"Sedikit lagi! Sedikit lagi, Permaisuri!"
"Sedikit lagi! Sedikit lagi Permaisuri!" Perempuan paruh baya itu terus menginstruksikan pada wanita di depannya untuk tetap menguatkan tenaganya. Pasalnya dia sudah bisa melihat kepala bayi hampir keluar dari dalam sana.
"Kakak ipar bertahanlah! Dia tidak lama lagi akan keluar!" Perempuan cantik yang berdiri di samping wanita dengan panggilan permaisuri berseru, menyemangati Kakak iparnya untuk tetap bertahan.
"Uh! Uh! Aaaaa ...!" Permaisuri kembali mengerang, lebih kuat dari sebelumnya.
"Uh! Uh! Aku ... berapa lama lagi, Yue Xia?" Permaisuri menatap Adik Iparnya lemah. Sungguh dia sudah tidak sanggup lagi mengeluarkan bayinya dari dalam sana. Terlalu sakit dan terlalu menguras tenaga. Dia bahkan mulai kehabisan nafas lantaran sakit yang terus melanda.
"Sedikit lagi, Kak! Sedikit lagi! Kakak pasti bisa! Berjuanglah!" Putri Yue Xia menggenggam tangan permaisuri. Air matanya perlahan jatuh bersamaan dengan terbitnya senyuman.
"Tapi ... ahh, aku, aku sudah tidak sanggup lagi." Permaisuri memasang wajah buruk akibat menahan rasa sakit yang terus menyerang seluruh tubuh saat dia menarik nafas.
"Tidak, Kak! Kakak harus bertahan sedikit lagi! Kakak pasti bisa!"
Permaisuri menatap Yue Xia lirih. Melihat Adik iparnya menangis, membuatnya merasa bersalah. Seharusnya dia tidak mengatakan kalimat seperti tadi. Bukan hanya membuat orang di sekitarnya khawatir, tapi juga telah mengecewakan dirinya sendiri. Padahal dirinya yang paling menunggu kedatangan bayi kecilnya.
"Jangan ... jangan menangis, Yue Xia. Kita ... kita pasti akan melihat bayi kecil." Permaisuri menarik senyum hangat. Memperlihatkan bibir kecilnya yang pucat.
"Ya, Kak."
"Uh! Uh! Aaaa ...!"
Permaisuri kembali mengerang, masih sama, berusaha mengeluarkan bayi kecilnya dari dalam sana. Sementara wanita yang membantu persalinannya terus berseru bahwa si bayi tidak lama lagi akan keluar.
Genggaman putri Yue Xia pada tangan permaisuri kian menguat, dia menunduk, tidak berani menatap permaisuri yang semakin lama semakin kehilangan kekuatannya. Bahkan perlahan tubuh permaisuri mulai mengurus akibat bayinya yang terus mengambil esensi kehidupan Ibunya.
Ada pemberitahuan baru yang mengejutkan dari persalinan permaisuri, yang hanya diketahui putri Yue Xia dan bibi Shuoxue—bidan permaisuri. Karena permaisuri bukan melahirkan bayi biasa, bayi yang katanya memiliki takdir besar, bayi tersebut hidup dan lahir dengan esensi kehidupan Ibunya. Yang artinya, mereka hidup bukan dari makanan yang dimakan Ibu mereka, tapi dari energi kehidupan Ibunya. Itulah kenapa tubuh permaisuri semakin hari semakin mengurus, semua karena bayinya yang terus memakan esensi kehidupan permaisuri.
"Kita tidak bisa membiarkan persalinan ini terus terjadi. Permaisuri bisa ...." Bibi Shuoxue tidak melanjutkan ucapannya, terlalu lancang untuk rakyat rendahan sepertinya berkata kalimat kasar itu, tapi putri Yue Xia dan permaisuri tahu apa kelanjutan ucapan bibi Shuoxue.
Bibi Shuoxue melangkah mundur, menjaga jarak dari permaisuri. Bukannya bibi Shuoxue tidak ingin membantu permaisuri, tapi dia khawatir jika permaisuri terus melanjutkan persalinan, besar kemungkinan permaisuri tidak akan selamat. Lihat saja dari kondisi permaisuri sekarang, tidak tampak seperti manusia. Justru terlihat seperti mayat hidup.
