webnovel

Hari Baru dengan Pagi yang Lain

*Koak!* *Koak!* *Koak!*

Keesokan paginya, adalah pagi hari yang normal dengan suara koak burung gagak. Suara-suara burung gagak itu terdengar cukup keras di dalam kamar Elena.

*Tit!*

"Yawn! Aku rasa menggunakan suara gagak untuk alarm pagi bukan ide yang bagus. Motivasiku malah menurun mendengar suara ini, mungkin akan lebih baik kalau aku menggunakan suara kucing yang lebih imut," gumam Elena sambil mematikan alarm di dekat kasurnya.

*Sis!* *Weng!*

Sebuah benda melesat menuju ke jendela Elena, namun sebelum mengenai kaca dan memecahkannya, Elena menciptakan lempengan energi yang membuat benda itu berhenti.

"Siapa, nih? Pagi-pagi seperti ini kayaknya ada yang mengajak ribut." Elena menatap sinis ke laut jendela, asal dari objek tersebut dilemparkan.

"Tidak ada waktu untuk terus tidur! Saatnya bekerja di pagi hari ini!" teriak seorang wanita di luar jendela.

"Sigh, aku rasa aku mendapatkan instruktur jōnin yang sangat bersemangat." Elena menghela nafasnya dengan malas dengan selimut yang masih menutupi setengah tubuhnya.

*Zzzrrrttt!*

Bayangan hitam menyelimuti tubuh Elena. Setelah bayangan menghilang, pakaian Elena yang sebelumnya hanya memakai piyama untuk tidur malam, berubah menjadi pakaian casualnya.

*Cring!*

'Apakah aku perlu menunjukkan Teleportasi padanya?' Dia melanjutkan dengan berteleportasi ke luar, tempat instruktur Jōnin-nya berada.

"Halo, em …, selamat pagi. Apa kamu adalah instruktur Jōninku?" Elena memperhatikan sosok di depannya.

Itu adalah seorang wanita muda berukuran rata-rata yang bertubuh ramping. Dia memiliki mata coklat muda, tanpa pupil. Rambutnya ungu di ditata dengan ekor kuda yang pendek, runcing, dan mengembang. Dia mengenakan pakaian yang terbuat dari jaring logam tipis sesuai dengan garis tubuhnya, yang menutupinya dari leher hingga paha. Sia mengenakan mantel coklat dengan jahitan ungu dan saku di setiap sisi, rok mini oranye gelap, ikat pinggang biru tua, dan pelindung tulang kering abu-abu pucat. Selain pelindung dahi yang khas, dia juga memakai liontin kecil yang terlihat seperti taring ular dan jam tangan.

"Selamat pagi! Wahai ninja baru di Konoha, mulai saat ini, Anko Mitarashi menjadi instruksi Jōninmu mulai dari sekarang!" Anko mengarahkan jempolnya pada dirinya sendiri disertai senyum wajah yang bersemangat.

"Aku rasa melemparkan sebuah kunai bukanlah pilihan yang bagus untuk pertemuan pertama, bisa jelaskan apa motifmu, Sensei?" Elena mengangkat tangannya dengan malas. Lagi pula sekarang adalah pagi hari, ia yang belum mandi, menyiapkan sarapan, atau melakukan kegiatan lainnya masih merasa cukup malas dan mengantuk.

"Yah, bukankah akan terlihat keren jika melakukan itu?" kata Anko sambil melirik ke arah lain.

'Oh, jadi seperti itu, ya. Jika kunai tadi bisa masuk ke dalam kamarku, akan ada spanduk yang terbuka dan dia menyambut pagiku dengan berisik. Tapi karena dia gagal, dia merasa sedikit malu bertatap muka denganku,' batin Elena yang telah membaca pikiran Anko.

"Aku akan melupakan apa yang terjadi pagi tadi, jadi kamu tidak perlu khawatir ada rumor seorang instruktur Jōnin yang menyerang anak-didiknya," ucap Elena.

"Aku tidak punya niat menyerangmu! Aku hanya …." Anko kehilangan kata-katanya sambil kebingungan saat dia akan menjelaskan.

'Dia benar-benar buruk. Apa ada alasan khusus mengapa dia bisa mendapatkan peringkat Jōnin?' batin Elena.

"Sudah, kita pergi saja ke kantor Hokage. Bukankah misi pertama biasanya diberikan langsung oleh Hokage sebagai penghormatan atau apalah itu?" Elena merasa kasihan pada Anko, sehingga dia memilih untuk mengganti topik. Bila ini terus berlanjut, mungkin mereka akan terus-menerus berdiri di sana untuk waktu yang lama.

