Malam yang panjang bagi Vanka. Setelah dia sudah memutuskan apakah dia akan ikut liburan atau tidak, dia memutuskan untuk ikut. Walaupun dia tau jika dia ikut, kedua Kakaknya itu masihlah belum bisa menerima kenyataan dengan keikutsertaannya.
Tapi Vanka rasa jika kedua orangtuanya akan menanyakan kenapa dia tidak ikut, itu akan semakin memberatkan keadaan. Dia tidak mau ada saling adu mulut jika dia tidak ikut. Akan tetapi Vanka belum memulai untuk mengepack barang-barang bawaannya itu. Karena keraguannya apa dia akan ikut atau tidak. Nyatanya dia sekarang sedang ragu.
Sedangkan Vanka mulai tidak bisa tidur saat ini dengan malam Panjang yang masih tersisa. Iya, sekarang jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tapi ternyata semua anggota keluarga inti di rumahnya juga sudah melelapkan badan dan pikiran mereka.
Semua sudah tidur di kamar masing-masing. Akibatnya Vanka pun berpikir banyak tentang apa yang akan dilakukannya untuk melalui malam panjangnya.
Karena dia tau jika lebih baik dia berbicara empat mata dengan Kak Lisya yang mungkin saja dia bisa meminta maaf kepadanya atas kehadirannya di liburan awal tahun baru ini. Vanka pun tidak bisa menahan langkahnya untuk melihat keluar pintu kamarnya. Karena biasanya ada sebuah tanda jika Kak Lisya belum mulai tidur.
Yang diketahui Vanka semenjak dia sudah besar dan sering tidur di kamarnya sendiri di mana ada berserangan dengan kamar Kak Lisya. Dia selalu membuka celah pintu kecil dengan cahaya kamar tidurnya yang belum meredup.
Dan jika dia tau apa kebiasaan Kakak kandungnya itu, kenapa dia tidak saja mencoba untuk melihat apakah Kakaknya itu masih tidur. Mungkin saja dia bisa meminta maaf ke Kakaknya dan bertanya apakah maksud dari siang hari sebelum malam natal terjadi.
Saat dia mendengar percakapan yang menurutnya disengaja itu lewat ajakan Kak Lisya yang menyuruhnya untuk pulang dari kegiatan berbelanja kado natal. Yang sudah tahun ketiga ini, dia mulai berbelanja kado natal sendiri saja.
Tindakan Vanka terbilang nekat, karena besok dia masih harus pergi liburan. Tapi setidaknya menawarkan ke Kakaknya agar Kakaknya itu mau memberitau ke dia apa yang sebenarnya terjadi dengan keberadaannya yang dikatakan tidak diharapkan.
Karenanya dia pun melihat kembali apakah pintu kamar Kak Lisya terbuka kecil dan menandakan orang di dalamnya belum terlelap. Vanka pun membuka pintu kamarnya. Dan ternyata benar. Kak Lisya belum tidur saat itu juga.
Diantara cahaya yang redup terdapat sebuah celah cahaya terang dimana berasal dari pintu kamar yang belum ditutup itu. Dia pun memberanikan dirinya untuk melangkah maju. Melihat apakah Kak Lisya bisa diajak untuk bicara dengannya. Dia mengendap-endap maju dengan perasaan yang cukup tidak tenang.
Tapi ternyata apa yang dia rasakan karena ketidak tenangnya itu karena dia mendengar Kak Lisya sedang mengobrol. Entah lewat siapa karena setaunya dia mendengar jika dia hanya sendiri saja di sana.
Berarti Kak Lisya sedang menelefon entah siapa itu diseberang. Tapi suaranya terdengar cukup manis, seperti dia sedang bertelefon dengan seorang yang berlawan jenis kelamin dengannya.
"Apakah Kak Lisya punya teman lelaki, atau lebih tepatnya pacar?" kali ini Vanka lebih memelankan keberadaannya yang tepat ada di dekat pintu kamar Kak Lisya.
Dia mulai mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Kakaknya itu dengan seorang lelaki di mana dia tidak bisa menolak untuk tidak mendengarnya diam-diam.
Sepertinya percakapan telefon itu baru saja dimulai, karena Vanka dengar jika Kakaknya itu baru saja memulai percakapannya di seberang dengan menjawab jika dia besok akan liburan dengan keluarga besar Natawijaya.
"Aku besok ada liburan, Mas. Sama keluargaku. Jadi aku nggak bisa ikut ke acara songfest. Kenapa?" ujar Kakaknya yang mengatakan jika dirinya ada acara sendiri untuk besok harinya.
