Kurama bergidik ketika Ayaka mengetahui tentang keberadaannya. Bijuu yang telah tersegel, cukup tersembunyi dan tidak banyak orang yang dapat mengetahuinya hanya dalam sekali lihat. Namun wanita di depannya —Ayaka— dapat mengetahui keberadaan Kurama dengan sangat mudah, seakan-akan telah mengetahuinya semuanya.
Rasa khawatir Kurama bukan hanya tanpa sebab, namun Kurama dapat merasakan hawa tidak nyaman berasal dari tatapan Ayaka yang mengarah padanya.
*Srak!*
Sebuah kertas bertuliskan suatu simbol tiba-tiba menempel di perut Elena bersamaan dengan Ayaka yang menunjuk ke arah itu.
*Zrut!*
"Akh!" Kurama Kurama merasakan gaya tarikan yang sangat kuat sampai dia menutup matanya dan tidak dapat memberikan perlawanan.
*Bruk!* *Roll!*
Kurama tiba-tiba saja terjatuh dan menggelinding selama beberapa saat sebelum dia akhirnya kembali membuka matanya.
"Adu, du, duh …. Memangnya apa yang terjadi …?" Kurama melihat-lihat ke sekelilingnya dengan sangat jelas.
Tidak seperti sebelumnya saat dia masih berada di dalam ruangan gelap yang merupakan alam bawah sadar Elena, sekarang dia berada di luar dan dapat melihat pemandangan tempat ini dengan sangat terang dan jelas.
"Oh, kamu bisa keluar seperti itu, ya, Kyuu-chan. Aku baru tahu kalau tidak ada efek samping ketika seekor Bijuu keluarga dari Jinchuriki-nya." Elena memperhatikan pada Kurama yang ada di hadapannya.
Tidak seperti ukuran aslinya, Kurama hanya memiliki ukuran sebesar kucing. Kabar baiknya tubuh Chibi Kurama ini terlihat sangat imut seperti boneka sehingga membuat beberapa golongan ingin memilikinya, kabar buruknya Kurama akan sedikit sulit bergerak karena tubuhnya yang menjadi lebih pendek.
"Hei! Aku berhasil keluar dari sana! Bagaimana caramu melakukannya, Ayaka-san?" Kurama memandang Ayaka, menunggu jawaban darinya.
"Hanya sedikit melemparkan beberapa jimat," Ayaka menurunkan tangannya dan melanjutkan, "Aku membuat proyeksi kecil tubuhmu menggunakan energi asli yang kamu miliki. Setelah kamu hidup selama 200 tahun lebih, kamu pasti bisa melakukan hal-hal kecil seperti itu dengan mudah."
"Hmm, kalau aku memperhatikan lebih lanjut, ada sebuah benang chakra merah dengan ukuran yang sangat kecil melintang dari tempat segel dan terhubung padamu. Jadi kamu belum bisa dikatakan keluar seutuhnya, Kyuu-chan." Elena menyipitkan matanya, mencoba melihat untaian benang chakra kecil.
Benar tersebut memiliki warna merah, sama seperti warna chakra yang dimiliki Kurama. Ukuran dari benang tersebut adalah 0,05 milimeter sampai membuat Elena kesulitan dalam memperhatikannya jika tidak memakai kemampuan cenayangnya.
"Jadi seperti ini wujud dari rubah berekor sembilan. Sangat berbeda dengan rasku yang mengembangkan tubuh humanoid. Dari pada menyebutnya Yōkai Kyuubi, aku lebih suka menganggap makhluk unyu ini dengan sebutan yang lain," kata Ayaka sambil memperhatikan Kurama dengan seksama.
"Tunggu! Bukankah kita berdua sama-sama rubah berekor sembilan?" Kurama yang tidak terima, menunjuk Ayaka menggunakan tangan kanannya.
"Nama aslimu Kurama, 'kan?" tanya Ayaka.
"Um!" Kurama mengangguk.
"Ke sini!" Ayaka melambaikan tangannya, memberikan isyarat pada Kurama untuk mendekat padanya.
Kurama tanpa rasa curiga datang mendekat pada Ayaka. Memperkirakan Ayaka merupakan ekstensi yang sangat kuat, Kurama sangat yakin jika Ayaka memiliki niat buruk, dia pasti sudah akan melakukan hal buruk padanya sejak tadi.
*Bam!*
Ketika Kurama masuk ke jarak pukul Ayaka, tiba-tiba saja sebuah pukulan yang sangat keras menghantam pada kepala Kurama dan menerbangkannya cukup jauh.
