webnovel

Diskusi Tetua

Ketika semua sepupu sudah pergi dari pendopo utama menuju ke tempat dimana mereka akan menempatinya selama tiga hari kedepannya, sesaat itupun banyak para tetua dari anggota keluarga Natawijaya sedang berkumpul di dalam pendopo utama.

Karena mereka semua merasa ada waktu luang untuk bisa berkumpul dan para anggota tetua memang ingin membicarakan sesuatu yang ada hubungannya dengan masalah antara Vanka dan Lisya.

Mengerti jika Vanka dan Lisya akan beranjak dewasa, maka pihak keluarga pun ingin berjaga-jaga agar ada jalan pintas dari semua hal diantara keduanya dengan keluarga ini.

Mama sebagai salah satu pihak yang mengatakan jika dia dengan kedua anak nya selain Vanka sudah saling diam-diam memberi kabar kepada Vanka perihal dia yang tidak diharapkan di keluarga ini, menjadi awal permulaan semua pihak keluarga lainnya meminta waktu seluruh para tetua untuk saling berbicara dengan lengkap bagaimana dengan nasib masalah yang akan terjadi kedepannya.

Pembicaraan di awali dengan Bude Inn yang mengomentari tentang Mama dan kedua Kakak Vanka yang sudah melakukan rencana pemberitauan kabar siapa keberadaan Vanka dengan berhasil.

"Bude tau, kamu ada maksud buat rencana itu karena kamu nggak mau Lisya malah terganggu. Memang kita semua sudah rahasiakan ini sedari dulunya. Tapi, apa kamu mau dalam waktu dekat masalah selesai? Bagaimana dengan keduanya?" kata Bude Inn yang khawatir apabila kenyataan jika keluarga harus berhadapan dengan tanggung jawab mereka harus diiyakan. Mulai berkomentar ke Mama Rina, Bude Inn pun menunggu jawabannya.

"Iya, tadinya aku berpikiran di awal untuk bicara secara diam-diam. Itu karena aku nggak mau Lisya jadi menyimpan rasa tidak sukanya ke Vanka. Paling tidak Vanka bisa mencari jalan keluarnya sendiri. Aku nggak mau pihak keluarga malah mencoba bicara ke Vanka. Takutnya dia tau bagaimana kesalahan Lisya selama ini," kata Mama Rina selagi dia mencoba agar semuanya tidak bertindak secepatnya.

Mama tidak ingin jika Vanka yang berbalik mengetahui jika Kakaknya yang salah di matanya. Maka itu Mama mencoba untuk mengatakan ke banyak para tetua lainnya. Bagaimana jika Lisya bisa melanjutkan minat dan bakatnya sebagai seorang penyanyi saja. Tapi malah dia mendapat komentar cukup pedas dari Bude Wuni.

"Karena aku juga memikirkan masa depan untuk mereka berdua. Aku memutuskan agar mereka berdua tidak lagi saling bertengkar. Lebih baik jika minat dan bakat Lisya kita dukung dulu. Bagaimana?" tanya Mama Rina ke banyak sanak keluarga tetua di pendopo utama itu.

"Kalau memang kamu, Rin. Memilih agar Lisya dan Vanka tidak punya masalah kedepannya. Itu salah. Kasihan kalau Lisya harus menunggu. Bude tau kamu juga ada sama pemikiran dengan bude. Segala kesalahan Lisya juga adalah tanggungan dia dan kita. Setidaknya Vanka harus tau jika posisi dia tidak baik, bukannya malah menakuti jika terjadi sesuatu kalau dia tau kesalahan Lisya," Bude Wuni memberi komentar juga yang adalah keputusannya.

Sedangkan Mama Rina malah terbingung dengan apa yang dikatakan oleh Bude Wuni. Karena dia merasa jika semua pihak di sini sudah saling menyembunyikan jika keduanya memang bermasalah, Mama pun bertanya kepada Papa Haikal. Tentang apa jalan yang akan mereka ambil untuk kedepannya.