Sepertinya yang Vanka tau dari ucapan Kak Lisya sebenarnya ada acara songfest dimana Vanka tidak tau semenjak kapan Kakaknya itu suka menyanyi. Dan siapa sebenarnya lelaki yang dipanggilnya dengan sebutan, 'Mas' itu? Obrolan masih dilanjutkan dengan Vanka yang masih mencoba diam-diam menguping.
"Oh,, jadi kamu kerasa aja nggak ada temannya kalau nggak sama aku? Hem,, sebenarnya aku juga males banget mau ikutan liburan, Mas," ucap Kak Lisya, yang dimana Vanka tau apa maksudnya dari Kakaknya yang menjawab jika dia sebenarnya tidak ingin ikut serta ke liburan ini.
Seketika Kakaknya itu menjawab dengan nadanya yang semakin cepat temponya, Kakaknya itu mengatakan sesuatu yang ada hubungannya dengan dirinya. Dan itu membuat Vanka tidak ingin singgah dari tempat persembunyiannya itu.
"Kamu tau kan tentang Vanka. Iya, dia alasan aku jadi nggak semangat akhir-akhir ini. Tapi, kenapa sih Mas harus Vanka yang ada di keluargaku? Aku cuman mau dia nggak ganggu aku aja," kata-kata Kak Lisya mulai terdengar cukup emosional tapi dengan bersamaan dia juga terdengar lemah.
Karena Vanka disinggung di sini. Dia mulai tidak percaya jika teman lelaki Kakaknya itu tau dirinya. Apakah Kakaknya itu selalu bercerita akan siapa dirinya?
"Jadi, kenapa sih kamu komentarin cerita ku sehari lalu. Apa aku salah buka-bukaan ke Vanka? Menurutmu, aku harus cerita kapan? Lagian itu nggak disebutin langsung, Mas. Kita semua diam-diam," kata Lisya. Dia menuturkan apabila tidak akan ada waktu yang tepat selain tiga hari kemarin itu.
Tapi, Vanka semakin menerka jika lelaki itu pasti punya kedekatan yang sangat dengan Kakaknya. Pasalnya dia tau juga dengan cerita Kak Lisya berserta para keluarga nya, terutama kejadian saat Vanka mendengar ucapan ketiga orang serumah dengannya diam-diam.
"Tapi, di lain hal, Mas. Maafin aku ya. Aku tuh nggak mau kamu kenal sama Vanka. Kamu tau maksudku nggak? Aku cuman nggak mau, dia kenal kamu. Dan ikut ganggu kita berdua," Kak Lisya mengungkapkan kata yang mengejutkan bagi Vanka.
Apa maksudnya kalau Kak Lisya tidak mau mengenalkan dia dengan lelaki yang disebut dengan sebutan 'Mas' itu. Apa jangan-jangan lelaki itu istimewa untuk keluarganya?
Suasana hening seketika. Tidak lagi terdengar suara Kak Lisya saat itu, sepertinya dia sudah menamatkan telefonnya dengan lelaki di seberang.
Tapi kenapa harus dengan jawaban yang menggantung di akhirnya oleh Kak Lisya? Vanka hampir akan mengendap-endap masuk kembali ke dalam kamarnya. Tapi akhirnya Kak Lisya menjawab akhir telefon itu.
"Please. Kamu janji ke aku, Mas. Jangan sampai kamu kontak Vanka. Kalau kamu tau maksudku tadi. Kayaknya sudah jam sepuluh lebih. Aku harus berangkat besok paginya. Bye,, Dimas. Kamu tidur nyenyak. Jangan lupa telfon aku selesai liburan," telefon pun berhenti.
Karena sepertinya Kak Lisya akan menutup pintu setelah lampu dipadamkan itu, Vanka pun akhirnya dengan Langkah cepat masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya yang untungnya tidak terlalu terbuka lebar.
Perlu disyukuri untuk malam ini Vanka bisa tidak ketahuan sedang menguping Kakaknya itu. Jantungnya berdebar tak karuan. Dia akhirnya kembali sadar dengan apa yang sudah didapatinya tadinya itu. Kakaknya punya seorang lelaki dekat dengannya yang tau rahasia keluarganya, bahkan lelaki itu punya nomor kontaknya. Siapa lelaki itu?
*****
Petang sudah menyapa semua penghuni rumah keluarga inti di kediaman Vanka. Penghuninya sendiri sedang bersiap-siap untuk bepergian liburan ke puncak selama kurang lebih tiga hari saja.
