10 tahun yang lalu.
Gadis muda itu barusaja masuk ke sebuah toko pernak-pernik. Terletak di salah satu pusat perbelanjaan kota yang mengusung tema semi outdoor dan terkenal begitu ramai tepat saat natal akan berlangsung.
Tangan lentik dan mungilnya itu secara tetiba mengambil salah satu gelang dari rantai yang berkesan classic tapi rustic. Dia hanya melihat seraya memegangnya, melihat beberapa diantaranya memiliki gantungan yang membuat gelang itu berkesan unik.
Salah satunya adalah liontin semi transparan berbentuk hati tiga dimensi dan beruang nan manis. Dirinya ingin membeli gelang itu hanya untuk dirinya. Mengingat tidak akan membelikan gelang design bagus untuk kakak-kakak kandung perempuan lainnya. Karena merasa bahwa gelang itu cocok untuknya.
Pandangannya pun beralih menuju ke sebuah sudut toko yang memajang banyak scarf dan dia pun beralih menuju ke sudut toko disana. Melihat ada scraf berwarna red wine yang bagus berbahan kain toyobo hangat. Dia akan membelikan beberapa scraf untuk Mama dan kedua kakak kandungnya.
Secara scraf itu akan berguna di lain waktu saat Papa menyeletuk mengajak mereka liburan mewah melalui agensi langganan Papa ke Scandinavian mungkin atau ke Jepang, dimana tidak lain di sana sedang turun salju di akhir tahun ini.
Ketiga Scraf yang sudah dipegang oleh Vanka, setidaknya menjadi kado pengantar hangat segala acara natal yang ke-15 di tahunnya. Iya, Vanka gadis sedang membelanjakan kado untuk keluarganya.
Sayangnya, entah mengapa semenjak dua tahun silam, kedua Kakak perempuannya bahkan sang Mama mangkir dari kegiatan belanja bersama. Mereka selalu saja memiliki banyak alasan yang cukup mudah dinalar, sehingga Vanka memutuskan agar dia bisa berbelanja sendiri saja.
Sesudah sampai di kasir, Vanka pun membayar barang belanjaannya itu. Meminta membungkuskan masing-masing tiga scraf untuk sang Mama, Kak Lisya dan Kak Syika tanpa diberi nama ditiap bungkusan tentunya, supaya mereka bisa memilih random scraf sebagai kado natal untuk ketiga sanak keluarganya tersebut.
Tentu saja kertas pembungkus yang digunakan adalah beda warna walaupun masih satu jenis kertas yang bermodelkan shine supaya terlihat mencolok di antara beberapa bungkus kado lainnya.
"Jumlah seluruhnya ada... , apa Mbak mau bayar cash atau dengan kartu debit ? Untuk kartu debit …. ada diskon berkisar 40%," kata si penjaga cashier setelah menjumlah total semua belanjaan milik Vanka untuk dibayar oleh tertanda pembelinya.
"Saya bayar kartu debit mbak, apa semua scarf sudah di bungkus ? Bisa saya minta kartu ucapan natal untuk ditempel di bungkusnya ?" tanya Vanka setelah si penjaga cashier dengan sigap mengambilkan mug besar berisi kartu ucapan yang bisa Vanka pilih berserta proses transaksi selanjutnya.
Kegiatan transaksi beberapa menit kemudian berjalan dengan lancar.
Vanka pun sudah menenteng kembali belanjaan yang dia beli hari ini. Tidak lama kemudian, dia merasa perutnya ingin diisi ketika memang merasa kelaparan. Dan tidak sengaja berpapasan dengan toko penjual patisserie yaitu croissants.
Tanpa berpikir lama, Vanka langsung saja mengantri tepat di lorong dimana toko jual croissant kelewat lezat itu berada. Dia menimang-nimang, apakah jenis croissant yang akan dibeli untuk Papa, Mama dan Kak Lisya juga Kak Syika.
Senyumnya merekah saat baker man di sana terlihat keluar dari dalam dapur bakery tersebut dengan membawa croissants fresh from the oven yang baunya semerbak wangi.
Hampir saja Vanka melangkahkan kakinya masuk menuju pintu depan kaca toko croissants itu, namun perasaanya kalut saat ponselnya terdengar nyaring karena mode suara dia notice atau dalam keadaan diperbesar volumenya disetiap dirinya bepergian hanya sendiri saja.
Dengan salah kaprah dia pun memilih untuk mundur dari antrean yang tadinya harus tunggu menunggu, supaya dia tidak menghalagi jalan dibelakangnya. Dengan rogohan tangannya ke dalam tas backpack kulit berwarna pink nude itu, dia melihat nama tertera di ponselnya. "Kak Lisya" .
Mau tidak mau Vanka pun berjalan untuk duduk di bangku tengah lorong semi outdoor itu untuk menaruh belanjaannya, dan menjawab telefon masuk dari Kak Lisya.