"Ti-tidak, tetap lanjutkan. Aku, aku akan melahirkan bayiku." Permaisuri menatap bibi Shuoxue lirih, antara menahan sakit dan khawatir jika bibi Shuoxue tidak ingin melanjutkan persalinan.
"Ta-tapi-"
"Kumohon lanjutkan, aku ingin bayiku hidup." Permaisuri menatap bibi Shuoxue semakin lirih.
Bibi Shuoxue dilema, dia bingung harus melakukan apa. Di satu sisi dia tidak tega melihat permaisuri. Namun, di sisi lain dia takut kaisar murka jika terjadi sesuatu pada permaisuri. Karena mau bagaimana pun, tetap dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan permaisuri. Jika permaisuri mati, maka dia juga pun harus mati.
"Bibi Shuoxue ... kumohon. Aku ... esstt ...." Permaisuri meringis pelan. Gejolak sakit pada perutnya semakin menjadi-jadi.
Melihat permaisuri begitu memohon, bibi Shuoxue tidak memiliki pilihan lagi selain menerima. Lagi pula dia adalah seorang bidan, sudah seharusnya dia membantu permaisuri.
"Baiklah, Permaisuri. Demi Anda saya rela dihukum mati," ucap bibi Shuoxue mantap. Meski sebenarnya dia masih takut. Lihat saja tubuhnya tidak mau berhenti bergetar, lantaran takut terjadi sesuatu pada permaisuri.
"Kakak ipar ...." Putri Yue Xia menatap permaisuri sendu. Dia memang tidak ingin berpikiran buruk tentang permaisuri, tapi melihat kondisi permaisuri yang tidak bisa dikatakan baik, rasa khawatir dan cemas tidak bisa ditepis.
"Jika terjadi sesuatu padaku. Jaga dan rawatlah bayiku. Karena kamu adalah Bibinya," ucap permaisuri pada putri Yue Xia.
"Tidak, Kak! Kamu pasti bisa melewatinya! Semuanya pasti baik-baik saja! Jadi kumohon jangan berkata seperti itu." Putri Yue Xia menolak permintaan permaisuri karena dia tidak ingin Permaisuri meninggalkannya.
Permaisuri hanya bisa tersenyum melihat reaksi putri Yue Xia terhadap ucapannya. Tidak ada yang bisa dia katakan, mengetahui kondisinya sekarang, permaisuri tidak yakin jika dia akan selamat.
'Esensi kehidupanku semakin terkuras. Aku tidak punya waktu lebih lama lagi.' Permaisuri mengepal tangannya, mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa lalu melepaskannya dalam bentuk erangan.
"Aaaaaaa ...!"
"Sedikit lagi! Sedikit lagi Permaisuri! Sedikit lagi!"
"Aaaaaaakkk ...!"
"Ya, dorong lagi Permaisuri. Badannya sudah mulai keluar!"
"Hosh! Hosh! Aaaaaaa ...!"
"Sedikit lagi, Permaisuri!"
"Aaaaaaa ...!"
"Owek! Owek! Owek! ...."
"Ahh ...." Putri Yue Xia terkesima mendengar suara tangisan bayi. Lantas dia melepaskan genggamannya pada permaisuri lalu mendekati bibi Shuoxue yang sedang memotong sesuatu yang melekat pada bayi.
"Ohh, astaga ...! Ini buruk sekali."
"Ada apa Bibi Shuoxue?" tanya putri Yue Xia heran karena mendengar ucapan bibi Shuoxue barusan.
Selepas memotong tali ari-ari, bibi Shuoxue segera memberikan bayi tersebut kepada putri Yue Xia. "Putri tolong pegang bayi ini."
Putri Yue Xia yang masih dalam keheranan hanya bisa menerima bayi permaisuri, sembari mengamati bibi Shuoxue yang kembali melakukan pekerjaan sebagai bidan.
"Pantas proses persalinannya sangat menyiksa Permaisuri. Ternyata Permaisuri mengandung bayi kembar," tutur bibi Shuoxue penuh keterkejutan. Masih tidak menyangka dengan apa yang dia lihat.
"Apa?! Bayi kembar?" Putri Yue Xia ikut terkejut.
Tidak disangka permaisuri mengandung bayi kembar. Padahal selama ini, para tabib yang memeriksa kondisi kandungan permaisuri tidak pernah menemukan adanya dua kehidupan di dalam sana. Bahkan sampai usia kandung sudah tua pun tidak ada yang menyebutkan tentang hal ini.
