webnovel

Episode 15: Khilaf

Sungguh tidak dapat Iwan bayangkan apa yang ada dipikiran Nita, adik tirinya seperti seseorang yang tidak dia kenal.

"Apa yang kamu lakukan, astaghfirullah?"

"Mas?"

"Nyebut kamu Nita!"

Iwan dikagetkan dengan Nita yang tiba-tiba tertunduk diam seolah dia menyesali perbuatannya, Iwan yang iba lantas memberikan selimut dan hendak mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai.

"Maaf mas, Nita khilaf."

"Kamu itu kenapa atau jangan-jangan kamu?"

"Iya mas, Nita sering kaya gini sama pacar Nita. Tapi gak sampai masuk itunya."

"Astaga Nita, gimana kalau ibu sama bapak tahu. Terus kamu mau apa sampai buka pakaian kamu?"

"Maaf sebelumnya mas, Nita sebenarnya sudah biasa kalau gesek-gesek sampai keluar."

"Astaghfirullah."

Iwan sangat kecewa akan kelakuan Nita yang jauh dari kata muslimah.

"Kamu sama pacar kamu saja kalau mau melakukannya lagi!"

"Nita udah gak punya pacar mas, atau mas mau Nita sama lelaki sembarangan?"

"Gak gitu Nita, kamu tuh harus tahan."

Nita menangis dan semakin membuat Iwan bingung saja.

"Sudah-sudah kamu pakai pakaian kamu!"

Tiba-tiba saja Nita merangkul Iwan dan menindihnya.

"Nita, apa yang kamu lakukan?"

"Sebentar saja mas, cuma gesek-gesek doang."

"Gak Nita!"

Iwan memejamkan matanya karena celana pendek yang dia pakai kini telah tergesek-gesek oleh vagina Nita yang masih terbungkus celana pendek tipis.

"Sebentar saja mas, Nita pingin keluar."

"Astaga Nita, gak harus gini Nita."

Nita tidak menggubris omongan Iwan dan semakin aktif saja menggoyang tubuhnya sehingga membuat penis Iwan mau tidak mau berdiri tegak.

"Ahhh..."

Tanpa sadar Iwan mengerang karena gesekan yang dilakukan oleh Nita, tentu saja itu membuat Nita semakin semangat.

"Mas, Nita mau yang lain."

Iwan melotot seolah tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Nita.

----

Piring pecah tiba-tiba saja terjadi di dapur Yani, waktu menunjukkan jam 20.30 malam, sontak Bagas yang ada di kamarnya menghampirinya.

"Ada apa dek?"

"Cuma piring pecah pak."

"Ohh, kirain ada apa."

Tiba-tiba saja Rudi datang menghampiri mereka berdua dan mengadukan nasibnya kepada Bagas, tentu saja Yani bingung karena gak ada angin gak ada hujan Rudi datang seperti itu.

Sampai Bagas mendekatkan wajahnya pada wajah Rudi dan tercium aroma alkohol dari mulutnya.

"Kamu itu lagi mabuk Rud."

"Saya gak mabuk pak, cuma saya stres sama Laras yang gak nganggap saya sebagai suaminya."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Terus siapa Seno itu?" Tiba-tiba saja Yani tertarik.

"Seno itu saudara saya yang pacaran sama Laras, tapi saya gauli Laras duluan. Gimana keren gak pak Bagas?"

Bagas geleng-geleng kepala dengan pengakuan Rudi yang ada dalam keadaan mabuk.

"Oh, jadi mas Rudi perkosa mbak Laras gitu? Yani semakin tertarik.

"Iya Yan, mirip yang aku lakukan sama kamu pas hujan kemarin."

Mata Yani melotot dan tentunya Bagas pun ikut terkejut karena kini dia tahu kalau Yani sudah ditiduri oleh Rudi dan Wahyu.

"Mas Rudi ngomong apa sih?"

"Kamu jangan pura-pura lupa Yan, sampai Maghrib lho kita lakukan."

"Dek Yani?" Bagas terheran dengan yang terjadi sekarang.

----

Nita nampak sudah bugil dibarengi Iwan, mereka kini tanpa busana satupun.

"Awas masuk mas!"

"Sebaiknya cepetan kamu keluarkan, mas gak mau lama-lama!"

Iwan tidak habis pikir Nita minta main gesek kelamin, lebih gilanya dia meminta untuk tanpa busana karena mereka hanya berdua di rumah itu.

"Mas, penis kamu udah basah tuh!"

"Ya terus mau kamu gimana?"

"Masukin mas kepalanya aja!"

"Ogah, cepat kamu gesek dan jangan macam-macam."

Tiba-tiba saja Anita mencium bibir Iwan bahkan memasukan lidahnya, sontak itu membuat Iwan kaget dan melepaskan ciumannya.

