webnovel

Bagian 3

Fokus Rey pun berpindah dari wajah cantik wanita itu ke pemuda di sebelahnya yang meraih tangan kirinya. Pemuda itu memiliki wajah yang imut meskipun dirinya adalah seorang lelaki. Pemuda itu memiliki rambut panjang sebahu berwarna pirang menghiasi wajahnya. Bulu matanya yang berwarna pirang seperti rambutnya bergetar karena menahan air mata, membingkai matanya yang berwarna sapphire menatap Rey dengan khawatir. Bibirnya yang tipis berwarna pink pun terkatup menahan isakan tangisnya.

Saat kesadarannya telah penuh menangkap apa yang terjadi, dengan cepat dia menarik kedua tangannya.

"Siapa kalian?" Tanyanya. Dia terkejut karena suaranya kini menjadi lebih berat daripada sebelumnya.

"Apa maksudmu siapa kami? Kami adalah para selirmu. Apa yang terjadi? Mengapa kamu seperti ini?" Ucap seorang pria yang berdiri tegak di hadapannya. Kini dia tersadar, ada 12 orang yang mengelilinginya. 6 lelaki dan 6 perempuan, semuanya mengelilingi dirinya dengan wajah khawatir, meskipun ada satu lelaki yang menutupinya dengan wajah dingin.

"Selir?" Tanya Rey dengan ragu. Dirinya kini memaksa bangkit meskipun rasa pening mendera kepalanya. Ditatapnya sekeliling ruangan itu dan menemukan kaca besar seukuran kurang lebih dua meter. Dihampirinya kaca besar itu dan dengan segera dirinya menjadi tertegun.

'Siapa pria itu?' Dengan pelan, diangkatnya tangan kanan Rey dan menyentuh kaca itu. Di hadapannya adalah seorang pria paruh baya yang tampan. Tingginya sekitar 190cm. Matanya berwarna merah ruby, hidungnya mancung tajam, bibirnya tipis dengan rahang yang tegas. Wajahnya dibingkai dengan rambut berwarna hitam gelap. Tubuhnya tegap dan berotot dilapisi dengan kulit berwarna putih pucat. Si 'adik kecil' yang terkulai lemas pun terlihat sangat besar dan panjang meskipun dalam mode 'tidur'.

"Astaga, ini aku?" Ucapnya ragu.

"Apa maksudmu ini kamu? Felix, cepat panggilkan Dokter Brian. Sepertinya kepala Rey terbentur lantai saat dia tidak sadarkan diri." Ucap pemuda dengan wajah dingin itu.

"Baik Tuan." Terdengar suara dari balik pintu menjawab perkataan pemuda itu.

Pandangan Rey kembali fokus pada tubuhnya di balik cermin. Dia tersadar jika ada bekas luka tusukan di perut dan banyak sekali bekas luka tusukan di dadanya. Dia teringat jika dia mati dibunuh oleh Lily, mantan pacarnya dulu. Tidak, sebenarnya bukan mantan. Dialah yang menghilang tanpa kabar kepada Lily semenjak kejadian kecelakaan yang terjadi pada keluarganya hingga bisa menewaskan semua anggota keluarganya.

Di saat dia terfokus pada bekas luka tusukan di perutnya, wanita berambut cokelat gelap itu kembali menggenggam tangannya.

"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Tanya wanita itu dengan nada khawatir.

Rey kembali fokus pada dada besar wanita itu. Dada itu begitu besar dan sekal. Di setiap kali wanita itu bergerak, gumpalan daging itu akan bergerak-gerak dengan seksi. Tanpa disadarinya, 'si kecil' mulai terbangun karena fantasi-fantasi yang berputar di kepala Rey.

Lelaki dingin di sebelahnya pun menyadari kalau 'si kecil' milik Rey mulai terbangun.

"Apa kamu belum cukup puas dengan yang semalem, Rey?" Ucapnya dengan senyum tipis yang menggoda.

Rey menatapnya melalui cermin. Pria itu berumur sekitar 30an lebih muda dari Rey yang sekarang. Tubuhnya tidak jauh kekar dari miliknya saat ini. Meski tingginya melebihi Rey, ada kesan lembut di wajahnya yang dingin itu. Matanya yang hitam kelam menatap tajam pada Rey. Matanya yang tajam itu menghiasi wajahnya yang terkesan tegas tetapi lembut. Wajahnya sangat maskulin seperti wajah Rey sekarang. Rambut ikalnya yang berwarna abu-abu begitu kontras dengan kulitnya yang agak kecokelatan, tapi tidak mengurangi kesan pria se*si di mata Rey.

