melewati istana tempat Kedua Belas Binatang Buas itu bersemayam.

Di antara Istana-Istana para binatang buas itu bersemayam, setiap istana tingkatannya berbeda sesuai dengan kelebihan dan kelemahannya. Semakin kuat binatang itu, semakin jauh tingkat mereka, semakin dekat juga dengan Raja Salem itu sendiri.

"Tapi..." Rey ragu, dia bukanlah Utusan Tuhan.

"Ya, Utusan Tuhan itu adalah Anda." Pria itu menegaskan.

Sebagai kepala suku, sebuah upacara pemanggilan agung diadakan setiap seratus tahunnya.

Bertahan melalui ribuan tahun yang berlalu, menghabiskan permintaan seumur hidup, mereka memegang teguh keyakinan mereka sendiri.

"Hari ini adalah saat di mana kami mengadakan upacara pemanggilan dengan seluruh suku Rages. Kami merasakan ramalan itu dan kami berkumpul. Saat saya membacakan pemanggilan kekuatan, Anda muncul-dalam sekejap, Anda tiba-tiba muncul di hadapan kami, tepat ditengah-tengah upacara kami. Ketika kami menyaksikan kehadiran Anda, kami dengan kuat merasakan bahwa-itu adalah Anda! Penyelamat khusus yang di utus oleh Tuhan dan akan menang melawan Raja Salem."

Rey menghembuskan nafas dengan berat, "Aku tidak paham... Apa yang membuat kalian semua sangat yakin kalau aku adalah Utusan Tuhan? Mari kita tidak memulainya dengan pembicaraan tentang memasuki kedua belas istana tempat Binatang Buas itu bersemayam dan menjinakkan semua Binatang Buas itu. Aku bahkan berpikir tidak akan bisa bertahan di daratan yang aneh ini. Tuhan tahu mengapa aku datang kemari..."

'Ya, kenapa aku bisa berakhir di sini?! Bukankah jika ini ingatan, maka aku tidak akan bisa berinteraksi dengan mereka seperti ini?' Pikir Rey kebingungan.

Rey mengingat bahwa sebelum dia berada di ingatan pemilik tubuh ini, Rey merasakan rasa sakit yang amat sangat menyakitkan hingga membuat Rey terjatuh pingsan. Sebelum terjatuh pingsan, hal-hal yang diingatnya dengan kilasan-kilasan ingatan di kepalanya adalah ada dua belas binatang buas yang berdiri di hadapan Rey dengan menyembah kepada Rey.

'Apakah mereka makhluk yang sama dengan yang di dua belas istana tempat binatang buas itu bersemayam?' Pikir Rey.

"Oh, Utusan Tuhan, di dunia ini di mana langit secara bertahap dinodai oleh kegelapan, kehadiran Anda seperti bintang yang bersinar jauh di langit yang jauh, menjaga harapan kami tetap hidup."

Mata yang redup itu menjadi cerah ketika si pria tua berlutut di hadapan Rey. "Mungkin ketika Utusan Tuhan menyelesaikan tugasnya, beliau dapat kembali ke dunia asalnya. Tidak ada manusia yang pernah pergi ke tingkat teratas pada istana tempat para binatang buas bersemayam. Raja Salem saat ini mendekati waktu kebangkitannya, tidak ada dewa yang dapat menandinginya. Tolong pertimbangkan doa kami."

'Tunggu, apakah itu artinya bahwa pemilik tubuh ini juga bukan berasal dari dunia ini?' Rey terkejut dengan pemikirannya sendiri. Membayangkan bahwa pemilik tubuh ini berasal dari dunia lain seperti dirinya, membuat Rey merasa bersemangat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Di bawah gemerlapnya bulan, angin menghentikan hembusannya seakan-akan menantikan keputusan yang akan diberikan Rey kepada mereka. Rey bisa merasakan jawaban bermunculan dari tempat mereka terkubur selama ini. Dia merentangkan tangannya untuk mengangkat pria tua itu dari posisinya, mengangkat doa-doa dari seribu tahun yang sunyi.

