webnovel

Awal Kutukan

"Sejak Reiji mengalami kutukan menjadi kucing, semua yang kita alami memang tidak masuk akal, Yu!" Siji berucap pada adik kembarnya, Yuji dan Reiji. Mereka bertiga kembar identik putra pasangan dari Tuan Yudha Pradhika dan Nyonya Ayana Hayashi.

"Memangnya ketika kau berada di bangunan kuno itu, apa yang kau lakukan sih, Rei? Kenapa bisa dikutuk menjadi kucing, coba?"

Yang Yuji bahas adalah tentang kutukan yang dialami adiknya.

"Pas itu, Rei diajakin temannya Chandra, Bang Yu. Namanya itu adalah Eric. Saat itu, Reiji kelabakan nyariin Bang Yuji yang diculik oleh Chandra." Reiji, si bungsu bercerita.

"Lalu, kenapa kau tiba-tiba bisa kenal sama temannya Chandra sih, Rei?!" Yuji, putra kedua keluarga Pradhika yang menyahut.

"Begini ceritanya, Bang!" Dan Reiji mulai bercerita tentang asal mulanya bagaimana dia bisa dikutuk menjadi kucing dan terjebak di gua yang penuh bayi monster untuk mematahkan kutukan tersebut.

Siji dan Yuji mulai memasang kedua kuping mereka. Lagipula, selain melamun tidak ada yang mereka lakukan selama beberapa hari ini. Mereka bertiga terjebak di dalam gua yang berada di dalam perut gunung, yang tidak memiliki jalan keluar satu pun. Ada lubang, tapi hanya sebesar belut.

Lalu, Reiji mulai bercerita dari awal bagaimana dia bisa berubah menjadi kucing dan berakhir terjebak di perut gunung ini.

"Hallo?!" ketus Reiji yang saat itu kesal karena tidak juga menemukan Yuji yang disekap oleh Chandra.

"Ah, Hallo? Ini nomor Reiji Pradhika, 'kan?"

"Iya, ini memang Reiji. Hmm ... siapa, ya?"

"Ah, hai, Rei! Aku Eric anak kelas 10-C. Kita satu angkatan di HIS."

"Hmm ... dari kelas lain?"

"Iya, Rei. Kita pernah bertemu beberapa kali saat di kantin dan saat pertandingan sepak bola antar kelas."

"Baiklah, mungkin aku memang lupa dengan yang mana yang namanya Eric. Tapi, ada apa ya, Eric? Dapat dari mana nomorku?"

"Aku dapat nomormu dari Dudung, Rei."

"Ah, ternyata kau kenal Dudung juga? Berarti memang kita satu sekolahan, dan maaf kalau aku lupa yang mana dirimu, ya?"

"Iya, tidak apa-apa kok, Rei. Aku memang sering dilupakan. Sangat berbeda dengan Pradhika's Triplet yang sudah terkenal di seluruh HIS itu."

"Yaaa ... kok kamu malah baper sih, Ric?"

"Iya, soalnya tidak ada yang menandingi kepopuleran Pradhika's Triplet di HIS."

"Ah, kau bisa saja, Eric. Oh iya, ada perlu apa, ya? Tumben sekali nelpon? Setelah ini, aku akan menyimpan nomormu ini."

"Rei, kau tidak apa-apa, 'kan?"

"Iya, tidak apa-apa. Memangnya kenapa?"

"Soalnya, aku merasa jika sikap Chandra beberapa hari ini aneh. Kami satu grup breakdance, Rei. Aku dan Chandra juga tinggal satu komplek. Jadi, aku cukup kenal dengannya meski kami tidak satu sekelas di sekolahan."

"A-apa?! Kau kenal Chandra, Ric?!" pekik Reiji sambil berdiri.

"Iya, tentu saja, Rei. Sudah kubilang jika kami itu satu tim breakdance. Saat latihan, seringkali Chandra menyatakan kekagumannya pada Pradhika Triplet. Jadi, aku takut jika anak yang kurang normal itu sampai berniat mencelakai kalian. Dia itu anak yang nekad. Bahkan, teman satu kompleks sini pernah sampai buta waktu berkelahi dengan Chandra."

"Eric? Kau tahu di mana rumahnya Chandra?"