Ya, Rey dari dulu adalah bise*s. Dia menyukai pria dan wanita mana pun yang menurutnya se*si dan menarik di matanya.

"Bisakah kalian jelaskan apa yang terjadi di sini?" Ucap Rey membalikkan badan dan kembali menatap mereka.

"Kami akan menjelaskannya nanti setelah kami menidurkan 'adik kecil' mu itu sayang." Ucap wanita berambut cokelat itu.

"Apa maksud...?" Sebelum pertanyaannya selesai diucapkan, wanita itu menarik tangannya ke arah ranjang besar yang ada di kamar itu.

"Tunggu, apa yang kamu lakukan." Ucap Rey saat dia di dorong wanita itu ke atas ranjang dan terduduk di pinggir ranjang.

"Apa lagi, sayang? Tentu saja aku akan menidurkan 'adik kecil' mu yang menggemaskan ini" Ucapnya sambil menggenggam 'adik kecil' ku dengan tangannya yang ramping itu.

"Baiklah, sekarang adalah giliranmu, Alicia. Jangan lupakan Yuki juga. Lihat, dia seperti anjing yang tidak dihiraukan oleh pemiliknya." Ucap pria berwajah dingin itu.

"Damian!!" Bentak Yuki, si pemuda imut berambut pirang itu.

"Ya ya. Tentu saja." Ucap Alicia enteng. Alicia tidak begitu mendengarkan perkataan Damian. Tangannya sibuk meraba tubuh Rey dengan sensual. Alicia segera mendorong tubuh Rey agar terlentang di atas ranjang. Dengan gerakan menggoda, Alicia segera memanjat tubuh Rey yang separuh terlentang dengan kaki menggantung di sisi ranjang.

Yuki dengan malu-malu duduk di sisi Rey, dan dengan pelan mulai menggenggam si 'adik kecil' dengan lembut. Terlihat sepuluh orang lainnya termasuk Damian menyingkir dengan menyibukkan diri mereka di setiap sudut ruangan. Hanya Damian yang duduk menghadap ranjang dengan kakinya yang menyilang dan tangan yang di llipat ke dada, menatap Rey dengan tajam.

Kini fokus Rey terpaku pada Alicia yang mencium bibirnya dengan ganas dan tangannya yang meraba dada Rey dengan sensual. Yuki kini mulai menggerakkan tangannya di bawah sana. Semakin lama semakin cepat hingga akhirnya si 'adik kecil' benar-benar terbangun. Terlihat jika si 'adik kecil' kini berdiri dengan gagahnya. Begitu besar dan urat-urat pun memenuhi si 'adik kecil'.

Rey tersentak saat merasakan perasaan hangat pada 'adik kecil' nya. Diliriknya Yuki yang berada di bawah sana. Yuki mengulum si 'adik kecil' dengan lembut. Pelan tapi pasti, lama kelamaan sedotan Yuki pun semakin kuat. Ketika dirasanya sudah cukup, Yuki membalikkan badannya memunggungi Rey dan Alicia. Dibukanya celana dia hingga lutut, dan terlihat Yuki memasukkan jarinya sendiri ke lubang pantatnya. Dengan desahan pelan, dia perlahan memijat lubangnya agar bisa memasukkan si 'adik kecil'.

Sementara, Alicia kini memberikan kode pada Rey agar menghisap dadanya. Rey pun yang tidak tahu sejak kapan Alicia membuka pakaiannya, dengan segera meremas dada Alicia dan memasukkan dadanya ke mulutnya. Diemutnya put*ing milik Alicia dengan rakus. Sedangkan tangan satunya memilin put*ing milik Alicia satunya. Alicia kini pun mengeluarkan desahan nikmat karena dadanya dimainkan oleh Rey.

Kini Rey merasakan desakan sempit di bagian 'adik kecil' nya. Diliriknya ke bawah, ternyata Yuki sedang berusaha memasukkan 'adik kecil' ke dalam lubangnya yang sempit itu.

Next chapter