webnovel

32. Menyatakan Cinta

"Aku hanya ingin memperkenalkan diriku yang sesungguhnya padamu, Diona. Dan aku ingin menyampaikan hal lain padamu." Kata Avery.

"Emm.. baiklah. Katakan saja.."

"Bisakah kuda kita dikaitkan pada pohon di pinggir lapangan? Kurasa, tidak nyaman berbicara dengan posisi seperti ini."

Diona mengernyitkan dahinya. Merasa aneh dengan perlakuan Avery. Namun gadis itu mengangguk saja dan mengikuti Avery yang menuntun kudanya menuju pohon rindang yang berada di pinggir lapangan berkuda.

Diona juga mengaitkan tali kuda pada salah satu pohon dan mengatakan pada kudanya bahwa harus menunggu beberapa saat.

Sedangkan Avery tampak mengatur napasnya. Lelaki itu agak gugup untuk bicara dengn Diona. Avery mengeluarkan satu kotak kue kering dari dalan tas gantung di samping perut kudanya. Lelaki itu berjalan pelan menuju Diona yang berdiri di bawah pohon apel yang beku.

Avery tersenyum saat dirinya sampai di hadapan Diona. "Aku membawakan ini untukmu. Kudengar kau sangat menyukai makanan ini."

Diona menunduk dan menerima sebuah kotak dari Avery. Gadis itu tersenyum saat menadapati banyak kue kering di dalam kotak tersebut. "Wow kue kering? Ini makanan kesukaanku. Dari mana kau tahu aku menyukai makanan ini?"

"Ah, aku hanya mendengar dari beberapa warga di sini. Aku senang kau menyukai kue kering yang kubawa untukmu."

"Terima kasih, Avery. Aku sangat menyukai kue kering. Aku akan memakan kue ini di rumah nanti."

"Baiklah.. emm, aku ingin memperkenalkan diriku yang sesungguhnya padamu. Tapi kumohon, jangan pergi saat aku selesai memperkenalkan diri padamu, Diona."

"Ah, tentu saja. Aku tidak akan pergi begitu saja meninggalkanmu. Katakanlah apa yang ingin kau katakan, Avery." Kata Diona.

Avery tersenyum. "Perkenalkan namaku Avery Frederick Fitz. Aku adalah putera mahkota dari kerajaan mutiara." Avery langsung mengulurkan tangannya pada Diona untuk mengajak bersalaman.

Setelah mendengar siapa identitas Avery yang sebenarnya, Diona tentu saja terkejut. Gadis itu hanya bisa terdiam dan mengangakan mulutnya sejenak. Tak terasa bahwa tangan kanannya sudah diraih oleh tangan kanan Avery.

"Aku memang tidak lama mengenalmu. Dan kau juga tidak lama mengenalku. Kita bertemu secara tidak sengaja di lapangan ini. Bahkan saat itu aku sedang menabrakmu saat berjalan keluar dari lapangan. Tapi selama aku mengenalmu dan kita sering berkuda bersama, aku merasakan perasaan yang lain." Kata Avery dengan yakin.

Sementara Diona kini hanya bisa menelan ludahnya dengan gugup. Gadis itu mendongak menatap Avery yang lebih tinggi darinya. Suasana terasa begitu senyap saat Diona serius mendengarkan perkataan Avery.

Avery terus menatap Diona. Lelaki itu kemudian turun dan berlutut di hadapan Diona sambil menggenggam tangan kanan Diona. "Diona, aku sudah lama menyimpan perasaan ini sendirian. Aku menyukaimu. Bolehkah aku dekat denganmu dan mengenalmu lebih dalam lagi? Ijinkan aku menjadi kekasihmu."

Tanpa diduga, Diona langsung menjatuhkan kotak berisi kue kering dari tangannya. Gadis itu juga langsung menarik tangan kanannya dari genggaman tangan Avery. Langkah kaki gadis itu perlahan mundur, menciptakan jarak jauh dari Avery.

"Kau.. kau adalah pangeran Avery yang datang saat pesta ulang tahun Puteri Ariadne? Kau.. kau selama ini menyamar sebagai warga biasa? Astaga, mengapa aku tidak menyadari bahwa kau adalah seorang pangeran? Maaf.. aku tidak bisa, pangeran.. kau---"

"Diona. Kumohon dengarkan aku. Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu, Diona. Aku menyukaimu."