Papa dan Mama salah satunya sedang bersiaga membangunkan anak-anak mereka di kamarnya masing-masing. Papa bertugas membangunkan Lisya dan Syika serta Mama membangunkan Vanka.
Ketokan pintu dari kamar seorang anak bungsu keluarga ini, yaitu Vanka membuat siapa saja pemiliknya akhirnya membuka pintu tersebut.
Vanka tidak bisa tidur sehari semalam sebelumnya. Dia hanya bisa tidur tidak lebih dari satu jam setelah dia selesai untuk mengemas barang bawaannya untuk pergi liburan ke Puncak.
Dirinya susah tidur setelah dia dengan sengaja menguping telefon antara Kak Lisya dengan seorang lelaki teman dekatnya yang membuat Vanka bertanya-tanya.
Untung saja waktu berlalu lama malam itu, digunakan Vanka untuk mengemas barang bawaannya pada sebuah koper yang adalah kepunyaannya.
Tidak lama setelah dia selesai berkemas selama kurang lebih setengah jam itu, dia mencoba tertidur, tapi hasilnya nihil. Dia malah mendengarkan music kesukaannya lewat earphone karena dia sesulit itu untuk tidur.
Maka dari itu, saat Mama mengetok pintu kamar Vanka. Vanka sudah siaga membukanya.
Vanka yang tidak mengira sebelumnya, jika Mamanya yang akan membangunkannya itu akhirnya menjawab sapaan Mama yang sedang menanyakan apakah anaknya itu sudah bangun dari tidur lelap dan menyuruhnya untuk segera bersiap-siap. Dia pun mengelak kabar sebenarnya jika dia tidak bisa tidur sebelumnya.
"Hai, Ma. Pagi. Vanka sudah bangun kira-kira jam empat tadi. Mama agak telat karena bangunin setengah jam dari jam bangun Vanka. Vanka sudah berkemas, Mah. Tenang aja," tutur Vanka yang tenang menjawab Mamanya.
"Oh, oke. Kalau gitu kamu siap-siap ya. Nanti Papa minta kita semua kumpul jam setengah enam di pantry buat sarapan. Kita akan berangkat jam enam pagi," kata Mama mengatakan bagaimana jadwal persiapan liburan tahun baru ini ke Vanka.
"Oke, Mah," kata Vanka menjawab. Sekiranya Mama sudah membangunkan dan memberi tau jam harus kumpul jam berapa ke anak bungsunya ini.
Dan kemudian Mama pun berpamitan ke salah satu anak perempuannya ini. Ketika itu pula Vanka pun melihat jika Kak Lisya dan Kak Syika sudah saling bangun dari tidur mereka yang sepertinya dibangunkan oleh Papa. Dan mereka berdua terlihat sudah agak sadar dari alam bawah mimpi mereka.
Karena Mama dan Papa sudah kembali ke ruang kamar mereka di lantai dua, Vanka pun dengan teliti melihat kedua Kakaknya yang saat ini pun sedang saling kembali ke dalam kamar mereka masing-masing untuk bersiap-siap.
Melihat Kak Lisya yang sudah masuk duluan ke kamarnya ketika Vanka ingin mengajak bicara, akhirnya diurungkan olehnya. Vanka sebenarnya tidak ingin menambah-nambah kejadian pertengkaran, maka dari itu dia pun kembali ke kamarnya.
Karenanya Vanka pun langsung saja mandi dan menyiapkan penampilannya yang segar. Dia mandi tidak lebih dari sekitar lima belas menit, tanpa memakai perlengkapan sesudah mandi.
Dan menamatkan penampilannya itu dalam waktu hampir setengah jam. Dia sudah rapih sekarang dengan menggunakan setelan baju yang adalah dress tomboy berwarna hijau army selutut dengan kaos berwarna hitam sebagai dalemannya. Dia juga membawa backpack feminine berwarna beige dan memakai sepatu kets conferse berwarna sage.
Ketika dia sudah rapih dia pun segera membawa dirinya dengan perlengkapan pergi liburan. Berupa koper tas berukuran sedang dan juga tas backpack yang digunakannya berwarna beige itu keluar dari kamarnya.
Namun tak berselang waktu dia keluar, Kak Lisya sudah keluar dari dalam kamarnya juga. Dengan Kak Syika yang sudah ada luar kamar, karena kamarnya sudah terbuka lebar. Akhirnya Vanka pun memberanikan menyapa Kak Lisya yang akan turun ke lantai dasar secara bersama-samaan itu.