"Jadi, Pah. Gimana dengan penyelesaiannya? Apa ada jalan lainnya, selain tidak memberi kabar tentang masalah ini langsung ke Vanka? Atau kita bisa melakukannya dengan sedikit demi sedikit? Maksudnya, kita bisa melakukan beberapa hal disengaja untuk memberi tau Vanka hal sebenarnya. Tapi Mama tidak tau harus dengan cara apa," tutur Mama Rina yang mulai mengajak diskusi dengan Papa Haikal saat itu juga.

Ternyata Papa Haikal memberikan jawaban yang tidak dikira oleh Mama Rina. Papa mengatakan jika nanti suatu saat, mereka bisa memberikan jawaban ke Vanka atas siapa itu Lisya, kakak kandungnya.

Dan Papa berkata apabila mereka lebih baik memberi tau secara diam-diam saja ke Vanka. Ternyata Papa punya cara lain agar Vanka bisa diberi tau secara diam-diam, atas alasan dia tidak diinginkan di keluarga ini.

"Sebenarnya saya agak merasa bersalah karena saya sudah mendatangkan Vanka ke keluarga ini. Dan saya juga merasa harus ada tanggung jawab karena sebelumnya keluarga kita punya rencana atas kelahiran Lisya dan Vanka. Karena kita hanya ingin memutar balikkan keadaan, jika nantinya Vanka yang akan membenci Lisya. Saya kira tidak ada yang perlu disalahkan jika kita buat rencana agar Vanka tau alasan kenapa dia tidak diinginkan di keluarga ini," kata Papa memulai mengatakan apa rencana yang akan dilakukannya kedepan.

"Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus mengatakan dengan diam-diam, atau apa ada cara lainnya?" tanya Mama Rina.

"Iya, ada. Papa mulai berpikir jika Vanka harus benci dengan Lisya, baru kita bisa berbicara jika maksud kita membawa Vanka ke keluarga ini. Kalau kita ingin agar dia yang membenci Lisya. Maka dari itu, papa berpikir jika kita harus sering-sering menyengajakan banyak hal yang ada hubungannya dengan cara Vanka bisa membenci Lisya. Setelah Vanka sudah benci dengan Lisya, kita bisa mengatakan jika benar kalau maksud kita membawa Vanka di keluarga ini, adalah karena kita ingin membalas keseluruhan kesalahan Lisya dulunya," ujar Papa Haikal yang saat itu mengatakan jika apa yang harus dilakukan oleh banyak keluarga adalah dengan sengaja membuat Vanka tau kalau Lisya memang patut dia benci tapi tanpa adanya obrolan atau secara verbal langsung ke Vanka.

"Jadi, kalau itu yang dimaksud dengan Om, Haikal. Bude Inn bisa membayangkan beberapa hal yang bisa kita upayakan secara diam-diam dan secara sengaja jika Vanka harus benci dengan Lisya. Kita bisa memberi harapan palsu ke Vanka, atau sesuatu yang dia kira kesalahan Lisya yang disalahkan kepadanya. Tapi nyatanya memang kita sudah berprasangka awal seperti itu, bukan? Jadi apa menurut kalian itu mempermudah kita bisa melakukan hal untuk membuat Vanka benci dengan Lisya?" tegas Bude Inn.

"Sepertinya kita bisa melakukannya. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Mungkin salah satunya adalah dengan memberi tau ke Vanka secara diam-diam jika kesalahan Lisya selalu disalahkan ke dia. Dengan itu, Vanka bisa tau perasaan kita ke Lisya. Jika setidaknya kita selalu menaruh nilai positif ke Lisya. Tapi kita putar balik dengan mengatakan jika Lisya adalah yang salah. Jika Vanka suatu waktu malah memusuhi Lisya, kita bisa memberi kabar ke dia kalau ternyata Lisya adalah yang kita harapkan," ujar Mama Rina memberi usul.

