webnovel

6. Sweet Seventeen

"Puteri Ariadne memasuki gedung utama istana." Ucap seorang prajurit dengan suara yang lantang. Terdengar begitu menggema karena langit-langit atap istana sangat tinggi.

Ariadne mengangguk pada semua orang. Gadis itu tersenyum dengan manis. Auranya terpancar begitu indah. Kedua pipinya bersemu merah dan bibirnya berwarna merah muda. Kedua langkah kakinya memasuki gedung utama kerajaan. Berjalan pelan dengan gaun mekarnya yang sangat indah. Untuk menuju kursi singgasana yang mewah.

Darian masih setia. Lelaki itu tetap berada di dekat puteri Ariadne, di manapun dan kapanpun. Darian mengikuti langkah kaki puteri Ariadne dadi belakang. Kemudian berdiri tegap seperti tiang ketika Ariadne sudah duduk di kursi singgasananya.

Para pengawal, prajurit, dan juga para pelayan semuanya menunduk penuh rasa hormat pada Ariadne. Ariadne membalas bentuk rasa hormat mereka dengan berdiri dan membungkuk singkat dengan sedikit mengangkat gaunnya.

Selanjutnya, di hadapan Ariadne terpampang Elie yang berdiri dengan senyuman tulusnya dengan memegang sebuket bunga mawar merah. Di belakang Elie ada wanita bernama Meghan, tersenyum tipis dengan membawa kotak kado berukuran sedang.

Hampir semua orang berjajar seperti antrian memanjang, untuk memberikan kado atau hadiah kepada Ariadne.

"Selamat ulang tahun, puteri Ariadne yang cantik." Ucap seorang anak kecil perempuan dengan wajah bulat dan pipi yang gembul. Gadis kecil itu memberikan hadiah untuk Ariadne berupa pita rambut yang sangat cantik.

"Wow, terima kasih sayang. Kamu juga sangat cantik." Ucap Ariadne yang berjongkok dan memeluk gadis kecil itu.

Ibu dari gadis kecil itu hanya terkekeh dan merasa sedikit sungkan. Kemudian menarik gadis kecilnya untuk menjauh dari puteri Ariadne. "Maafkan anakku, puteri. Ia memelukmu terlalu lama." Ucapnya sopan.

Ariadne mengangguk saja. "Tidak apa. Dia sangat imut sekali. Terima kasih kadonya."

Gadis kecil berambut pirang itu mengangguk senang, kemudian berlalu pergi dengan tangan yanga digandeng ibunya.

Ariadne duduk kembali di kursi singgasananya. Kotak kado sangat banyak. Bahkan tidak terhitung. Hampir semua orang kerajaan memberinya kado, dan warga biasa juga memberikan kado.

Setelah sesi pemberian kado dan potong kue, semua yang hadir di pesta ulang tahun Ariadne itu langsung menikmati hidangan prasmanan yang telah disediakan.

Ya. Ini hari ulang tahun Ariadne. Sekarang dirinya sudah berumur tujuh belas tahun. Tujuh tahun sudah berlalu begitu saja dan ia lewati dengan baik. Tentu saja ia banyak belajar tata krama dari Elie. Dan belajar berkuda dengan Darian. Hanya satu yang tidak Ariadne pelajari, yaitu berperang atau bertarung.

"Selamat ulang tahun, puteri. Selamat berumur tujuh belas tahun." Ucap Darian dan berjongkok memberikan sebuah kotak kado berukuran kecil.

"Wow, kamu memberiku hadiah? Apa ini?" Tanya Ariadne yang penasaran.

"Bukalah segera."

Ariadne masih tersenyum sebentar. Memandangi kotak kado kecil berwarna keemasan. Sudah bisa ditebak bahwa isinya pasti sangat istimewa.

Dibukanya kotak kado itu dengan pelan. Langsung terpampang sebuah kalung yang sangat cantik. Kalung tersebut berbahan emas putih yang sangat langka. Pembuatannya seperti dibuat dengan tangan Darian sendiri. Liontin kalung tersebut berbentuk hati.

Tentu saja bagian liontin kalung tersebut berbahan berlian. Batu berlian itu berwarna biru shappire. Berbentuk hati dan di tengahnya terdapat ukiran huruf 'A'. 'A' untuk Ariadne.

"Ini sangat cantik Darian." Puji Ariadne dengan kedua matanya yang berbinar.

"Benarkah? Aku membuatnya sendiri. Khusus untukmu, puteri."

"Sudah kuduga. Tanganmu memang sangat kreatif sejak dulu."

"Bolehkah kupasangkan sekarang juga ke lehermu?" Tawar Darian.

