webnovel

Tiba Kembali di Toko

Semburan api besar seketika muncul membakar Lesser Earth Dragon dan lingkungan di sekitarnya. Api itu begitu besar membuat hawa panas terasa melelehkan kulit mereka yang berada di belakang Cien.

Sravati, Ian, dan Legia melihat warna merah jingga menyala di depan mereka. Mulut mereka menganga tidak mampu berucap.

Mereka tidak menyangka kalau Cien dapat mengeluarkan sihir sekuat itu. Melihat api yang masih berkobar, identitas Cien menjadi semakin misterius di benak Sravati dan lainnya.

Legia yang tertegun melihat Lesser Earth Dragon yang terbakar mengerang kesakitan serta merta mengingat rekannya, Jamie, yang seharusnya masih berada di area depan sana.

"! Jamie!"

Legia langsung panik, tanpa pikir panjang dia hendak bergerak ke dalam kobaran api mencari rekannya. Namun, tangan Cien menggenggam pundak perempuan tersebut dan menariknya kembali.

"Tidak, Jamie… dia masih ada di sana!"

"... apa yang kau bicarakan? Dia ada di sana…" tukas Cien, menunjuk ke sisi kanannya, tepatnya ke semak-semak tinggi di mana terdapat seorang lelaki tak sadarkan diri berbaring di sana.

"...huh? Jamie!"

Melihat rekannya itu, Legia langsung berlari menghampiri. Dia memeriksa keadaan Jamie yang telah terluka parah. Beberapa tulang rusuknya telah remuk, dan tulang belakangnya pun tampak retak.

Cien di lain pihak, setelah melihat kalau Lesser Earth Dragon telah mati. Dia melayangkan sihir berikutnya, untuk memadamkan api yang dibuatnya.

Cien sebenarnya enggan memakai Fire Glove karena tahu kalau dampaknya akan sangat fatal terhadap ekosistem hutan. Namun, karena monster kali ini terlalu berbahaya, dia terpaksa menggunakannya.

Setidaknya dia tetap harus berusaha, meminimalisir kerusakan yang diciptakannya.

Sebuah lingkaran sihir pun muncul di langit.

"[Rain]."

Lingkaran sihir itu pun berubah menjadi kumpulan awan mendung yang semerta menurunkan rintik air hujan, yang secara perlahan memadamkan api di bawahnya.

Usai mengurus api, Cien pun berjalan ke tempat Legia dan Jamie berada. Dia memperhatikan keadaan lelaki yang terbaring tidak berdaya di sana.

Sebelumnya, sesaat sebelum Cien melepaskan sihir [Ignite], dia telah sempat melirik Jamie yang merangkak susah payah ke lokasinya saat ini. Oleh karena itulah, Cien dapat melepaskan sihir tanpa perlu memikirkan akan membakar lelaki itu di dalamnya.

Namun, setelah melihat kondisi Jamie saat ini. Cien semakin yakin kalau mereka harus segera sampai ke tokonya. Kondisi Jamie saat ini terbilang kritis, bila tidak segera ditangani maka nyawanya akan segera menghilang.

Saat ini Cien tidak memiliki Healing Potion karena telah dia jual semuanya di Wynteria. Namun, bila sampai di tokonya, masih terdapat dua Healing Potion di sana. Cien tahu betul kalau kemanjuran Healing Potion dari aplikasinya lebih hebat daripada yang beredar di Kastia.

Bahkan saat ini pun, Cien bisa melihat Legia mengalirkan Healing Potion ke luka yang ada di tubuh Jamie, namun bisa dilihat kalau potion itu kurang ampuh untuk mengobati luka atau tulang Jamie yang hancur.

Tidak berangsur lama, api pun padam. Di depan sana, Cien dapat melihat sekitar sejauh seratus meter telah habis menjadi abu. Tidak ada satupun batang pohon tersisa di area yang terbakar.

Untuk Lesser Earth Dragon itu sendiri, hanya tersisa beberapa tulang, taring dan cakar yang masih utuh. Daging dan yang lainnya telah habis terbakar. Cien agak menyayangkan material langka yang hilang di depannya. Tapi apa mau dikata, kalau ada pun, dia tidak mungkin bisa mengangkutnya.

Cien mengambil seluruh sisa material yang tersisa dari Lesser Earth Dragon. Jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tidak menyusahkannya.

Setelah itu, dia pun kembali mengajak Sravati dan yang lainnya untuk melanjutkan perjalanan.

Cien dapat melihat kegugupan dari Ian dan Putri Sravati yang tidak bisa menatap matanya secara langsung. Cien mengerti karena keduanya mungkin merasa bersalah karena berniat meninggalkan dia dan Legia.

Cien tidak berniat mempermasalahkan itu, dia pun tidak berniat untuk memberitahukannya ke Legia. Baginya, pertikaian di Death Valley bukanlah hal yang bagus. Biarlah kedua orang itu, Sravati dan Ian, bicara sendiri dengan Legia dan meminta maaf sendiri.