"Iya, Kak? Apa yang Kakak ingin katakan? Aku masih ada di dalam mall," kata Vanka terdengar berusaha mengeraskan suaranya karena suasana di sana ramai.
"Oh masih belanja. Nggak, Kak Lisya cuman mau bilang apa kamu bisa pulang lebih awal? Mama perlu banyak orang untuk bantu masak jamuan makan siang besok," kata Kak Lisya memberi alasan mengapa dia harus pulang.
"Ahh,, kenapa aku harus membantu Mama. Kakak saja jarang bantu Mama masak. Memangnya besok kita kedatangan tamu siapa Kak Lisya? Kalau kamu menjawab setepatnya aku akan mengalah," kata Vanka membenarkan arah ponselnya dari tangan kanan ke tangan kiri bergantian.
"Nggak,, kakak hanya berbohong supaya kamu bisa pulang cepat. Jadi, daripada Kakak masih memohon, kamu harus segera pulang," kata Kak Lisya dengan nada mengalahnya, masih tidak memungkinkan keadaan sewajarnya dia samakan dengan sebuah ajakan bantu membantu masak jamuan makan siang besok harinya.
"Isshh,, bilang aja deh Kak Lisya kalau mau pinjem driver, Mas Loka. Oke deh Kak. Aku iyain. Tunggu Vanka pulang, mungkin dua puluh menit lagi sampai," kata Vanka mendengus kesal sesaat Kak Lisya hanya membalas dengan mendehem sederhana. Dan selesai sudah percakapan mereka berdua lewat telefon tersebut.
Vanka sendiri pun keluapaan dengan toko croissants yang tadinya dia bela-belakan mengantri cukup lama, dimana dirinya sekarang sudah berjalan melewati stall toko itu yang masih terlihat ramai.
Melupakan rasa laparnya dengan maksud berpulang ke kediaman Orang tuanya karena dirinya tidak sabar dengan hangat malam natal di tahun ke-15 nya, tentunya bersama keluarganya dan juga siaran favoritnya di televisi.
Di sepanjang perjalanan saat ini Vanka sedang disupiri oleh Mas Loka. Driver kepunyaan keluarga Haikal. Nama Papanya. Vanka melihat hiruk pikuk jalanan di kota kelahirannya yaitu Kota Bandung.
Keluarga Vanka adalah seorang keluarga terpandang dan kaya. Memiliki banyak jenis usaha yang dirintis oleh keluarganya, membuat kehidupan Vanka menjadi makmur. Dia punya dua orang Kakak perempuan yang sama-sama cantik layaknya.
Tapi bedanya, Vanka tidak semeriah mereka. Kedua Kakak Vanka adalah orang terkenal atau famous. Dan Mama Vanka sendiri adalah seorang Mama yang bertalenta. Sama-sama bisa menjaga rumah tangga dengan hangat bersama Papa Haikal. Dan Vanka sangat membanggakan keadaan dia sebagai anak bungsu dari ketiga saudara ini.
Seketika perjalanan pun telah usai, sebuah mobil SUV milik keluarga sudah sampai di depan pintu gerbang rumah keluarga Haikal. Dan Mas Loka juga mengatakan kepada nona nya karena telah sampai di tujuan.
"Non, tujuan sudah sampai. Mas Loka bantu bawa belanjaan ke dalam apa tidak?" tanya Mas Loka yang menawari Vanka sebuah jasa pembawaan belanjaan shoppingnya tadi.
"Tidak usah, Mas Loka. Terimakasih sudah antar jemput non jalan-jalan shopping hari ini," ujar Vanka sambil dirinya keluar dan berjalan ke arah bagasi tapi ternyata Mas Loka sudah mengeluarkan semua kantong belanjaannya itu, sehingga Vanka pun mengambilnya dan seketika memberi tip ke Mas Loka yang berbaik hati sudah menjadi drivernya.
Vanka pun kembali masuk lewat pintu depan dimana semua anggota keluarganya selalu masuk dari pintu tersebut saat mereka baru saja pergi, begitu pula dengan Vanka.
Vanka yang sudah masuk ke dalam ruang tamu melihat ke sekelilingnya. Sudah ada pohon natal terpampang di sana, yang sebelum dia pergi belum terpasang.
Namun, ada satu hal yang Vanka sayangi dari kepulangannya ini. Ada sebuah insiden saat Vanka tidak melihat keempat orang terdekatnya yaitu anggota keluarganya menyambutnya.
Dan sebuah lantangan suara yang dia dengari itu, membuat dirinya membeku seketika di tempat ruang tamu ini. Tidak sengaja sebuah percakapan dia dengar dari ruang santai lantai dasar yang ada berdekatan dan dibatasi lorong panjang untuk kedua tempat ini.