"Y-Ya." Anko mengangguk pada kata-kata Elena.

Mereka berdua pergi menuju ke kantor hokage untuk mengambil misi pertama mereka. Namun sebelum mereka pergi, Elena memperhatikan ada hal menarik di monumen hokage. Dia sudah tahu siapa yang melakukannya, sehingga dia hanya membuat senyuman kecil sambil menahan tawa.

Di monumen patung hokage, terdapat tulisan, "Uchiha Simp, Uchiha Stalker, Uchiha Bucin." Tulisan-tulisan itu berukuran sangat besar sampai bisa dibaca oleh seluruh warga desa. Dan karena hanya ada satu Uchiha di desa ini, dia akan ketahuan jika memakai Sharingan-nya di dalam desa. Jangankan Sharingan, namanya saja sudah cukup terkenal selama di akademi. Jadi ini akan membuatnya dikenal dengan sangat cepat.

"Dasar, adikku, seharusnya aku mengajarinya lebih baik tentang pendeskripsian pada seseorang. Yah, karena dia sudah bersemangat pagi ini, aku rasa aku tidak perlu membuatkannya sarapan," monolog Elena.

---

Tak jauh dari sana, Naruto dan Sasuke sedang berkejar-kejaran. Sementara Naruto memiliki wajah yang penuh tawa dan ceria, Sasuke benar-benar memancarkan amarahnya dalam jumlah besar ditujukan pada Naruto. Tidak perlu di tanya lagi apa yang membuatnya marah, 'kan?

Mereka berdua saling kejar-kejaran melompati atap dan infrastruktur lainnya. Beberapa warga sipil sempat terganggu oleh mereka, tapi karena keduanya bergerak dengan cepat, tidak ada yang berhasil menangkap mereka.

"Naruto! Aku akan menghabisimu sekarang juga!"

"Coba saja, Bucin! Tapi kamu tidak akan bisa melakukannya, hahahaha!"

"Awas kau!"

Tidak jauh dari sana, Sakura hanya bisa menghela napas dan terlihat lelah pada sikap kekanak-kanakan mereka berdua. Dia merasa cukup kesal karena dikembalikan ke akademi, namun dia juga tidak terlalu menyesal karena masih bersama Sasuke. Sebenarnya dia juga karena jebakan yang dipasang Elena kemarin, namun karena itu adalah kisah yang berbeda, maka dia tidak perlu membahasnya.

"Kalian berdua, bisakah kalian sedikit lebih serius?"

Bahkan jika mereka dikembalikan ke akademi, bukan berarti mereka akan melakukan pelajaran yang sama seperti sebelumnya. Mereka yang pada dasarnya sudah lulus melewati semua pelajaran, tidak ada gunanya mempelajari materi yang sama. Oleh sebab itu, tidak masalah jika mereka membolos.

"Tertangkap kau!" Sasuke berhasil menangkap kaki Naruto.

*Bruk!*

Mereka berdua jatuh secara bersamaan karena berhenti di udara. Sebagai seseorang dengan kekuatan ninja, jatuh dari ketinggian ini tidak terlalu berefek pada mereka berdua. Paling-paling cuma lecet, tidak sampai patah tulang, akan tetapi cukup menyebalkan saat memiliki luka walau kecil.

"Ahahaha, kamu berhasil menangkapku, ya, Sasuke?" Naruto bangkit disertai tawa kering.

"Cepat kau hapus apa yang telah kamu tulis di monumen patung hokage. Apa kamu tidak memiliki rasa hormat pada hokage, ha!"

"Haha, yah, entahlah, tapi kamu terlihat sangat kesal, Sasuke?" Naruto memperhatikan pada wajah kesal Sasuke dengan tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Itu karena tindakanmu hari ini dan tindakan kakakmu kemarin. Tentu saja aku marah karena itu."

"Setidaknya aku sudah memberikan gulungan latihan yang benar pagi ini, 'kan?"

---

Sementara di lain tempat Sasuke dan Naruto saling kejar-kejaran, Elena dan Anko telah sampai di dalam kantor hokage. Di sana sangat sepi dengan hanya ada Hiruzen dan tumpukan besar dokumen yang diurusnya.

'Ini mengingatkanku pada ibuku di kehidupan sebelumnya, aku bertanya-tanya kenapa Naruto sangat ingin menjadi seorang hokage padahal sangat merepotkan.' Elena mengarahkan matanya pada semua tumpukan dokumen yang memenuhi ruangan.

Next chapter