Kalau tidak pun, dan keduanya berniat memendam di dalam diri mereka sendiri. Itu bukan masalah. Cien tidak peduli, dia paling hanya mempertanyakan akan moral keduanya.

Kali ini perjalanan ke toko bisa dibilang lancar tanpa ada hambatan. Cien yang sudah veteran di Death Valley, dapat memprediksi setiap bahaya yang akan datang dan dengan mudah menghindarinya.

Tidak ada anomali seperti Lesser Earth Dragon yang mereka temui. Dan sekitar empat jam kemudian, mereka pun tiba di depan toko.

Ketiga orang yang masih sadar, Sravati, Ian dan Legia benar-benar tidak percaya kalau toko yang dikatakan oleh Cien memang benar adanya.

'Dia benar-benar tinggal di tempat seperti ini?' Pikir Ian.

'Toko di Death Valley memang sungguhan… hanya saja, kenapa Tuan Millard mendirikan toko di tempat seperti ini? Apa dia seorang pertapa?' Pikir Sravati yang tidak bisa melihat keuntungan akan sebuah bisnis di tempat antah berantah yang tidak akan ada pengunjungnya.

Sedangkan Legia…

'Toko Kirana…'

Melihat nama toko dari plang kayu yang menggantung di atap teras toko. Membuatnya sedikit tertegun. Mungkin ini memanglah takdir. Hanya itu yang ada di benak Legia setelah sadar dari lamunannya.

Nama toko itu sama seperti nama atasan yang dilayaninya, Kolonel Kirana Kataleya.

Mungkin nama Kirana adalah nama keberuntungan baginya. Itulah yang ada di pikiran Legia. Dia sama sekali tidak menghubungkan Cien dan atasannya itu memiliki hubungan khusus. Karena baginya tidak aneh terdapat dua nama yang sama. Setidaknya untuk saat ini.

Cien membuka kunci pintu toko lalu menyuruh ketiganya untuk masuk.

Sravati dan yang lainnya masuk dengan agak segan. Melangkah masuk, mereka kemudian dapat melihat tata ruang toko yang rapi dan bersih. Saking bersihnya, hampir seluruh etalase dan kabinet yang ada di depan mereka kosong melompong.

Hanya terdapat beberapa ramuan yang berjajar di salah satu rak, dan beberapa tombak kayu di satu pojok rak toko. Oh, dan sebuah great sword yang terpajang di belakang etalase di depan mereka. Selebihnya, tidak ada apa-apa.

"..."

Hal ini membuat ketiganya sulit untuk berkata. Atau mungkin mereka seharusnya sudah sadar kalau inilah ekspektasi yang harusnya mereka miliki.

Bisnis di Death Valley tidak akan melambung seperti di kota bahkan desa. Jadi ekspektasi mereka akan toko yang penuh akan barang seharusnya tidak pernah ada sama sekali. Pada akhirnya mereka hanya bisa tersenyum kaku.

Cien yang melihat reaksi ketiganya, tahu betul apa yang mereka pikirkan.

"Asal kalian tahu saja. Toko ini tidak sekosong ini sebelumnya. Berbagai barang lain sudah terjual di Wynteria, dan aku baru saja kembali dari sana. Jadi rak dan etalase belum diisi kembali."

Ujar Cien yang memberikan dalih agar tokonya tidak terlihat menyedihkan. Walau barang yang dijualnya tidak sebanyak sehingga bisa memenuhi seluruh rak, namun setidaknya alasan yang diberikan adalah fakta. Sehingga Cien tidak merasa kalau dirinya berbohong.

"Wynteria!"

Putri Sravati yang mendengar alasan Cien semerta terkejut mendengar nama kota tempat rumahnya berada disebutkan oleh sang pemilik toko.

"Aah… yup, Wynteria. Aku baru saja kembali setelah ikut meramaikan festival di sana."

"! Ba-bagaimana keadaan di sa-"

"Hap!" Cien langsung memotong perkataan sang putri. Dia lalu menunjuk ke lantai atas.

"Obati dulu luka-luka kalian. Kita bisa bicara soal ini nanti setelah rekan kalian itu melewati situasi kritis," ujar Cien yang lalu menunjuk ke Jamie yang berada di pelukan Legia.

Cien lalu berjalan mengambil Healing Potion di rak, berniat menyerahkannya ke Legia. Tentu saja dia tidak berniat memberikannya secara gratis.

Namun sebelum dia sempat bernegosiasi dengan Legia. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

Knock knock

"Hmm?"

Cien memiringkan kepalanya agak bingung, sebelum akhirnya sadar kalau masih ada orang lain yang tinggal di sekitar sini.

"Masuk!" titah Cien.

Pintu pun terbuka memperlihatkan seorang pria di baliknya.

Melihat kalau ada manusia lain yang datang mengagetkan Sravati dan rekan-rekannya karena jauh dari pikiran mereka. Ternyata ada orang yang benar-benar mengunjungi toko di Death Valley.

"Pengunjung!" Ujar ketiganya secara bersamaan.

"..."

Next chapter