webnovel

Tugas pengembara

"Detektif itu seperti seorang pengembara jalanan, yang harus menyusuri jalan untuk mencari setiap bukti yang di tinggalkan oleh pelaku," ucap Adamma kepada Arya yang sedang menyetir.

"Kalau menurutku detektif itu seperti pengangguran, karena tidak berseragam dan selalu terkena kotoran debu jalanan," jawab Arya tersenyum kepada Adamma.

Begitulah mereka saling bercanda dan tertawa, dalam setiap tugas yang di berikan. Arya selalu penasaran dengan alasan Adamma yang ingin menjadi detektif sepertinya.

"Kenapa kamu mau menjadi detektif?" tanya Arya dengan sesekali melihat Adamma yang sedang melihatnya.

"Tidak ada alasan sih, aku hanya menyukainya saja," jawab Adamma kepada Arya. "Kalau kamu kenapa ingin jadi seorang detektif?" tanya balik Adamma kepada Arya yang sedang fokus menyetir.

"Menurutku lebih menantang, dan penuh dengan teka-teki. Seperti yang sekarang kita lakukan," jelas Arya tersenyum.

"Itu dia yang membuat seorang detektif jarang ada yang terkena jantungan, karena setiap detiknya selalu saja ada hal yang mengejutkan," Adamma tertawa kecil, membuat Arya yang melihatnya begitu menyukainya.

Sesampainya di depan ruko, mereka menaiki tangga menuju kantor rentenir yang sempat menghadang Siti. Di dalam kantor, bos rentenir itu sedang menghitung uang. Sedangkan tiga anak buahnya hanya berleha-leha di sofa.

"BRUKKKKK…" Arya mendobrak kantor rentenir itu, lalu Adamma menutup pintu agar mereka tidak dapat keluar.

Bos dan yang lainnya terkejut dengan kedatangan mereka, lalu dengan lantang salah satu anak buahnya mendekati Arya.

"Siapa Lo masuk main dobrak pintu," tegur pria berbadan kekar dengan wajah menantang.

Arya langsung menunjukkan id card kepolisian kepada pria berbadan kekar itu, lalu menyuruhnya untuk menyingkir dari pandangannya.

"Minggir dari hadapanku," ucap Arya menyentuh bahu pria itu.

Arya lalu mendekati bos rentenir itu, untuk mengintrogasinya. Bos itu lalu memberi kode mata kepada anak buahnya, lalu dengan cepat ketiga anak buahnya melakukan perlawanan terhadap Arya.

"Ahhhhh," pria berkumis ingin memukul Arya dengan kursi, tapi Adamma yang melihat langsung menendang dengan kuat pria itu.

Pria itu bangun lalu ingin memukul Adamma, tapi dia tidak terkalahkan dengan cepat dia menyerang bagian bawah diantara kedua belah paha pria itu lalu di sengkat kakinya hingga jatuh. Sama dengan Arya yang terus menghajar dua pria berbadan, dengan menggunakan besi yang dia ambil dari sembarang tempat.

"Plak…Plak…Plak.." suara besi yang mengenai kepala dua pria berbadan kekar, hingga tersungkur di lantai.

Ketika melihat tiga anak buahnya terkapar tak berdaya dengan di ikat oleh Adamma, Bos rentenir hanya bisa ketakutan menatap Arya yang terus memelototinya.

"Sebenarnya ada perlu apa kalian kemari?" tanya Bos rentenir menjauh dari Arya.

"Apa kamu mengenal Siti?" tanya Arya perlahan mendekati Bos yang sudah terpojokkan.

"Tidak! Siapa Siti aku tidak mengenalnya," Dalih Bos rentenir menjauhi kontak mata dengan Arya.

"Katakan atau aku akan membakar semua uangmu," tegas Arya yang tahu bos rentenir sedang berbohong padanya.

"Oh…iya Siti. Aku baru ingat, dia pernah meminjam uangku, tapi dia sudah membayarnya kembali," jawab Bos rentenir tersenyum takut kepada Arya.

Arya mengeluarkan ponsel dari sakunya. "Siapa yang memberikan ponsel ini pada Siti?" tanya Arya menunjukan ponsel milik Siti.

"Aku tidak tahu!" jawab Bos rentenir kepada Arya.