Ariadne langsung menganggukkan kepalanya. Gadis itu menyibakkan rambutnya ke arah samping. Mempersilakan tangan Darian memasangkan kalung ke lehernya.

Perpaduan kalung berbahan emas putih dengan kulit Ariadne yang bersih itu sangat cantik. Di mata Darian, Ariadne jadi semakin terlihat cantik ketika memakai kalung pemberiannya. Leher Ariadne memang lama kosong tidak memakai aksesoris apapun. Jadi, Darian berinisiatif untuk memberika kalung pada Ariadne.

"Terima kasih. Kalung ini akan aku pakai setiap hari." Ujar Ariadne dengan perasaan yang sangat senang.

Darian mengangguk. "Benarkah?"

"Iya. Tentu saja. Aku tidak akan melepaskan kalung ini, Darian."

"Terima kasih, puteri. Kau sangat menghargai pemberian dariku."

"Bagaimana aku tidak menghargainya. Kalung ini sangat indah. Kamu bukan pengawalku, kamu adalah sahabatku. Jadi aku anggap kalung ini sebagai pemberian dari sahabatku."

Mengetahui perkataan Ariadne, rasanya perasaan Darian agak sakit. Dianggap sebagai sahabat rasanya ia tidak suka. Apakah Ariadne tidak menyadari bahwa dirinya menyukainya? Apakah bentuk liontin itu tidak membuat Ariadne sadar akan perasaan Darian?

"Mengapa kau menatapku seperti itu Darian?"

Darian tersentak. Karena ia melamun sejenak. "Aku minta maaf, puteri. Aku hanya terpana melihat kalung yang kuberikan begitu sangat indah saat kau memakainya." Ucapnya berbohong. Padahal ia terdiam bukan karena menatap kalung itu, namun menatap si pemakai kalung itu.

"Ah, begitu. Ada satu orang yang belum datang."

Darian mengernyitkan dahinya. "Siapa?"

"Pangeran Avery, aku sangat menanti kehadirannya sejak tadi. Minggu lalu ia berjanji padaku untuk tidak datang terlambat. Tapi, mengapa sampai sekarang ia belum datang juga?"

Ingin sekali rasanya Darian menghilang dari bumi saat ini juga. Ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Mungkin Ariadne menyukai Avery.

"Mungkin ia sedang menyiapkan sesuatu yang istimewa untukmu, puteri."

"Begitu ya?"

Darian mengangguk. "Mau kuambilkan sepotong kue?"

"Boleh. Aku belum mencicipi kueku sendiri."

Selama Darian pergi mengambilkan kue dan minuman, Ariadne memandangi suasana pesta ulang tahunnya yang meriah. Alunan musik klasik dari biola sangat nyaman. Hiruk pikuk semua orang yang menikmati hidangan itu membuat suasana acara semakin nyaman.

Ariadne duduk dengan tegap dan mengangkat dagunya. Memberikan kesan tegas bagi semua pasang mata yang memandanginya. Meghan, wanita yang usianya sudah empat puluh tahun itu hanya menatapnya dengan wajah datar. Ariadne sudah tahu sejak dulu Meghan memang tidak suka dengannya.

Bahkan Ariadne sudah ingin mengeluarkan Meghan dari istana, namun Elie mencegahnya. Dikarenakan Meghan mempunyai seorang anak laki-laki yang ikut dalam tim prajurit. Dan anak lelaki Meghan sangat pintar dalam hal memanah. Jadi, Ariadne tidak bisa mengeluarkan Meghan begitu saja dari istana. Anak lelaki Meghan mencetak banyak prestasi dan lencana dalam keprajuritan kerajaan itu.

"Pangeran Avery memasuki istana." Teriak salah satu prajurit. Suaranya sangat menggema di seluruh ruangan gedung utama istana.

Ariadne langsung berdiri ketika ia mendengar pemberitahuan itu. Dapat ia lihat dengan kedua matanya sekarang. Avery masuk ke dalam istana dan berjalan menuju dirinya dengan langkah kaki yang gagah.

Semua orang langsung melihat ke arah Avery yang sedang berjalan di atas karpet merah. Ketampanan Avery membuat semua orang sangat kagum. Semua orang saling berbisik bahwa Avery adalah jodoh Ariadne. Membicarakan bahwa ada kecocokan di antara mereka berdua.

Sementara Darian yang sedang membawa kue dan segelas minuman itu memilih terdiam di tempatnya. Enggan menuju ke sebelah Ariadne. Memilih menyaksikan dalam diam apa yang akan terjadi selanjutnya.

***

Next chapter