webnovel

Eriza Starlight

'Terakhir ada kekaisaran Bluesphere. Kekasaran ini ini adalah yang terburuk di antara yang lainnya. Di sana, para bangsawan berkuasa dan para rakyat jelata tidak lebih dari sebatas ternak. Hanya dari gambaran dari luar secara sekilas, aku dapat membayangkan jika negara ini sangat kacau dan sebaik-baik dihindari. Namun menurut perhitungan yang aku gunakan, aku akan memilih negara ini sebagai tempat tinggalku selama di dunia ini.'

'Alasan utama aku datang ke sini adalah untuk mempelajari Sēnjutsu, sedangkan jika sampai gagal ada kemungkinan energi sihir atau energi alam akan mengamuk dan menghancurkan sekitarnya. Aku tidak akan merasa bersalah jika tidak sengaja menghancurkan para bangsawan yang ada di sana. Lalu untuk rakyat jelata …, itu kupikirkan nanti saja.'

'Oh, masih ada satu lagi. Di kerajaan Earlshide, ada seorang dengan gelar sage yang bernama Merlin Wolford, dan seseorang bergelar guru bernama Melinda Bowen, dan seorang pahlawan bernama Shin Wolford. Ini membuat aku bertanya, mengapa di kerajaan itu sangat ramai dengan squad elite seperti itu?'

'Tapi, jika ini adalah dunia novel, aku yakin si pahlawan itu akan menjadi tokoh utama dan dunia ini berputar di sekitarnya. Dunia ini akan menjadi monoton dan hanya menyoroti satu tokoh saja.'

Karavan itu terus melanjutkan perjalanan sampai akhirnya mereka beristirahat ketika matahari sudah hampir tenggelam. Sangat berbahaya melakukan aktivitas di malam hari tanpa penerangan dan penyihir di dunia ini tidak bisa diandalkan. Mereka hanya akan menggunakan obor jika sampai harus mengumpulkan kayu bakar dan persiapan lainnya untuk bermalam.

"Aku benar-benar berterima kasih, Tom. Kami akan sangat kesulitan kalau kamu tidak bergabung dalam karavan." Elena sekali lagi berterima kasih dengan ramah. Dia telah telah berterima kasih sebelumnya ini sebenarnya, hanya saja dia ingin berterima kasih lagi.

"Sudah, sudah, kamu tidak Perlu terlalu membesar-besarkan ini. Lagi pula, sebagai perwakilan dari Hague Chamber of Commerce aku mungkin bisa membuat kalian bertiga menjadi pelangganku," jawab Tom sambil tersenyum ramah.

'Hague Chamber of Commerce adalah sebuah perusahaan perdagangan yang bergerak di bidang pemasaran alat-alat sihir. Mereka adalah perusahaan atau kamar dagang yang cukup besar, sebaiknya aku tidak main-main dengan mereka walau aku hanya akan ada di dunia ini untuk sementara waktu.'

Sementara Elena sedang bercakap-cakap dengan Tom dan membahas topik dewasa (maksudnya sesuatu topik yang penting, rumit, dan berhubungan dengan dunia. Jangan salah sangka!), Naruto menghampiri salah satu prajurit bayaran dari karavan itu.

Prajurit bayaran yang dihampiri Naruto memiliki rambut berwarna ungu, dengan topi runcing khas penyihir dan gaun ungu yang sama seperti rambutnya. Dia memiliki pupil mata yang berwarna coklat kemerahan, serta dia membawa sebuah tongkat sihir berbentuk yang memiliki panjang sama dengan tubuhnya. Ia berada pada masa remajanya, sekitar 13 tahun yang mana usianya tidak beda jauh dengan Naruto.

Tongkat sihir itu memang tidak memiliki efek apapun. Jika Elena membawa tongkat miliknya, dia mungkin akan berhenti dari profesinya sebagai penulis dan berubah, berevolusi menjadi seorang influencer atau YouTuber, kalau bukan kedua itu maka dia akan menjadi cosplayer.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Naruto sambil mendekati gadis tersebut.

"A-Abababba!" Gadis tersebut tersentak dengan terkejut sambil mengucapkan sebuah kata-kata yang tidak jelas.

'Apa manusia di dunia ini akan mengatakan hal aneh jika seseorang menghampiri mereka?' pertanyaan dalam batin Naruto.