"Beritahu aku," dia bisa mendengar suaranya sendiri, "Di mana pintu masuk ke dalam istananya?"

~~~~

Waktu berlalu setiap menitnya, setiap detiknya. Kabut tebal menghalangi terbitnya matahari.

"Oh, Utusan Tuhan, saya hanya dapat mengantar Anda sampai sini..." Pria tua itu melepas rantai kerang dari lehernya, meletakkannya di tangan Rey ketika dia berpesan, "Ini adalah jimat yang diwariskan dari nenek moyang kami, saya berharap jika jimat ini akan mendoakan dan melindungi Anda untuk kembali dengan selamat."

Rey menerima kalung kerang itu, dan memakainya. Saat dia mengangkat kepalanya untuk berterima kasih kepada pria tua itu dia menyadari bahwa pria tua itu tidak bisa ditemukan di mana pun.

"Kepala suku?" Kabut semakin tebal, tidak ada yang bisa terlihat bahkan jalanan di depannya.

Rey tidak merasa takut, ketakutannya terhadap hewan hanya lebih kuat daripada manusia umumnya.

Dia bisa merasakan dengan jelas kalau setiap langkah yang diambilnya ke dalam kabut, setiap langkahnya semakin mendekati bahaya. Mungkin, tiba-tiba dia bisa saja tercabik-cabik menjadi beberapa bagian oleh binatang buas yang tidak diketahuinya.

Tapi dia tidak pernah berhenti.

Jika di dunia ini ada Tuhan, bagaimana jika apa yang terjadi padanya hanya sebuah prediksi yang terjadi ribuan tahun yang lalu, kalau begitu Rey dengan tegas percaya bahwa, pada akhir ramalannya, dia akan menemukan jawabannya.

Tanah di bawahnya melembut, hujan gerimis ringan bercampur dengan embun pagi melembabkan dahi Rey. Ketika kabut secara perlahan terangkat, wangi hutan yang pekat menyerbu udara.

Akhirnya, ketika pandangannya menjadi jelas, Rey menyadari dirinya berada di tengah-tengah hutan yang sangat luas. Jejak jalan setapak itu tampaknya tidak berujung ketika dua buah pohon raksasa di sisi jalan setapak menyatu. Gerimis turun dengan halus, menghasilkan pemandangan seperti lukisan yang indah.

Rey tersesat, kabutnya sudah lama menghilang tanpa jejak. Di setiap arah belokan yang dia tuju, setiap pohonnya terlihat sama. Mengikuti jalanan setapak bersamaan dengan pepohonan itu, susunan pepohonan ini kemungkinan besar adalah labirin.

Rey melintasi hutan itu. Meski suasananya sunyi, dia bisa merasakan bahwa di bawah suasana sepi hutan yang dipenuhi dengan suatu aroma ini, tidak ada hal lain selain pemandangan yang hanya seperti itu.

Berdasarkan pada indra tajam yang dimilikinya, Rey menemukan bercak darah di antara rerumputan.

Dia mengikuti jejak darah itu, memasuki bagian lebih dalam hutan. Akhirnya, di belakang kayu yang tersembunyi, dia menemukan seekor anjing yang seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bulu berwarna putih, seputih salju.

Anjing putih itu tidak bergerak sama sekali, di punggungnya ada lubang luka yang dalam dengan darah segar menetes di bulu putih saljunya.

Pada pengamatan yang pertama, tampaknya anjing putih itu memiliki luka gigitan yang parah di punggungnya. Lukanya sudah mulai terinfeksi dengan nanah, bila ditunda lebih lama lagi akan semakin mengurangi kesempatan hidup anjing itu.

Rey menarik nafas dalam-dalam saat dia dengan hati-hati melangkah menuju anjing putih itu.

Merasakan ada gerakan, mata tertutup anjing putih itu seketika langsung terbuka lebar, bersiap dengan waspada saat dia menatap setiap gerakan yang Rey buat.

Saat dia melihat Rey berjongkok, anjing putih itu menampakkan taringnya dan menggeram memperingati. Anjing itu berusaha keras berdiri untuk mendaratkan serangan fatal pada Rey, tapi si pria dengan lembut mengelus dahi anjing itu.

Next chapter