"Ini udah gak bener Nit, kalau kamu masih nekat minta yang lain mas bakalan perkosa kamu."

"Hah perkosa? Mau dong!"

Nita begitu bahagia dengan perkataan dari Iwan, dirinya kini mulai berani semakin menggesekkan penisnya Iwan kepada lubang vaginanya.

"Mas udah bilang jangan gitu!"

"Katanya mau perkosa aku, aku siap nih."

"Mas udah gak tahan lagi."

Iwan balikan tubuh Nita sehingga kini dia ada dibawah tubuhnya, terlihat dua hutan rimba yang siap bersatu untuk menimbulkan suara kenikmatan.

"Ayo masukkan mas, Nita sudah siap!"

"Apa yang dimasukkan?"

Nita tersadar dari lamunannya, terlihat dirinya masih memakai pakaian lengkap dan masih memijit punggung Iwan.

"Dah ah Nit, pijitan kamu gak enak. Enakan pijitan Yani, haha... Dah ah pergi sana tidur."

Nita cemberut dibandingkan dengan Yani yang notabene adalah istri sah dari Iwan.

----

Wahyu dan Rani masih terdiam tanpa kata, mereka seolah canggung dengan pasangan yang sempat mengisi kekosongan mereka saat sendiri.

Rani masih ingat betul betapa bahagia dirinya dengan uang yang diberikan oleh Teddy, persetubuhan menjadi pelengkap hubungan mereka. Begitu juga dengan Wahyu yang selalu ingat akan tubuh Yani serta pelayanannya yang begitu tulus, senang rasanya ketika melihat Yani tersenyum usai bersetubuh dengannya.

"Kamu kenapa kembali?" Tiba-tiba saja Wahyu bertanya.

"Memang gak boleh?" Rani agak tersulut emosi saat ada pertanyaan dari Wahyu.

"Bukan gak boleh, mas cuma nanya aja."

"Kamu masih mau menikmati tubuh Yani hah? Sadar kamu itu mas, bentar lagi juga dia bakalan sadar kalau mau tidur sama kamu adalah kesalahan besar."

"Lah, dia menikmati penis aku. Apa kamu pikir penis selingkuhan kamu lebih besar dari aku?"

Sebenarnya dalam hatinya jelas Rani mengakui kalau penis Wahyu lebih besar dibandingkan punya Teddy, bahkan bisa dibilang penis Wahyu adalah yang terbesar dan berotot dibandingkan dengan lelaki lain yang ada di kontrakan milik Toto.

"Apa sih kamu mas ngomongin penis segala, jijik tahu?"

Rani ke dapur dan hendak memasak, tapi samar-samar dia dengar suara rintihan dari sebelah dinding tepat di dapurnya.

"Ahh... Terus mas!"

Rani geleng-geleng kepala kepada Laras yang mau juga dientot oleh Rudi, padahal setahu dia Laras enggan untuk beradu kelamin bersama Rudi.

"Kamu sudah kunci pintu depan kan?"

"Sudah mas!"

"Laras, Laras, suka juga kamu dientot Rudi." Gerutu Rani.

"Langsung dimasukkan mas? Ini kan lagi berdiri, nanti di kasur saja."

"Gak tahan aku."

Rani yang hendak memasak tepuk jidat tak kala tidak ada garam ataupun bumbu yang lainnya, maka dia keluar dan melihat kalau pintu kamar Yani masih terbuka.

"Permisi mbak?"

Rani terperangah ketika melihat Rudi sedang teler di rumahnya, disana juga terdapat Bagas.

"Ada apa mbak?"

"I...ini mbak Yani, saya mau minta garam sama penyedap rasa."

"Oh, ayo masuk! Ambil saja yang mbak Rani butuhkan."

Rani menelan ludah dengan kegilaan Laras, dia tidak menyangka kalau seorang Laras pun sanggup berselingkuh. Maka dalam hatinya timbul pertanyaan dengan hijab dan kerudung yang selama ini mereka pakai.

Apa yang dipikirkan oleh Rani tidak salah, karena jelas di area kontrakannya hampir semua melakukan tindakan perselingkuhan.

"Mas Rudi kenapa disini?" Tanya Rani.

"Tadi dia mabuk, terus dia bilang kalau pintu rumahnya dikunci. Jadi gak bisa masuk." Jawab Bagas.

Rani menganggukkan kepalanya, kemudian dia pamit untuk membuat telur ceplok yang akan disuguhkan untuk Wahyu.

Ketika sampai di kontrakan buru-buru dia menuju dapur, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Enak mas, terus mas! Kenapa sih dulu kita gak melakukan ini mas Seno?"

"Iya, mas juga menyesal."

"Seno?" Batin Rani.

Next chapter