Namun, mengapa sekarang permaisuri malah mengandung bayi kembar tanpa sepengetahuan tabib mana pun? Bagaimana mungkin bisa? Padahal tabib yang memeriksa kandungan permaisuri adalah tabib terbaik dan terhebat yang ada seluruh kota.
"Tarik nafas Permaisuri, lalu buang." Bibi Shuoxue memberi instruksi pada permaisuri. Permaisuri yang kebingungan hanya mampu mengikuti.
"Ahh, a-ada apa? Ke-kenapa aku masih merasa sakit?" tanya permaisuri lemah.
"Masih ada bayi yang harus Permaisuri keluarkan. Ternyata Permaisuri mengandung bayi kembar," tutur bibi Shuoxue serius.
"A-apa? Kembar?" Permaisuri menatap putri Yue Xia terkejut, dan lebih terkejut lagi melihat putri Yue Xia mengangguk pelan.
"Akh, tapi, tapi aku, aku sudah tidak kuat ... esensi kehidupanku tinggal sedikit. Aku, aku tidak yakin bisa mengeluarkannya." Raut wajah yang dikeluarkan permaisuri memang meyakinkan apa yang dia ucapkan.
"Tapi ... aku akan mencoba sebisaku." Permaisuri menatap bibi Shuoxue. Bibi Shuoxue yang mengerti arti tatapan itu terkejut hebat.
"Permaisuri, hamba tidak berani." Bibi Shuoxue segera berlutut, sungguh dia tidak bisa menerima permintaan permaisuri yang satu ini. Melakukan hal berbahaya tadi saja, sudah membuat jantungnya berdetak cepat seakan ingin meledak, apalagi permintaan yang satu ini.
"Bibi Shuoxue ... selamatkan bayiku. Aku ingin mereka hidup."
"Tapi hamba sungguh tidak mampu, Permaisuri. Hamba tidak berani mengambil konsekuensi setinggi ini."
"Satu kali ini lagi, Bibi Shuoxue. Bantulah aku." Permaisuri masih memohon.
"Kakak Ipar ...." Putri Yue Xia mendekati permaisuri dengan raut wajah pias. "Lalu bagaimana dengan kakak Kaisar?"
"Putri, aku titip bayiku padamu. Untuk Kaisar, dia pasti akan mengerti kenapa aku memilih pilihan ini." Permaisuri tersenyum hangat, tapi tidak berselang lama rasa sakit itu kembali menyerang. Lantas membuat permaisuri mengerang kesakitan.
"Aaaaaakk! Sakit ...!"
"Bibi Shuoxue! Tolong Kakak Ipar!" Putri Yue Xia menatap bibi Shuoxue memohon.
Sekali lagi, bibi Shuoxue tidak memiliki pilihan selain mengikuti permintaan permaisuri dan putri Yue Xia. Bibi Shuoxue pun kembali membantu persalinan permaisuri, meski dia tidak yakin permaisuri sanggup menyelesaikan persalinan tersebut, melihat kondisi permaisuri yang semakin tidak baik.
"Uh! Uh! Aaaaakk ...!"
"Sedikit lagi, Permaisuri! Sedikit lagi!"
"Hosh! Hosh! Aaaaakkk!"
"Ya, dorong lagi, dorong lagi!"
"Aaaaaakkk!"
"Sedikit lagi, Permaisuri! Ayo dorong lagi!"
"Hosh! Hosh! Ti-tidak, a-aku, aku tidak bisa lagi ... Bibi Shuoxue, aku ... aku serahkan padamu. To-tolong selamatkan bayiku ...."
"Tidak, tidak Permaisuri!" Bibi Shuoxue memegang tangan permaisuri, lalu mengguncangnya untuk menyadarkan permaisuri. "Tolong tetaplah sadar Permaisuri!"
"Kakak Ipar! Kamu, kamu tidak boleh tidur! Kamu harus sadar! Jika tidak, aku tidak akan merawat bayimu!" Putri Yue Xia menjerit di samping permaisuri. Namun, permaisuri sudah terlanjur menutup matanya. Tidak ada respons apa pun dari permaisuri, dia telah kehilangan kesadarannya.
"Kakak Ipar ...!"