"Tapi kau adalah seorang pangeran. Kau juga akan menikah dengan puteri Ariadne. Para warga sudah mengetahui mengenai kabar itu sejak beberapa bulan yang lalu. Mengapa kau tiba-tiba menyatakan cinta padaku? Kau akan mengkhianati puteri Ariadne?"

Avery kebingungan. Lelaki itu tidak bisa menjelaskan satu per satu pada Diona. Diona belum mengerti keseluruhan cerita hidupnya.

"Diona, dengarkan aku dulu."

"Tidak.. tidak bisa. Aku sebentar lagi akan menikah dengan seorang pria dari desa lain. Aku akan menikah dengan pria itu bulan depan. Pangeran, pergilah. Kembalilah ke kerajaanmu. Kumohon jangan temui aku seperti ini lagi. Ini bahaya. Maafkan aku.."

"Tidak.. Diona.. aku--"

Kalimat Avery terhenti. Lelaki itu melihat Diona yang kini sudah melepaskan tali kudanya dari pohon. Gadis itu terlihat terburu-buru ingin segera meninggalkan Avery. Salju turun semakin lebat dan suhu menjadi sangat dingin.

Diona sudah naik di atas kudanya. Gadis itu terlihat menangis saat membenarkan tudung mantel yang ia pakai. Ia memberhentikan kudanya di samping tubuh Avery.

"Maafkan aku, pangeran. Aku tidak bisa menerimamu. Bahkan aku tidak menyadari kau adalah Pangeran Avery dari kerajaan Mutiara. Maafkan aku.. pulanglah dan jangan kemari lagi." Kata Diona. Gadis itu berbicara sambil menyeka air matanya yang turun. Kemudian memilih pergi dengan kudanya dan meninggalkan Avery sendirian di lapangan.

Inilah yang Avery takutkan sejak awal. Mencintai seorang gadis desa itu tidak mudah. Banyak sekali resiko yang akan dihadapinya.

Avery tidak bisa memaksa Diona untuk mencintainya. Dan Avery kini sudah mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Diona bahkan akan menikah dengan pria lain bulan depan. Ternyata jawaban dari pernyataan cinta Avery ke pada Diona berakhir menyakitkan.

Lelaki itu terduduk lemas di atas lapisan salju yang semakin tebal. Memungut kembali kotak berisi kue kering yang ditajuhkan oleh Diona tadi. Avery ingin menangis tapi tidak bisa. Perasaannya sakit dan terasa sesak. Apakah ia juga tidak diijinkan mencintai perempuan yang ia cintai dalam hidupnya? Mengapa kenyataan selalu lebih pahit dari angan-angan?

Dengan perasaan yang sudah kacau dan hancur, Avery berdiri dan berjalan oelan menuju kudanya. Kotak yang berisi kue kering ia masukkan lagi ke dalam tas yang tergantung di perut kuda.

Dengan terpaksa Avery kembali menuju kerajaannya dengan membawa perasaan yang sangat kecewa. Menunggangi kudanya dengan cepat dan menembus hawa dingin yang menusuk kulit. Salju turun begitu lebat sehingga pandangan Avery menjadi terganggu saat mengawasi jalanan.

Sementara di sisi lain, Alice sedang berdiri di pinggir lorong kerajaan. Gadis itu mengamati salju yang turun lebat dari atas langit. Alice termenung sambil memikirkan Avery. Apakah Diona menerima cinta Avery? Apakah sekarang Avery sedang tersenyum bersama Diona? Apakah mereka berdua kini sedang berciuman di balik turunnya salju?

Rasanya terdengar sangat romantis. Namun bagi Alice hal itu sangat membuat hatinya merasa sakit. Mungkin, Alice harus merelakan Avery untuk mencintai gadis lain.

Memang benar, seorang pelayan biasa tidak akan bisa berpasangan dengan seorang pangeran tampan. Apalagi Avery hanya menganggap Alice sebagai sahabat. Bersanding dengan Avery dan menikah dengan pria itu hanyalah sebuah mimpi bagi Alice.

Meskipun Alice sebenarnya sangat percaya bahwa takdir masih bisa berubah. Jika hal itu terjadi, apakah mungkin Avery bisa terpikat padanya?

***

Next chapter