"Hai, Kak. Pagi. Barengan turun yuk ke pantry," ujar Vanka saat itu menyapa Kak Lisya.
"Hai, Vanka. Kamu duluan turun aja, tangga nggak muat buat dua orang yang menjinjing koper," jawab Kak Lisya yang nadanya sepertinya sudah memulih dari kejadian terakhir saat kedua Kakaknya mengatakan ke Vanka jika mereka berdua tidak mengharapkan liburan ini. Yak arena ada dia yang ikut serta, menurut Vanka.
Tanpa banyak kata, akhirnya mereka pun menuruni anak demi anak tangga dan sampailah mereka ke sebuah pantry. Saat itu sepertinya Mama sedang sibuk mengepack sarapan simple mereka, entah apa karena waktunya sudah mepet untuk berangkat liburan ke Puncak.
"Hai, Lisya sama Vanka. Tadi papa bilang ke Mama kalau keluarga mau datang lebih awal sekitar kumpul di Puncak jam tujuh pagi. Makanya semua nggak jadi sarapan dan Mama lagi siap-siap untuk bekal sarapan yang akan dibawa. Kamu berdua bisa langsung aja ke garasi di depan ya. Tapi Papa lagi ada di dalam kamar sebenter untuk ambil keperluan. Ada Syika yang sudah ada di depan, lagi urus koper yang mau dimasukin ke mobil. Kalian berdua samperin Syika didepan ya," ucap Mama yang berbicara mendadak mengenai kapan mereka akan berangkat.
Sekiranya tanpa banyak kata karena sudah hampir jam enam pagi, akhirnya mereka segera menuju ke pintu depan. Namun, pintu itu terkunci sehingga ada dua pilihan. Yaitu lewat taman belakang, atau bertanya ke Mama mana kuncinya.
Saat itu Lisya langsung saja pergi ke pantry untuk bertanya ke Mama mana kunci pintu depan, tapi kata Mama Syika yang bawa karena dia disuruh ambil kunci depan selagi mereka akan berlibur.
Akhirnya karena mereka berdua kelelahan untuk berjalan ke taman belakang sambil membawa koper mereka, akhirnya Lisya pun punya ide agar dia meminta Syika membuka pintu kunci depan. Berhubung dia sudah ada di luar tepat di garasi.
Kak Lisya yang saat itu sudah memberi pesan ke Syika pun akhirnya menerima jawaban agar mereka berdua menungggu sebentar saja. Karenanya itu, Vanka dan Kakaknya harus menunggu. Vanka akhirnya mengajak bicara Kak Lisya. Dia membicarakan jika dia minta maaf atas keikutsertaannya dalam liburan saat ini.
"Kak, maafin Vanka. Aku ikut liburan. Vanka tau kak, kalau Kakak itu kerasa keganggu karena ada Vanka. Maafin ya kak," ujar Vanka saat itu. Kata-kata yang keluar dari mulutnya saat itu memang diusahakan agar tidak terdengar terbata-bata.
Vanka juga sama jatuhnya dengan Kak Lisya. Karena dia tau kalau sebenarnya dengan adanya dia di keluarga ini, dia tidak bisa memaksakan kebahagian lain dari semua orang. Terutama bagi Kak Lisya.
"Oh, kalau kamu tau. Kenapa kamu masih ganggu, dek? Ya udah nggak apa-apa. Kakak tau, karena belum waktunya kamu bisa selesain masalah kita," kata Kak Lisya sungguh tegas tapi masih terasa sabar.
"Maksud Kakak apa? Jadi, kakak kan yang nyengajain Vanka pulang dari belanja sebelum malam natal dimulai?" tanya Vanka yang terlihat masih menyumut petasan.
Belum dijawab oleh Kak Lisya, tetiba pintu megah ruang tamu pun terbuka. Kak Syika datang seperti menyelamatkan obrolan yang pedas itu. Tanpa banyak kata, Kak Lisya hanya memandang wajah Vanka dengan datar, sebelum dia berjalan mendahului Vanka.
Yang masih berat hati dengan apa yang sudah dia tanyakan sebelumnya. Akhirnya Vanka pun melupakan ucapannya, karena hari itu mereka memang akan liburan untuk merayakan awal tahun baru.
Tetapi, perasaan Vanka masih sama segannya saat dia sudah dengar jelas dari kakaknya jika dia memang merasa terganggu.