*Brak!* *Krak!* *Bom!*
Tubuh Kurama berhenti setelah dia menabrak pohon. Namun karena kecepatannya cukup tinggi, pohon yang ditabraknya tumbang dan terjatuh, menciptakan debu-debu yang berterbangan dan menghalangi pandangan.
"Jangan main-main denganku rubah kecil. Aku sudah dengar dari Voice Note gadis kecil ini jika kamu tidak pernah bersekolah. Walaupun aku tidak mengambil jurusan Biologi, tapi aku sudah lulus sampai jenjang SMA, sekaligus aku juga mengambil kelas MIPA di sana. Orang yang tidak memiliki rekam pendidikan sepertimu, tidak berhak berkompromi," ucap Ayaka dengan datar namun juga terasa tegas dan pedas.
'Benar juga, kalau tidak salah, Ayaka mengambil jurusan yang berhubungan dengan kebudayaan setelah saat masuk universitas. Bahkan dia datang ke Indonesia ini untuk mempelajari perbedaan budaya antara hantu yang ada di Indonesia dengan hantu yang ada di Jepang. Ini mengingatkanku, aku hanya lulus dari sekolah khusus bangsawan di Pulchrasia, yang jenjang kelulusannya cuma sama dengan jenjang SMA.'
"Anu, Ayaka, bukankah sedikit berlebihan memberikan pukulan sekeras itu pada Kyuu-chan saat sedang dalam wujud chibi?" Elena berkeringat dingin pada pelipisnya, merasa khawatir pada tindakan Ayaka.
"Memangnya kamu mau jika kamu dikatakan adalah saudara dari kera?" tanya Ayaka disertai mata yang sinis.
Itu, lho, kalian masih ingat tentang teori evolusi Darwin yang mengatakan bahwa manusia adalah evolusi dari kera, 'kan? Nah, ini yang dimaksud oleh Ayaka. Dia tidak ingin dirinya yang berupa humanoid dan lebih dekat pada ciri-ciri manusia disejajarkan dengan Kurama yang lebih dekat dengan rubah.
"...." Elena terdiam sebagai tanggapan selama beberapa saat sebelum mengatakan, "Ti-Tidak, aku adalah golongan yang meyakini jika manusia berasal dari makhluk lain dan lebih mulia dari pada hewan."
"Bagus, seperti itulah pemikiran yang aku miliki. Bahkan kamu sendiri tidak suka jika ada orang yang mengatakan jika kamu seperti hewan. Jadi aku tidak suka jika dia menganggap kami sama." Ayaka menurunkan tinjunya dengan hawa kesal disekitarnya.
'Parah, orang ini benar-benar berbahaya. Bahkan jika aku menjumlahkan umurku dari reinkarnasi pertamaku, usiaku masih belum cukup untuk menyaingi usianya. Selain itu, aku juga lebih sering menjalani gaya hidup pasif dan tidak banyak mencari ilmu. Aku memang menjelajah ke berbagai dunia, tapi tidak ada satupun ilmu pengetahuan yang aku pelajari dengan seksama sampai peringkat master.'
Kurama tiba-tiba muncul kembali di antara mereka berdua dengan kelihatan kesal. Ia berlari sekuat tenaga sambil mengatakan, "Apa maksudmu dengan memukulku secara tiba-tiba!"
'Imut,' inilah yang dipikirkan oleh Elena dan Ayaka saat melihat itu.
Walaupun Kurama berlari sekuat tenaga, akan tetapi tubuhnya yang kecil membuatnya memiliki kecepatan yang rendah. Dia sama sekali tidak terbiasa menggunakan wujud ini, sampai-sampai dia terjatuh beberapa kali sebelum dia bisa kembali menghampirinya mereka berdua.
"Ap-Apa? Ke-Kenapa kamu menganggapku imut?" tanya Kurama dengan suara bergetar dan menatap pada Elena.
Hubungan mental di antara Kurama dan Elena tidak terputus karena pada dasarnya yang keluar hanya sebagian chakra Kurama, sedangkan sebagian besar lainnya masih ada di dalam tubuh Elena. Hal ini membuat Kurama dapat mengetahui apa yang dipikirkan Elena, begitu pula sebaliknya.
"Ah, yah, aku rasa Bijuu yang memiliki ukuran sama seperti kucing tidak berhak mengatakan hal-hal seperti itu. Bagaimana, ya? Kamu malah terlihat lebih imut saat marah." Elena menggaruk pelipisnya, merasa agak ragu memberikan jawaban pada Kurama.
*Brr!*
Kurama merasa bulu-bulu berdiri dan dia bergidik saat mendengar itu. Dia tidak menayangkan ia yang dulunya ditakuti dan pernah hampir menghancurkan desa Konoha sekarang malah dipanggil imut dan tambah imut saat kesal.