"Boleh juga. Jadi apa kita siap untuk memberi kabar tentang apa saja kesalahan Lisya yang kita salahkan ke Vanka? Kita semua di sini masih satu arah dengan beranggapan kalau Lisya kasihan. Dia selama ini sudah berbuat hal yang menjaga nama baik kita semua. Semoga kita tidak salah dengan apa yang sudah kita semua lakukan. Karena kita sudah kecewa dengan Vanka. Ada baiknya, kalau Lisya juga tidak terbendung dengan semuanya ini. Kita tau jika Lisya masih punya masa depan yang panjang. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan kelanjutan kalau kita sudah memberi kabar secara langsung ke Vanka?" Tante Sita mulai berpikir ke arah mendatangnya.

Dia juga tau selama ini Lisya lah yang telah menjaga nama baik keluarga ini. Iya, karena Lisya dan keluarga ini punya sama penilaian. Keluarga tidak ada yang menyalahkan Lisya.

"Bude sendiri belum siap jika caranya adalah dengan buka-bukaan kesalahan Lisya yang kita punya persepsi kalau dia tidak salah sama sekali. Mungkin itu sendiri akan membuat repot jika Vanka nantinya akan merasa tersinggung. Jika kita selama ini menyalahkan Vanka. Tapi dilain hal, Lisya juga butuh dukungan. Karena kita sudah salah dengan memikirkan Vanka jika dia adalah yang salah. Dan karena kita sudah sejauh ini, lebih baik kita memang melakukan apa yang sudah dikatakan Rina tadi. Bude hanya berharap jika nantinya, Vanka bisa berbalik membenci Lisya," kata Bude Wuni. Dia hanya khawatir jika semuanya membuat keadaan jadi tidak aman untuk Lisya dan keluarga ini juga.

"Setidaknya, kita semua mengambil tindakan untuk keduanya. Jadi, sepertinya sebelum kita ambil tindakan, kita bisa saling bertanya ke Lisya. Sepertinya aku sendiri sebagai mamanya bisa tau apa saja yang sudah terjadi dengan Lisya. Lebih tepatnya, jika kita tau bagaimana keadaan antara Lisya dan Vanka dari Lisya. Kita bisa tau perkembangannya. Dan kita juga perlu memberi tau ke Lisya tentang kesimpulan apa yang kita sedang diskusi saat ini. Apa di sini ada yang bisa jadi teman cerita Vanka? Mungkin aku bisa, tapi tidak terlalu memungkinkan. Karena kemarinnya yang Vanka dengar juga dari aku sendiri dan kedua anakku lainnya," kata Mama Rina membutuhkan bantuan apa ada seseorang yang bisa jadi bagian yang menampung keluh kesah Vanka.

"Tante sendiri, kemarin saat sebelum berkumpul sudah mendapat pesan dari Vanka. Dia berkata jika dia sudah tau tentang apa yang tengah dialami dari kejadian Rina yang diam-diam memberi kabar tentang siapa sebenarnya Vanka itu. Mungkin saya bisa kedepannya untuk bicara dengan Vanka apa yang sedang dia rasakan. Atau kabar terbaru dari dia," kata Tante Sita menawarkan dirinya agar menerima kabar dari vanka.

"Oke, kalau begitu, semua sudah saling paham. Kalau gitu, apa ada di sini yang mau mencari Lisya? Mungkin saja kita bisa langsung bertanya ke dia. Bagaimana dengan kabarnya dan juga apa dia mau dengan rencana kita semua?" tanya Bude Wuni saat itu ingin memanggil Lisya untuk ke pendopo utama saat ini.

"Sepertinya, tadi saya lihat banyak sepupu tua dan muda keluar dari vila ini. Sepertinya mereka sekarang sedang jalan-jalan seputaran vila ini. Atau kalau bisa kita kirim pesan saja ke Lisya. Kita bisa bertanya ke dia dimana dan sedang bersama siapa sekarang. Jika dia sedang Lelah sehabis bermain di sekitaran Vila. Rina bisa langsung saja mengontak Lisya untuk bertemu di pendopo utama malamnya. Bagaimana? Untuk Vanka, agar dia tidak tau sebaiknya kita tidak ajak Syika yang bisa mencegah Vanka mencari keberadaan kakaknya." Saat ini Papa Haikal sedang mengatur bagaimana agar mereka semua bisa berbicara dengan Lisya.