"Tentu saja tahu, Rei. Sudah kubilang jika kami itu satu kompleks, bukan?"

"Jika kau tidak keberatan, aku minta alamat rumahnya Chandra, Ric! Bang Yuji sedang hilang, dan tersangka utamanya itu adalah Chandra. Aku ingin menggeledah rumahnya, bisa jadi Bang Yuji disembunyikan di rumahnya Chandra."

"Apa?! Kau serius, Rei? Maksudmu Chandra sudah menculik Yuji? Berarti Chandra itu sudah keterlaluan. Jika kau mau, aku bisa menjemputmu, Rei. Kebetulan, aku sedang berada di sekitar kompleks rumahmu saat ini," tawar Eric dari seberang telepon.

"Baiklah, aku akan tungguin kamu di depan rumahku, Ric. Kebetulan di rumah juga sedang tidak ada kendaraan."

***

DIINN! DIINN!

Suara klakson dari mobil yang berhenti di depan gerbang kediaman Pradhika.

Reiji berlari menuju gerbang dan kini berada di sebelah pintu mobil Jeep hitam itu.

Seseorang menyembulkan kepalanya dari dalam mobil.

"Rei, ini aku Eric, yang menelponmu tadi," ucap sosok remaja yang berhidung bangir dan berparas seperti orang dari negeri Bharata. Kulitnya sedikit gelap.

"Cepat sekali kau sampainya, Eric? Padahal, baru beberapa menit tadi kita telponan."

"Itu karena aku memang berada di sekitar sini, Rei. Jadi, hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke rumahmu ini." Eric menjelaskan.

"Ooh ... begitu?"

Eric membuka pintu mobil untuk Reiji.

"Sekarang masuklah ke mobil, Rei! Aku akan menunjukkan padamu di mana rumah Chandra, dan di mana-mana saja tempat yang biasa didatangi Chandra."

Tanpa pikir panjang, Reiji langsung masuk dan duduk di sebelah kursi kemudi. Mobil mereka langsung melaju dengan kecepatan standard.

***

Mobil Jeep hitam yang ditumpangi Reiji dan Chandra itu berhenti di depan sebuah bangunan yang sepertinya telah lama tak dihuni. Sebagian besar temboknya menghitam dan berlumut. Sekelilingnya juga ditumbuhi tanaman menjalar. Semak belukar memenuhi halaman gedung ini.

Reiji keluar mobil. Pemandangan yang pertama ia lihat hanya gedung tua dikelilingi semak dan pohon rindang di sekitarnya. Di sebelah bangunan utama ada gubuk besar, mungkin paviliun, pikirnya.

"Kau serius ini rumahnya Chandra, Ric? Ini bukannya hanya bangunan kuno yang tak berpenghuni gitu, ya? Apa jangan-jangan Chandra itu sebenarnya penyihir?" racau Reiji pada teman barunya, Eric.

"Ini adalah bangunan milik keluarga Mehendra, keluarganya Chandra. Jadi, aku yakin pasti Yuji sedang disekap di sini, Rei." Eric menyahut.

Reiji melihat Eric berjalan mendekat ke gerbang, yang besinya sudah berkarat. Eric berjalan mendahului Reiji. Reiji yang tidak tahu harus berbuat apa, tapi sudah terlanjur ke sini pada akhirnya mengikuti langkah Eric. Ia belum menaruh curiga.

Di depan gerbang besi berkarat itu, ada papan nama kayu yang penuh dengan debu.

Reiji ikut mendekat. Dia dan Eric membersihkan papan nama tadi. "Istana Terkutuk," ucap Reiji ketika tulisan di papan nama sudah dapat dibaca. Reiji langsung mengernyit. "Bukannya kau bilang tadi jika ini kediaman lama Mahendra, huh?" sentak Reiji.

"He'em." Eric mengangguk. Eric memandang sejenak papan nama tersebut. Ia tersenyum singkat. Entah apa yang teman baru Reiji itu pikirkan. "Ini memang disebut Istana Trrkutuk, tapi bangunan ini memang milik keluarganya Chandra, Keluarga Mahendra," sambung Eric menjelaskan.

"Kau yakin ini tempatnya, Eric?"

Bersambung ....

Next chapter