"Jika kamu tidak keberatan, aku adalah Uzumaki Naruto. Kamu bisa memanggilku Naruto! Jadi, siapa namamu?" Naruto disertai senyuman ramah mengulurkan tangannya pada gadis itu.

"Ak-Aku, na-namaku, namaku adalah Eriza Starlight. Se-Senang bertemu denganmu juga, Na-Naruto!" Eriza secara spontan menggenggam uluran tangan Naruto menggunakan kedua tangannya.

Suaranya tergagap, seperti dia malu-malu dengan hal ini. Bahkan, dia menjatuhkan tongkat sihirnya itu dan sama sekali tidak memperhatikannya saat semua perhatiannya tertuju pada Naruto yang menyapanya.

'Tidak perlu sampai seperti itu, sih. Aku hanya ingin menyapamu seperti seseorang yang baru pertama kali bertemu,' batin Naruto sambil membuat sebuah senyuman yang dipaksakan.

Eriza menyadari senyuman Naruto yang tampak dipaksakan, namun dia mengabaikannya dan baru menyadari jika dia menggenggam tangan Naruto menggunakan kedua tangannya, sampai membuat dia mengatakan, "Ma-Maaf, aku tidak bermaksud …." Eriza secara spontan pula melepaskan genggaman tangan mereka.

"Y-Yah, tidak masalah selama itu membuatmu merasa nyaman," kata Naruto sambil mempertahankan senyum paksa miliknya.

Dia benar-benar telah merasa heran dan sangat ingin tahu mengapa gadis ini memiliki sikap yang malu-malu. Namun tentunya dia tidak akan menanyakan ini secara langsung saat ini, karena topik pembicaraan mereka masih belum menjerumus ke sana.

"Ja-Jadi, Naruto, ap-apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Eriza berusaha bertanya.

"Tidak banyak. Aku hanya ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan. Sepertinya kamu sedang melakukan sesuatu, tapi kelihatan sedang kesulitan. Jadi aku menghampirimu, siapa tahu ada sesuatu yang bisa aku bantu." Naruto menurunkan tangannya yang dari tadi masih dalam posisi mengulur, memberikan salam.

"Ak-Aku hanya sedang berusaha men-menyalakan api ung-unggun. Ta-Tapi, aku sedikit malu dalam membaca mantranya," kata Eriza tergagap.

'Ah, yah, selama tadi aku berbicara pada Tom, dia bilang penyihir kebanyakan perlu melantunkan mantra mereka sebelum mencipta sihir. Namun penyihir yang sangat ahli, dapat menggunakan mantra tanpa harus melantunkan mantra sihir. Menurutku, pembacaan mantra ini digunakan untuk memperkuat imajinasi atau gambaran terhadap sihir yang akan digunakan.'

'Dunia ini sangat mudah, mungkin ini membuat manusia di sini sangat terbelakang dari dunia asalku. Nee-san bilang aku tidak boleh membantu mereka karena itu mungkin akan terlalu banyak mempengaruhi peradaban di dunia ini.'

'Jika aku memikirkannya lebih lanjut, lantunan mantra di sini kurang lebih sama dengan segel tangan di dunia asalku. Tapi tetap saja, menurutku mantra lebih mudah dihafalkan dari pada segel tangan, sebab segel tangan memerlukan gambaran visual untuk menghafalkannya sedangkan mantra lebih memerlukan penghafalan dalam suara atau kata-kata.'

"Bisakah kamu memberikan aku sebuah contoh bagaimana cara menggunakan sihir? Aku mungkin bisa membantunya dan membuat sesuatu yang mirip dan membantumu," minta Naruto.

"Si-Sihir tidak akan bisa dipelajari semudah i-itu dalam sa-satu hari. Ta-Tapi, aku akan mem-memberikan contoh padamu," jawab Eriza.

'Aku ingin tahu, apa authornya baik-baik saja menuliskan dialog yang terpotong-potong seperti itu? Mungkin aku akan menganggap author sebagai orang yang rajin mulai saat ini.'

Eriza menurunkan pandangannya ke bawah, mencari-cari tongkat sihirnya yang tadinya terjatuh. Akan tetapi karena dia cukup ceroboh, dia sampai perlu memutar tubuhnya 358° sebelum pada akhirnya dia menemukan tongkat sihirnya yang ada di belakangnya.

'Dia benar-benar ceroboh! Aku mulai khawatir saat dia menjalani kehidupan sehari-harinya!'

Next chapter