"Iya, Rina akan ingat itu. Sebentar, karena hari sudah siang. Bagaimana kalau kita suruh semua pulang? Lebih baik kita mencari makan siang, di sekitar sini. Dan sekalian berbelanja untuk nanti makan malamnya? Mungkin dengan mengontak Lisya untuk pulang sekarang adalah hal yang bisa kita lakukan selanjutnya," kata Mama Rina berkata mengenai rencana untuk makan siang di luar.

Seketika Mama Rina pun mengontak Lisya dalam telefonnya saat itu juga. Sekarang sudah menunjukkan pukul hampir jam dua belas siang. Dan mereka sudah pergi sedari jam sembilan tadi siang. Ketika itu pun Mama Rina langsung mendengar suara anak perempuan sulungnya.

"Lisya, kamu dimana? Kata tante Sita kamu sedang ada di luar vila? Apa kamu sedang berjalan-jalan disekitar vila? Kamu dan yang lainnya harus pulang cepat, kita semua mau mencari makan siang di luar. Nanti kita semua tunggu kamu ya," ucap Mama Rina saat itu untuk memberi kabar Lisya lewat telefon itu.

Sekiranya dalam waktu tiga menit, Lisya menjawab mama nya yang menelefon menanyakan dimana dia sedang berada itu pun menyelesaikan telefonnya.

Karena mereka sudah mendapat kabar dari Lisya, akhirnya pertemuan diskusi di pendopo utama vila di puncak ini pun sudah selesai.

Semuanya pun mengatakan jika mereka akan kembali lagi ke pendopo dimana adalah tempat mereka akan beristirahat. Ketika semua bubar, tinggalah Mama Rina saja dan Papa Haikal yang sedang ada di pendopo utama itu.

Mereka saling berkata saat itu juga, jika mereka tidak ingin semuanya berjalan dengan cepat. Tapi mereka juga mengkhawatirkan Lisya yang nantinya akan menjadi terganggu.

Mereka tau bagaimana dengan keadaan Lisya sekarang. Dan Mama yang terakhir sedang berbicara dengan Lisya. Dia terlihat kesal karena Vanka masih harus ikut dengan liburan keluarga kali ini.

"Pah, Mama itu nggak mau terlalu cepat-cepat. Tapi Mama nggak mau Lisya jadi rewel, atau keganggu sama Vanka. Nyatanya Mama nggak mau kalau Lisya dianggap jadi anak yang antagonis, pah. Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Mama saat itu, dan Papa pun juga akhirnya memberi arahan jika benar kalau Lisya dianggap terlalu antagonis mungkin saja mereka akan langsung memberi kabar yang sebenarnya ke Vanka.

"Lebih baik, kita utamakan masalah selesai. Lisya pasti bisa menunggu beberapa waktu lainnya, dia pasti bisa mengiyakan jika nanti kita ajak malam nanti untuk berbicara tentang rencana kita. Dan kita bisa berkata ke Lisya jika dia harus bersabar beberapa waktu jika semua ingin menyelesaikan masalah dengan Vanka. Kita bisa dengan pelan-pelan. Dan kamu sebagai mamanya, pasti bisa membuat dia mengerti," ucap Papa saat itu, dengan begitu mereka pun sudah saling mendapatkan keputusan.

Mama Rina dan Papa Haikal pun langsung saja keluar dari pendopo saat itu juga. Mereka berdua mulai merelakan apa yang akan terjadi kedepannya.

Nyatanya semua rencana pasti akan mendapat persetujuan oleh yang di Atas. Ada Tuhan yang bisa melancarkan semuanya.

Next chapter