Arya lalu melihat ke arah Adamma yang menggelengkan kepalanya, lalu dia mengerti bahwa Bos rentenir itu berbohong padanya.

"Jadi kamu mau berbohong padaku," Arya menginjak kaki bos rentenir dengan kencang.

"AHHHHH…Ampun…Ampun Bos," Bos rentenir berlutut memohon ampun kepada Arya.

***Flashback memori Bos rentenir***

Malam hari hujan deras, dengan petir yang menggelegar dan bergemuruh. Bos rentenir yang sedang menghitung uang sendirian di datangi oleh seorang pria berjubah hitam dengan topeng aneh di wajahnya.

"Siapa kau?" tanya Bos rentenir ketakutan melihat pria bertopeng itu.

"Berikan ini pada Siti," perintah Pria bertopeng itu melempar ponsel di meja.

"Untuk apa saya harus menuruti perintahmu," jawab Bos rentenir yang menantang pria bertopeng itu.

"Terserah padamu jika memang kamu tidak ingin di bayarkan hutangmu oleh Siti," ucap pria bertopeng itu lalu tertawa dengan sangat menakutkan, lalu pergi meninggalkan kantornya.

***Kembali lagi ke masa kini***

Setelah mendengarkan keterangan dari Bos rentenir, Arya melihat Adamma lagi untuk mengetahui Bos rentenir berkata sebenarnya atau berbohong padanya. Adamma menganggukkan kepalanya ke arah Arya. Setelah selesai mendapatkan keterangan mereka pergi meninggalkan kantor rentenir.

"Aku yakin dia pasti sudah mengintai Siti dari lama, dan mengetahui kelemahan yang di miliki Siti," ucap Adamma sambil berjalan dengan Arya menuju mobilnya.

"HHUHH!" Arya menghela nafas beratnya. "Aku kesal sekali dengan kasus seperti ini, tidak hanya membuang waktu dan tenaga, tapi juga membuang akal sehatku. Kalau nanti aku menangkap pelakunya, akan ku buat dia merasakan rasanya lelah jadi detektif," keluh Arya dengan rasa kesal yang menggebu-gebu ingin mengetahui pelakunya.

"Tenanglah…Kita tidak akan menemukan pelakunya, jika kamu penuh dengan emosi seperti ini," jawab Adamma menepuk bahu Arya.

"Aku minta maaf. Akhir-akhir ini memang aku gampang sekali emosian," ucap Arya mengelus dadanya.

"Wajar aku juga seperti itu," jawab Adamm sambil melihat tangannya yang berdarah.

Arya juga melihatnya. "Kenapa tanganmu?" tanya Arya kepada Adamma.

"Mungkin tadi terkena sesuatu, saat aku bertikai dengan pria berkumis itu," jawab Adamma mengusap darah yang mengalir di tangannya.

Di mobil Arya mengeluarkan kotak P3K, lalu meraih tangan Adamma untuk segera mengobatinya, tapi Adamma menarik tangannya lagi, menolak di obati oleh Arya.

"Tidak usah, ini hanya luka ringan. Jadi tidak perlu di obati seperti itu," ucap Adamma menyembunyikan tangannya.

Arya meraih tangan Adamma lagi. "Tetap saja namanya luka ya harus secepatnya di obati, agar tidak terjadi infeksi," jelas Arya dengan memberikan obat merah di luka Adamma.

Adamma melihat Arya yang begitu baik mau mengobati lukanya, lalu dia berencana mengajak Arya untuk makan siang bersama.

"Bagaimana kalau habis ini kita makan siang bersama, sebelum berangkat ke kantor," ajak Adamma kepada Arya.

"Hem. Boleh...Boleh," jawab Arya yang serius sedang menempelkan plester di luka Adamma.

"Kira-kira kita mau makan apa?" tanya Adamma yang tidak tahu selera Arya.

"Aku pemakan segalanya, jadi apa saja," jawab Arya melepas tangan Adamma yang sudah selesai di obati.

"Hooh kalau begitu sebaiknya aku mengajakmu makan rumput," ledek Adamma tertawa kecil.

"Ya tidak seperti itu juga," balas Arya ikut tertawa bersama Adamma.

"Ya sudah kalau begitu sebaiknya kita cari makan sekarang," Arya menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan kendaraannya untuk pergi mencari kedai untuk makan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Next chapter